(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)
“
Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama
seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam
nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah
menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain
dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang
tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku
mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya
penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan
firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan
dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta,
supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau
melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama
seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke
dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan
Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam
kebenaran.” (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai
orang beriman atau beragama kita semua diharapkan senantiasa
kudus/suci, baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur alias tidak pernah
melakukan kejahatan atau berdosa sedikitpun. Ingatlah, sadari dan hayati
bahwa kita semua berasal dari sorga atau Allah, dan ketika dilahirkan
atau diciptakan oleh Allah kita dalam keadaan baik, suci adanya. Memang
dalam perjalanan waktu, semakin tambah pengalaman dan tambah usia pada
umumnya kita juga bertambah dosa-dosanya, maka baiklah bahwa kita masih
dianugerahi hidup
sampai saat ini, yang tidak lain karena belas kasih dan kemurahan hati
Allah. Karena belas kasih dan kemurahan hatiNya yang melimpah ruah,
marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dalam syukur dan terima
kasih. Syukur dan terima kasih tersebut kita wujudkan dalam hidup
sehari-hari dengan berusaha hidup baik, melakukan apa yang baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu kami harapkan kita juga
tidak membenci siapapun, meskipun yang bersangkutan telah melukai atau
menyalahi diri kita, melainkan hendaknya dengan rendah hati kita
mengampuni mereka, sebagaimana sering kita doakan setiap hari dalam Doa
Bapa Kami “ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni yang bersalah kepada kami”. Marilah
kita hidup saling mengasihi dan mengampuni kapan pun dan dimana pun
tanpa pandang bulu, sehingga kehidupan bersama kita sungguh baik dan
dengan demikian kondusif bagi kita semua yang mengusahakan
kesucian hidup. Hidup suci berarti senantiasa membaktikan diri
seutuhnya kepada Yang Ilahi, kepada Allah yang telah menciptakan dan
mengasihi kita tanpa batas.
· “Perak
atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga.
Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk
memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam
segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja
demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima”
(Kis 20:33-35), demikian kata Paulus, rasul agung kepada para
pendengarnya. Pengalaman Paulus ini kiranya baik untuk menjadi
permenungan atau refleksi kita, sebagai umat beriman atau beragama. Cara
hidup dan cara bertindak kita diharapkan tidak mengganggu atau menjadi
beban bagi orang lain alias bagaikan benalu, yang senantiasa mengganggu
yang lain. Marilah kita hidup sesuai dengan kemampuan kita
masing-masing, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kita
sehari-hari. Kepada yang berlebihan kami harapkan bersikap sosial dengan
menghayati kata-kata Paulus “adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”. Berlebihan
di sini tidak hanya secara materiel, kaya akan harta benda atau uang,
tetapi juga dalam hal waktu dan tenaga. Pemberian waktu dan tenaga bagi
orang lain merupakan wujud cintakasih yang tak tergantikan dengan cara
lain apapun, karena hemat saja wujud cintakasih yang utama dan
pertama-tama
adalah pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih. Kami harapkan
para orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal memberi
daripada menerima, sebagaimana anda sebagai suami-isteri telah saling
memberikan diri sepenuhnya satu sama lain sebagai wujud saling mengasihi
baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, selama-lamanya,
sampai mati. Kebahagiaan sejati memang lebih terletak dalam memberi
bukan menerima.
“Kerahkanlah
kekuatan-Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, Engkau yang
telah bertindak bagi kami. Demi bait-Mu di Yerusalem, raja-raja
menyampaikan persembahan kepada-Mu”
(Mzm 68:29-30)
Ign 23 Mei 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar