(Kis 18:9-18; Yoh 16:20-23a)
“
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap,
tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu
akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat
ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi
akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah
dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita,
tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak
ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. Dan
pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.” (Yoh 16:20-23a), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Secara
harafiah rekan-rekan perempuan yang pernah mengandung dan melahirkan
anak kiranya dapat menyetujui dan memahami sabda Yesus bahwa “Seorang
perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah
melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena
kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia”. Kami
mengajak anda sekalian untuk memahami sabda Yesus ini secara rohani atau
spiritual, dan untuk itu saya akan mencoba mereflesikan secara
sederhana bagi anda
sekalian. Sabda Yesus ini kiranya juga mengindikasikan bahwa
“penderitaan dan salib tak terpisahkan dari kebangkitan” yang berarti
keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan sejati lahir dari
penderitaan dan kesengsaraan akibat dari kesetiaan dan ketaatan pada
panggilan dan tugas pengutusan. “Jer basuki mowo beyo”= hidup mulia dan sejahtera terjadi karena perjuangan dan pengorbanan, demikian
kata pepatah Jawa. Sabar lahir ketika harus antri atau menunggu, rendah
hati dan lemah lembut lahir ketika orang diejek, dihina dan direndahkan
karena setia pada panggilan dan tugas pengutusan harus bekerja keras
dan tidak mengeluh atau menggerutu, dst.. Kami berharap para ibu atau
rekan perempuan yang telah mengandung dan melahirkan anak dapat
membagikan pengalamannya kepada suaminya maupun anak-anaknya; sedangkan
suami yang baik kiranya juga dapat menghayati pengalaman isterinya yang
melahirkan. Marilah kita
bekerja keras dan setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita
masing-masing, meskipun untuk itu kita harus menderita dan sengsara.
Tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman tak akan terlepas
dari penderitaan, tantangan dan perjuangan.
· "Jangan
takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku
menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan
menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” (Kis
18:9-10), demikian firman Tuhan kepada Paulus, rasul agung. Jika kita
dengan benar dan cermat melihat dan memperhatikan lingkungan hidup kita
maupun tempat yang akan kita datangi atau kunjungi kiranya orang-orang
baik dan berbudi pekerti luhur lebih
banyak daripada orang-orang yang jahat dan tak bermoral; memang mereka
yang jahat hanya sedikit sekali, namun sering bersuara keras dan
menakutkan. Marilah dalam Roh dan kerendahan hati kita temukan kebaikan
dan keutamaan yang hidup dan dihayati oleh saudara-saudari kita, dengan
kata lain kita lihat dan imani kehendak baik saudara-saudari kita. Hemat
saya semua orang pasti berkehendak baik, tetapi karena keterbatasannya
sering perilaku atau tindakannya tidak sesuai dengan kehendaknya. “Jangan takut” senantiasa
disabdakan kepada orang-orang terpilih. Baiklah kita sadari dan hayati
bahwa masing-masing dari kita adalah ‘yang terpilih’ (ingat dan sadari
bahwa ada jutaan sperma dan hanya satu sperma yang terpilih untuk
bersatu dengan sel telor, dan kemudian tumbuh berkembang menjadi
manusia, yaitu kita semua). Hendaknya kita tidak takut untuk berbuat
baik, melakukan apa yang baik, dan ada kemungkinan dalam
melakukan apa yang baik terpaksa melanggar tata tertib atau aturan.
Tata tertib atau aturan sifat terbatas untuk wilayah atau daerah
tertentu, sedangkan apa yang baik senantiasa berlaku secara universal,
kapan saja dan dimana saja. Kebaikan ada pada tingkat moral atau
spiritual rational yang mengatasi tata tertib atau aturan.
“Hai
segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan
sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang
besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa
kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita, Ia memilih bagi kita tanah
pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya” (Mzm 47:2-5)
Ign 18 Mei 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar