(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)
“
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar,
bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita
karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi,
supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku
berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak
berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku
mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang
diperintahkan Bapa kepada-Ku” (Yoh 14:27-31a)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Apa
yang disebut dengan kenikmatan fisik memang berbeda dengan kenikmatan
spiritual. Sebagai orang berinab hendaknya lebih mengutamakan kenikmatan
spiritual daripada fisik dan tentu saja jika dapat menikmati keduanya
secara serentak atau integral lebih baik, mengingat dan memperhatikan
kita masih hidup di dunia secara fisik. Kenikmatan fisik itu misalnya
dalam hal seks, makanan maupun minuman, tidur dst.., sedangkan
kenikmatan spiritual ada di dalam hati, jiwa dan akal budi: kenikmatan
fisik bersifat sementara tetapi kenikmatan spiritual bertahan
lama atau bahkan dinikmati sampai mati atau dipanggil Tuhan. Maka jika
kita mendambakan kenikmatan yang bertahan lama atau sampai mati
hendaknya meneladan Yesus yang “mengasihi Bapa dan melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaNya”. Dengan
kata lain marilah kita melaksanakan kehendak dan perintah Allah, yang
secara konkret hal ini dapat kita hayati dengan setia menghayati
janji-janji yang pernah diikrarkan Atau baiklah kita juga dapat mewujudkan perintah dan kehendak Allah dengan cara: “dalam dan dengan semangat iman kita hidup dan melakukan apapun, termasuk dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dalam
kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, istirahat/tidur, rekreasi
dst.. hendaknya dalam dan dengan iman. Hayati segala sesuatu dalam Tuhan
atau temukan Tuhan dalam segala sesuatu.
“Damai sejahtera lahir dan batin, fisik dan spiritual” menjadi dambaan
semua orang, kita semua, maka marilah kita usahakan bersama-sama dalam
cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
Kami juga berharap kepada mereka yang masih mendambakan kenikmatan
fisik melulu untuk mengembangkan dan meningkatkan ke kenikmatan
spiritual atau rohani.
· “Paulus
dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak
murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di
tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka
supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk
ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis 14:21-22). “Bertekun dalam iman serta berusaha untuk masuk dalam Kerajaan Allah” memang
tak akan terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan atau
kesengsaraan, dan penderitaan maupun kesengsaraan yang lahir dari
kesetiaan pada iman maupun usaha masuk dalam Kerajaan Allah alias lebih
dikuasai oleh Allah merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati,
maka hadapilah dalam keteguhan iman. “Jer basuki mowo beyo” = Hidup mulia dan damai sejahtera butuh perjuangan dan pengorbanan. Ada
kecenderungan banyak orang masa kini, yang diawali di dalam
keluarga-keluarga, untuk memanjakan anak-anak atau generasi muda, dan
hal ini antara lain didukung oleh aneka produk tehnologi yang membanjiri
warga atau masyarakat, antara lain makanan atau minuman yang memanjakan
lidah kita, tangan maupun semua anggota tubuh kita yang lain. Aneka
makanan dan minuman instant telah menina-bubukkan lidah kita, dan
kiranya tak lama kemudian jika diibiarkan cara hidup dan cara bertindak
kita akan
dikuasai oleh orang-orang yang bersikap mental materialistis dan
kemudian kita juga akan memiliki sikap mental materilistis. Usaha untuk
bertekun dalam iman hemat saya untuk masa kini memang harus dimulai dari
makanan dan minuman, artinya berusaha makan dan minum apa-apa yang
menyehatkan tubuh, sehingga tubuh sungguh handal. Kehandalan tubuh akan
memudahkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh iman. Kami berharap
para orangtua tidak memanjakan lidah anak-anaknya dengan aneka macam
jenis makanan instant dan yang tidak sehat.
“Segala
yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang
yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan
kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan
keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak
kerajaan-Mu” (Mzm 145:10-12)
Ign 8 Mei 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar