Jumat, 28 Oktober 2011

“Ia memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebutNya rasul”

(Ef 2:19-22; Luk 6:12-19)
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya” (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berreflkesi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Simon dan St.Yudas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dipilih, dikumpulkan dan kemudian disebar”, itulah jatidiri para rasul. Dikumpulkan untuk dibina dan dibekali aneka macam pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan Kabar Gembira serta kemudian ditugaskan untuk mewartakan Kabar Gembira yang telah diterimanya, entah sendirian atau bersama-sama. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi rasuli yang harus kita hayati, maka marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita berjiwa rasuli. Salah satu bentuk kerasulan yang utama dan pertama-tama serta dapat dilakukan oleh semua orang ialah kesaksian atau keteladanan: saksi atau teladan Kabar Baik, artinya cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa baik, membahagiakan dan menyelamatkan kapanpun dan dimanapun. Semoga pribadi kita seperti atau mendekati Yesus, dimana “semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari padaNya dan semua orang itu disembuhkanNya”. Siapapun yang melihat, mendekati dan bersama kita sebagai orang beriman atau beragama disembuhkan dari aneka penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuhnya. Pada masa kini kiranya cukup banyak orang yang sakit hati atau sakit jiwa (mungkin belum seratus persen sakit), yang membutuhkan penyembuhan, maka marilah kita datangi mereka dengan dan dalam rendah hati serta cintakasih. Pendekatan dan kehadiran yang dijiwai oleh rendah hati dan cintakasih pasti akan menjadi warta gembira, dan mereka yang menderita sakit akan tergerak untuk sembuh. Perkenankan secara khusus kami mengingatkan para dokter dan perawat: hendaknya melaksanakan tugasnya dengan rendah hati dan cintakasih dalam rangka memeriksa dan merawat pasien.
·   Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan” (Ef 2: 19-21). Kebetulan hari ini tanggal 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda, hari untuk mengenangkan para pemuda yang beraneka ragam suku dan bahasa menyatakan kesatuannya: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Kita semua umat beriman adalah ‘anggota-anggota keluarga Allah’, kebersamaan hidup yang dijiwai dan dihidupi oleh Allah. Maka baiklah pada hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal wawasan kebangsaan atau kesatuan dalam keragaman atau keragaman yang bersatu, bhineka tunggal ika. Hidup bersama pada masa kini sedang dirongrong oleh kelompok radikal dengan dan melalui aneka perusakan dan kerusuhan. Kami harapkan dalam tingkat basis, paguyuban hidup bersama dalam satu desa, kampung atau rukun warga yang kiranya terdiri dari aneka macam orang, sungguh terjadi persaudaraan atau persahabatan sejati. Jika pada tingkat basis persaudaraan atau persahabatan sungguh kuat dan handal, maka dapat mengantisipasi aneka usaha yang merusak hidup bersama, yang dilakukan oleh kelompok radikal maupun orang-orang egois. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, demikian kata sebuah pepatah, dan kiranya kita semua mendambakan kesatuan sejati. Kesatuan, persaudaraan atau persahabatan hidup bersama sendiri sudah bersifat rasuli, karena persaudaraan atau persahabatan sungguh memikat dan mempesona, sehingga siapapun yang melihat persaudaraan atau persahabatan hidup bersama akan tergerak untuk bersaudara atau bersahabat juga.
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,”
 (Mzm 19:2-5)
Ign 28 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Kamis, 27 Oktober 2011

“Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!”

(Rm 8:26-30; Luk 13:22-30)
Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.  Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Untuk sukses dalam hidup beriman atau beragama, artinya tumbuh berkembang menjadi orang yang suci, berbudi pekerti luhur atau cerdas beriman, orang harus siap sedia untuk rela berjuang dan berkorban melalui cara hidup dan cara bertindak yang sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan. Demikian juga untuk tumbuh berkembang alias sukses dalam belajar, kerja, usaha serta hidup sejahtera secara social-ekonomi sejati. “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”, demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan dan hayati. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti ‘budaya proses’, bukan ‘budaya instant’. Pada saat ini memang cukup banyak makanan dan minuman instant, yang pada gilirannya mempengaruhi dan menjiwai gaya hibup banyak orang juga. Ada orang yang ingin cepat-cepat kaya dan kemudian melakukan korupsi atau mencuri, ada muda-mudi yang ingin segera menikmati hubungan seksual, dst.., yang akhirnya berdampak pada kesengsaraan dalam hidup. Ingatlah dan sadari bahwa masing-masing dari kita kurang lebih selama sembilan bulan telah berproses dari embriyo yang sangat kecil menjadi manusia, maka baiklah pengalaman tersebut kita jadikan acuan dan pegangan juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang diperoleh melalui proses yang baik dan benar pada umumnya akan bertahan lama, sedangkan yang diperoleh dengan cara ‘instant’ akan segera musnah. Hendaknya orangtua senantiasa mendampingi anak-anaknya untuk bersikap mental ‘budaya proses’ dalam kehidupan sehari-hari, dengan teladan konkret dari orangtua.
·   Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” (Rm 8:26-27). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita.  Roh membantu kita dalam kelemahan kita” inilah kireanya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita adalah manusia yang lemah, rapuh dan tiada arti, hanya dan oleh Roh akhirnya kita merasa kuat, berdaya dan berarti. Maka baiklah jika ada sesuatu yang baik, indah, mulia, luhur, menarik dan mempesona dalam diri kita hendaknya dihayati sebagai karya Roh atau Allah. Bahwa kita suka berbuat baik kepada orang lain merupakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka ketika kita berhasil, dapat berbuat baik kepada orang lain hendaknya tidak menjadi sombong melainkan rendah hati. Orang yang sombong pasti akan menderita berkepanjangan, sedangkan orang yang rendah hati akan berbahagia dan selamat selamanya sampai mati. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Allah senantiasa membantu kelemahan dan kerapuhan kita, Ia mendoakan kita kapanpun dan dimanapun, Ia senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita sejak awal sampai akhir. Marilah kita hayati beriman berarti memang mempersembahkan dan mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah.
“Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku” (Mzm 13:4-6)
Ign 26 Oktober 2011
*) Sumber: Millis KD

Selasa, 25 Oktober 2011

"Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? “

(Rm 8:18-25; Luk 13:18-21)
Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Luk  13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja, dan dalam kenyataannya Allah merajai umat manusia dengan cara yang lembut dan terus-menerus tanpa henti, mulai dari kecil dan tumbuh berkembang menjadi besar sekali. Dalam warta gembira hari ini Allah yang meraja digambarkan sebagai biji sesawi dan ragi. Biji sesawi setelah tumbuh menjadi pohon yang rimbun menjadi tempat burung-burung bersarang, sedangkan ragi dalam jumlah kecil ketika dicampurkan ke dalam adonan tepung membuat adonan tepung menjadi roti yang enak dimakan atau dinikmati. Dengan kata lain buah Allah yang meraja adalah kehidupan bersama yang sejuk dan nikmat, mempesona dan memikat. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mewartakan Allah yang meraja melalui cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita mawas diri apakah cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun membuat kehidupan bersama menjadi sejuk dan nikmat untuk didiami atau ditinggali. Hendaknya kita meskipun dalam jumlah kecil tidak perlu takut atau minder, melainkan tetaplah teguh, tabah, ceria dan gembira. Salah satu cara yang utama dan pertama dalam mewartakan Allah yang meraja adalah cara bertindak atau perilaku yang dijiwai oleh iman, sehingga cara bertindak sungguh sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan dan cara bertindak kita senantiasa baik adanya. Menjadi pewarta Allah yang meraja berarti juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Semakin tambah usia dan berpengalaman berarti juga semakin banyak sahabat atau teman. Memang berpartipasi dalam mewartakan Allah yang meraja perlu menghayati ‘proses’ yang lembut, serta membutuhkan kesabaran.
·   Kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?” (Rm 8:22-24). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Setia pada iman kiranya akan menghadapi penderitaan yang ditandai pengharapan sebagaimana seorang ibu yang sedang atau akan melahirkan anaknya. Para ibu yang telah memiliki pengalaman melahirkan anaknya kiranya dapat mensharingkan pengalaman derita yang ditandai pengharapan. Bayi yang masih berada di dalam rahim tidak kelihatan dan agar segera kelihatan harus dilahirkan dengan derita. Pengharapan merupakan salah satu keutamaan beriman; apa yang kita harapkan belum kelihatan karena ‘pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi’. Kami percaya bahwa kita semua memiliki pengharapan, misalnya berharap untuk pandai/cerdas, kaya/hidup sejahtera, suci dan selamat serta bahagia baik lahir maupun batin. Cirikhas orang yang berpengharapan adalah ceria, gembira, dinamis, bergairah dalam keadaan atau situasi apapun. Maka jika anda harus mengalami derita karena setia pada iman, hendaknya tetap ceria, gembira dan bergairah. Keceriaan, kegembiraan dan kegairahan anda akan menjadi kekuatan dan modal luar biasa untuk merubah penderitaan menjadi kebahagiaan sejati. Kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan pengharapan bagi anak-anaknya; para pelajar atau mahasiswa hendaknya mengawali belajar dengan ceria, gembira dan bergairah, demikian juga para pekerja. Mengawali tugas pekerjaan dengan gembira, ceria dan bergairah pasti akan sukses, karena ketika kita dalam keadaan ceria, gemibra dan bergairah pasti akan mempesona dan memikat orang lain, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersabahat, serta kemudian membantu pelaksanaan tugas pengutusan kita. Tugas yang dikerjakan bersama-sama akan berhasil dengan baik sebagaimana kita dambakan atau harapkan.
Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” (Mzm 126)
Ign 25 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Senin, 24 Oktober 2011

“Datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."

(Rm 8:12-17; Luk 13:10-17)
Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.  Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.  Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya. “ (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Cintakasih nilainya lebih tinggi dari pada aneka tata tertib atau peraturan apapun, karena cintkasih menjiwai aneka tata tertib dan peraturan, sebaliknya sasaran utama dari tata tertib dan peraturan adalah agar mereka yang melaksanakan hidup saling mencintai. Memang mereka yang telalu bersikap mental legalistis pada umumnya kurang memperhatikan cintakasih dalam cara hidup dan cara bertindaknya atau bahkan melanggar dan melecehkan cintakasih. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena cintakasih, tanpa cintakasih kita tidak ada, tidak tumbuh-berkembang. Maka marilah kita senantiasa mengutamakan dan mengedepankan cintkasih dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Perkenankan pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan para orangtua dan pendidik atau guru untuk mendidik dan mendampingi anak-anak dengan semangat cintakasih dan kebebasan sejati. Cintakasih itu bebas, tak terbatas, sedangkan kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Kita dengan bebas merdeka melakukan apapun asal tidak melanggar atau melecehkan cintakasih. Penghayatan cintakasih tertinggi adalah hormat dan menjunjung tinggi semua ciptaan Allah, terutama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Silahkan melalukan apapun asal tidak melecehkan harkat martabat manusia demi keselamatan jiwa manusia.
·   Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Rm 8:16-17). Sebagai orang beriman atau beragama kita adalah ‘anak-anak Allah’, artinya orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah dimanapun dan kapanpun, maka marilah kita mawas diri apakah kita layak disebut sebagai anak-anak Allah. Memang sebagai orang yang taat dan setia kepada kehendak dan perintah Allah kita tak akan terlepas dari aneka macam tantangan, hambatan, masalah dan penderitaan. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, marilah kita renungkan bahwa demi keselamatan jiwa seluruh umat manusia Yesus telah rela menderita dan wafat di kayu salib. Hal itu terjadi karena kesetiaanNya pada tugas pengutusan yang harus dilaksanakanNya. Maka ketika dalam melaksanakan tugas pengutusan kita menghadapi tantangan berat dan harus menderita, tataplah dengan rendah hati dan hormat Salib Yesus, maka anda akan menerima kekuatan dan rahmat untuk mengatasi tantangan dan derita tersebut, dan dengan demikian sukses dalam melaksanakan tugas pengutusan. Marilah dengan ulet kita hadapi dan kerjakan tugas pengutusan yang diserahkan kepada kita. “Ulet adalah sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi hambatan-hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak  mudah putus asa” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 29)
“Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan” (Mzm 68:2.6-7b)
Ign 24 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Sabtu, 22 Oktober 2011

“Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi”

(Rm 8:1-11; Luk 13:1-9)
“Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,  mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"(Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah adalah maha sabar dan maha belas kasih; kepada siapapun yang sungguh beriman kepadaNya ketika berdosa atau bersalah pasti akan diampuni melalui orang-orang yang baik hati di sekitar lingkungan hidup dan kerja kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa bertambah  usia pada umumnya kita juga bertambah dosanya, dan dengan demikian kesabaran dan belas kasih Allah sungguh nyata, karena kita dibiarkan saja. Dengan kata lain marilah kita hayati kesabaran dan belas kasih Allah dan kemudian kita teruskan atau salurkan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Kita semua umat beriman dipanggil untuk menjadi pembantu Allah dalam menyalurkan kesabaran dan belas kasih, dan hal itu kiranya secara konkret menjadi nyata dalam fungsi kita sebagai ‘penyiram’ (perawat atau pengelola). Sebagai ‘penyiram’ memang harus hidup dijiwai oleh kesabaran dan belas kasih, sebagaimana dihayati oleh para petani, yang merawat tanamannya. Ingatlah dan sadari bahwa kesabaran dan belas kasih sungguh dibutuhkan oleh semua ciptaan Allah di bumi ini: manusia, binatang maupun tanaman, maka marilah kita sikapi, entah itu manusia, binatang maupun tanaman dengan dan dalam kesabaran dan belas kasih. Para ibu yang pernah mengandung dan melahirkan anak kiranya memiliki pengalaman kesabaran dan belas kasih, maka kemi harapkan dapat menjadi teladan dalam penghayatan maupun penyebaran kesabaran dan belas kasih. Kami berharap kepada para guru, orangtua, pamong atau pendamping dst.. menghayati fungsinya dalam dan dengan kesabaran dan belas kasih.
·   “Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu” (Rm 8:6-9), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Sebagai umat beriman kita semua dipanggil untuk hidup dalam dan oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Maka perkenankan dengan ini secara khusus saya mengingatkan dan mengajak segenap rohaniwan dan rohaniwati untuk dapat menjadi teladan dalam hidup oleh Roh alias penghayatan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Marilah kita sadari dan hayati bahwa sebagai rohaniwan dan rohaniwati kita memiliki tugas pengutusan untuk menyirami umat Allah dengan keutamaan-keutamaan tersebut, agar segenap umat Allah akhirnya juga menghayati atau menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Maka perkenankan saya mengangkat keutamaan ‘sabar’ yang menurut hemat saya pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan. “Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24)
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm 24:1-4).
Ign 22 Oktober 2011
  *) Sumber Millis KD

Selasa, 18 Oktober 2011

“Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

(Rm 6:12-18; Luk 12:39-48)
Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhaern, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Masing-masing dari kita memiliki tugas pengutusan atau kewajiban yang berbeda satu sama lain, tergantung dari fungsi atau jabatan atau pekerjaan kita masing-masing. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita bahwa apapun yang menjadi tugas pengutusan atau kewajiban kita hendaknya dilaksanakan atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bekerja keras agar selesai pada waktunya. Ada runmor “Jika orang merasa memiliki banyak uang maka yang bersangkutan akan boros uang, jika orang merasa memiliki banyak waktu, maka yang bersangkutan akan boros waktu alias bekerja seenaknya sambil bermalas-malasan”. Marilah kita renungkan sabda Yesus ini, yaitu “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak diituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Berapa banyak kita diberi atau dipercayakan marilah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, selesai pada waktunya atau sebagaimana diharapkan. Ingatlah dan hayatilah bahwa pertanggungjawaban dari apa yang kita lakukan akan dilakukan sewaktu-waktu, dan kita tahu tahu persis kapan waktunya, sebagaimana kita juga tidak tahu kapan akan meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Baiklah kita usahakan jika sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia tidak meninggalkan beban atau masalah kepada mereka yang kita tinggalkan, karena semuanya sudah kita laksanakan atau kerjakan dengan baik, tuntas dan selesai.
·   Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Rm 6:13), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman atau beragama. Kita dipanggil untuk memfungsikan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran untuk melakukan apa yang benar, baik dan mulia, sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya jangan memfungsikan anggota tubuh kita untuk berdosa, entah itu berarti menyakiti orang lain atau menjual diri sebagai pemuas nafsu seks kepada orang lain. Ingatlah dan hayati bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’, Allah hidup dan berkarya dalam tubuh kita yang lemah dan rapuh ini. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang dengan mudah mencemarkan anggota-anggota tubuh, entah secara aktif maupun pasif, untuk bertobat. Secara khusus saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan muda-mudi untuk senantiasa menjadi semua anggota tubuh tetap suci, tidak tercemar sedikitpun. Kepada mereka yang dianugerahi kecantikan atau ketampanan, kami harapkan hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, tidak menghadirkan atau menampilkan sedemikian rupa sehingga merangsang orang lain melakukan dosa. Dengan kata lain hendaknya kecantikan atau ketampanan tidak untuk dijual-belikan atau dikomersielkan. Entah laki-laki atau perempuan ketika melihat lawan jenisnya yang cantik atau tampan, hendaknya langsung memuji dan bersyukur kepada Tuhan, bukan untuk menguasainya melainkan melayaninya, artinya tidak pernah melukai sedikitpun.
“ Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, -- biarlah Israel berkata demikian --jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!” (Mzm 124:1-6)
Ign 19 Oktober 2011
*)Sumber Millis KD

Senin, 17 Oktober 2011

“Kerajaan Allah sudah dekat padamu”

(2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9)
“Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lukas, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Lukas, pengarang Injil, merupakan salah satu teman seperjalanan Paulus dalam rangka berkeliling dunia untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya menggambarkan secara singkat pengalaman perjalanannya dalam menemani Paulus berkeliling dunia. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Lukas hari ini marilah kita mawas diri perihal penghayatan atau pelaksanaan tugas kita sebagai pewarta Kerajaan Allah, artinya mewartakan Allah yang meraja. “Katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu”, demikian perintah Yesus kepada para muridNya. Allah yang meraja hidup dan berkarya di mana saja dan kapan saja, maka panggilan untuk mewartakan Kerajaan Allah berarti dengan rendah hati melihat dan mengimani Allah yang hidup dan berkarya di dalam seluruh ciptaanNya. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan ini kita diharapkan lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi daripada pada aneka sarana-prasarana duniawi, karena kita harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan masalah, “Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”, demikan peringatan Yesus. Melaksanakan tugas pengutusan bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti dapat mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah serta dapat menyembuhkan orang sakit apapun. Bersama dan bersatu dengan Allah juga berarti senantiasa bersama-sama dengan rekan-rekan seperutusan. Maka marilah melaksanakan tugas pengutusan bersama-sama dengan semangat gotong-royong.
·   Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya” (2Tim 4:17), demikian kesaksian iman Paulus. Kesaksian iman Paulus ini kiranya dapat menjadi kesaksian kita juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Marilah kita hayati pendampingan Tuhan dengan mengimani kehendak baik saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun atau apa-apa yang baik, indah, mulia dan luhur di lingkungan hidup kita. Marilah kita imani bahwa orang yang berkehendak baik lebih banyak dari pada orang yang berkehendak jahat. Injil atau Warta Gembira diperuntukkan bagi seluruh bangsa di dunia, maka hendaknya kita tidak takut jika diutus kemanapun juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan; hendaknya kita tidak takut berkata-kata perihal apa yang benar, baik, mulia, luhur dan indah kepada siapapun dan dimanapun. Tentu saja daari diri kita pribadi diharapkan baik adanya alias senantiasa berniat, berkehendak dan bersikap serta bertindak baik. Kita imani bahwa kebaikan pasti dapat mengalahkan kejahatan. Kita dapat belajar dari para pawang binatang buas yang dengan cintkasih mendekati dan bergaul dengan binatang buas dan akhirnya binatang yang menakutkan banyak orang dapat menjadi sahabat. Maka dekati dan sikapi orang, suasana atau tempat yang kelihatannya menakutkan dalam dan dengan cintakasih; siapapun atau apapun ketika didekati dan disikapi dengan dan dalam cintakasih pasti akan menjadi sahabat dan tidak menakutkan. Biasakan mendekati dan menyikapi segala sesuatu dalam dan oleh cintakasih, sebagai bukti bahwa Tuhan sungguh mendampingi hidup, perjalanan dan kesibukan kita.
“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya” (Mzm 145:10-13)
Ign 18 Oktober 2011
*) Sumber: Millis KD

Kamis, 13 Oktober 2011

“Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh”

(Rm 4:1-8; Luk 12:1-7)
Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Luk 12:1-7), demikian kutipan warta gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai orang beriman atau beragama kita tidak boleh takut menghayati iman atau ajaran agama dimanapun dan kapanpun, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah, termasuk juga ketika direndahkan atau dilecehkan atau diejek. Pelecehan atau ejekan kiranya hanya sebatas mulut saja dan sekiranya sampai menyakiti anggota tubuh kita pun kiranya tidak menyakitkan. Aneka pelecehan atau ejekan hemat saya berasal atau bersumber dari setan, maka hadapilah bersama dengan Tuhan atau diamkan saja, maka akan berhenti dengan sendirinya. “Jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”, demikian sabda Yesus. Setiap anggota tubuh kita sekecil apapun sungguh berharga atau bernilai dihadapan Tuhan, maka marilah kita hargai dan hormati semua anggota tubuh kita sebaik mungkin, artinya kita fungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita fungsikan setiap anggota tubuhnya sesuai dengan fungsinya, dan semua fungsi kiranya dapat padatkan ke dalam fungsi ‘melayani, menghormati dan memuji Tuhan melalui ciptaan-ciptaanNya’. Hormatilah dan pujilah aneka ejekan, cemoohan atau pelecehan sebagai perhatian atau kasih Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak takut diejek, diccmooh atau dilecehkan. Tidak mungkin orang mengejek, melecehkan atau menyakiti kita jika mereka tidak mengasihi kita.  Tanggapi ejekan, cemoohan dan pelecehan dengan bertanya “Mengapa?’, dan kemudian carilah dengan rendah hati apa yang menyebabkan mereka melecehkan, mencemooh atau mengejek kita.
·   "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Rm 4:7-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah melakukan banyak kesalahan namun ‘tidak diperhitungkan Tuhan’, berarti kita senantiasa diampuni, maka selayaknya kita juga mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, sebagaimana selalu kita doakan dalam doa Bapa kami “ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni mereka yang bersalah kepada kami”.  Balaslah mereka yang menyalahi, mengejek, mencemooh dan melecehkan anda dengan kasih pengampunan. Percayalah dan imanilah bahwa kasih pengampunan pasti dapat mengalahkan kebencian maupun balas dendam.  Hendaknya kita tetap ceria dan bahagia ketika dilecehkan, direndahkan atau dicemooh, karena dengan demikian kita memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan atau meneruskan kasih pengampunan kepada mereka. Kami berharap kembali kepada segenap orangtua atau bapak-ibu untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya hidup penuh syukur dan terima kasih karena telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah dari Tuhan melalui sesamanya, terutama melalui anda berdua sebagai orangtua. Pengalaman yang telah diterima atau diperoleh di dalam keluarga akan membekas atau mengakar dalam hati sanubari anak-anak dan kemudian dapat diperdalam dan diperkembangkan terus di dalam pendidikan di sekolah maupun masyarakat. Hidup bersama masa kini masih dicemari oleh orang-orang egois dan fanatik sempit, yang mencoreng persaudaraan sejati, maka menghayati dan menyebarluaskan kasih pengampunan pada masa kini sungguh mendesak dan up to date.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”
(Mzm 32:1-2.5)
Ign 14 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Rabu, 12 Oktober 2011

“Kamu telah mengabaikan keadilan dan kasih Allah”

(Rm 2:1-11; Luk 11:42-46)
“ Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.’ (Luk 11:42-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
 Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang-orang yang bersikap mental “Farisi’ memang senantiasa mengabaikan keadilan dan kasih Allah, hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi demi kepentingan pribadi atau kelompoknya serta tidak memiliki kepekaan social terhadap sesamanya.  Keadilan dan kasih Allah hemat saya antara lain dapat kita fahami sebagai ‘menjunjung tinggi, menghormati dan menghargai harkat martabat  manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah’. Dengan kata lain memperhatikan keadilan dan kasih Allah berarti dapat mengimani dan menghayati Allah yang hidup dan berkarya dalam diri manusia. Ingatlah dan hayati bahwa manusia diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, dan hidup kita adalah milik Allah, demikian juga segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam cara dan bentuk.  Jika kita dapat menghayati diri sebagai gambar atau citra Allah, maka kita pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dan dengan demikian senantiasa menghomati, menjunjung tinggi dan menghargai harkat martabat manusia. Maka perkenankan secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang mempekerjakan manusia dalam usaha atau kesibukannya atau keluarganya untuk sungguh memperhatikan keadilan dan kasih Allah dengan memberikan gaji atau imbal jasa yang memadai kepada mereka serta member kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk terus tumbuh berkembang sebagai pribadi manusia beriman maupun pekerja. Hendaknya jangan menjadikan mereka bagaikan sapi perahan saja, tidak manusiawi. Selanjuntya marilah kita renungkan peringatan Paulus kepada umat di Roma di bawah ini. 
·   Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.” (Rm 2:1).  Hendaknya kita jangan menghakimi orang lain dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Apa yang dimaksudkan dengan menghakimi disini tidak lain adalah melecehkan atau menjelek-jelekkan orang lain, yang berarti juga tidak menghomati Tuhan, tidak bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengasihi kita. Melecehkan atau merendahkan manusia berarti melecehkan Tuhan.  Maka marilah kita hormati sesama kita tanpa pandang bulu dan sebagai bangsa Indonesia marilah kita hayati sila kedua “Perikemanusiaan yang adil dan beradab”.  Kita diharapkan sebagai warganegara yang beradab. Memang untuk itu pendidikan penting sekali atau sangat berperan, karena dengan dan melalui pendidikan yang baik dapat diusahakan manusia-manusia yang beradab, tahu dan menghayati sopan santun atau tata karma dan berbudi pekerti luhur. Sekali lagi dan tanpa bosan-bosannya saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedini mungkin agar tumbuh berkembang sebagai manusia yang beradab, untuk itu ajaklah dan binalah anak-anak tahu berterima kasih dan bersyukur atas kasih yang telah diterimanya. Ssaling bererima kasih dan bersyukur antar anggota keluarga di dalam rumah kiranya juga merupakan modal dan kekuatan untuk bersyukur dan berterima kasih kepada sesamanya dalam lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Kepada kita semua saya ajak dan ingatkan: hendaknya dalam keadaan dan situasi apapun kita senantiasa bersyukur dan berteima kasih; entah sukses atau gagal dalam hidup maupun bekerja hendaknya tetap bersyukur atau berterima kasih. Kegagalan juga dapat menjadi alasan untuk bersyukur dan berterima kasih, karena dengan dan melalui kegagalan kita pasti akan bertanya mengapa gagal, dan dengan demikian kita akan berusaha untuk menemukan cara-cara baru agar tidak gagal. Dengan kata lain kegagalan merupakan wahana pembaharuan diri. Maka ketika gagal hendaknya tidak menjadi putus asa atau murung.
“ Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah” (Mzm 62:2-3.6-7)
Ign 12 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Selasa, 11 Oktober 2011

“Bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

(Rm 1:16-25; Luk 11:37-41)
“ Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” (Luk 11:37-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam kehidupan bersama masa kini kiranya lebih banyak orang yang suka menampilkan bagian luar yang kelihatan bersih daripada bagina dalam, karena bagian dalamnya kotor atau tidak bersih. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk jujur terhadap diri sendiri, terutama apa-apa yang ada di dalam batin atau hati kita. Apa yang ada di dalam batin atau hati kita kiranya yang mengetahui hanya diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk tidak bersandiwara dalam kehidupan dan kerja sehari-hari, tidak bersikap mental seperti orang-orang Farisi ‘yang bersih bagian luarnya, namun di dalam hatinya penuh kejahatan dan rampasan’. Kami berharap kejujuran terhadap diri sendiri ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluaga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Bagi para guru di sekolah-sekolah hendaknya dihayati kata ini “guru berarti digugu lan ditiru” (=ditaati dan ditiru). Pada masa kini pada umumnya anak-anak lebih mentaati dan meniru para gurunya daripada para orangtuanya, karena kalau tidak taat kepada guru pasti ada sangsinya, sedangkan tidak taat kepada orangtua dibiarkaan saja.  Para guru di sekolah-sekolah hendaknya sungguh jujur, sehingga para peserta didik kemudian juga belajar dan berusaha untuk hidup dan bertindak jujur. Hidup dan bertindak jujur pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan kebohongan dan korupsi masih marak di sana-sini, termasuk dalam bidang pendidikan maupun agama. Para penegak hukum dan kebenaran maupun wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat telah terjebak untuk hanya memperhatikan kepentingan pribadi yang kemudian melakukan korupsi. Semoga rakyat tidak meniru mereka atau terpengaruh oleh mereka yang dengan seenaknya melakukan korupsi atau cari enaknya sendiri.
·   Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.” (Rm 1:22-24). Kiranya cukup banyak orang yang merasa penuh hikmat, padahal dalam kenyataannya mereka adalah bodoh. Hal ini sering dilakukan oleh para pemimpin atau atasan dalam rangka menjaga wibawa atau demi gengsi. Ada juga orang yang nampaknya suci atau baik padalal yang bersangkutan sebenarnya brengsek atau jelek. Kebiasaan untuk ‘memoles diri’ sehingga kelihatan cantik atau tampan tidak hanya terjadi dalam hal tubuh atau wajah saja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi atau bersama. Yang juga sungguh memprihatinkan pada masa kini adalah proyek pembuatan jalan atau rehabilitasi jalan: ketika baru saja diperbaharui atau dibangun jalan begitu  mulus namun dalam beberapa bulan setelah jalan difungsikan hancur atau rusak. Sapaan Paulus kepada umat di Roma mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak hidup dan berindak pura-pura atau sandiwara, melainkan jujur apa adanya. Orang yang  tidak jujur selain mencemarkan atau mencelakakan orang lain juga mencemarkan dan mencelakakan diri sendiri. Kita juga diingatkan untuk tidak saling mencemarkan tubuh, secara konkret menjaga dan mengusahakan tubuh tetap suci  dan sehat wal’afiat. Maka kami berharap kepada kita semua untuk tidak melakukan tindakan-tindakan amoral seperti hubungan seks bebas, melacurkan diri atau pergi ke pelacuran demi uang atau kenikmatan seksual yang bersifat sementara. Memang mengusahakan dan menjaga tubuh tetap suci akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan, apalagi pada masa kini cukup banyak tawaran-tawaran kenikmatan yang diiklankan melalui aneka cara dan bentuk. Hidup, makan dan minum, istirahat dan kerja secara teratur juga merupakan salah satu usaha untuk menjaga dan mengusahakan kesucian atau kesehatan tubuh.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,”
(Mzm 19:2-5)
Ign 11 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD
__._,_.___

Senin, 10 Oktober 2011

“Angkatan ini adalah angkatan yang jahat”

(Rm 1:1-7; Luk 11:29-32)
“ Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.0 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.1 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   “Tanda-tanda zaman”, itulah judul tulisan halaman pertama majalah bulanan ‘Basis’ zaman dahulu ynng ditulis oleh Pater  Dick Hartaka SJ, pemimpin majalah tersebut. Dalam tulisan tersebut diuraikan refleksi atas aneka peristiwa yang terjadi selama sebulan sebelumnya. Kepekaan terhadap tanda-tanda zaman atau peristiwa yang sedang terjadi merupakan keutamaan yang membuat orang yang bersangkutan tumbuh berkembang menjadi orang yang bijak, sehingga ia senantiasa tanggap atas peristiwa yang sedang maupun akan terjadi serta dengan tepat dapat menanggapina sehingga yang bersangkutan selamat dan sejahtera. Kita semua dipanggil untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang bijak, maka marilah kita mendidik diri terus menerus agar tumbuh berkembang menjadi orang bijak. Salah satu cara untuk itu adalah setia dalam mengadakan pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari. Pemeriksaan batin merupakan salah satu bentuk doa yang dapat membuat kita semakin terampil dalam pembedaan roh, terampil membedakan apa yang baik dan jelek, terampil menemukan kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dalam doa malam ada bagian yang disebut dengan pemeriksaan batin, maka hendaknya hal itu sungguh dilaksanakan dengan baik. Pemeriksaan batin bukan pemeriksaan dosa. Pemeriksaan batin merupakan usaha untuk mengenali kecenderungan batin atau hati kita, maka hemat saya kecenderungan batin atau hati kita pada umumnya pasti lebih ke arah yang baik   daripada ke arah yang jelek. Dengan kata lain kiranya masing-masing dari kita lebih mendengarkan kehendak atau bisikan Roh Tuhan, yang mengajak kita untuk berbuat baik. Maka dalam pemeriksaan batin hendaknya  pertama-tama kita lebih melihat kecenderungan hati atau batin kita yang baik, sehingga kita berada dalam terang Tuhan, dan ketika kita berada di dalam terang Tuhan kita akan lebih mampu, teliti dan tajam untuk membedakan apa yang baik dan jelek. Hendaknya kecenderungan kepada apa yang baik terus diteguhkan dan diiperkembangkan, sedangkan kecenderungan kepada apa yang jelek segera dimatikan.
·   Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus” (Rm 1:5-6). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para imam atau pewarta kabar baik, entah imam, bruder, suster atau awam yang bertugas sebagai pewarta kabar baik alias memberitakan segala sesuatu yang baik. Para pewarta kabar baik dipanggil untuk “menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepadaNya”.  Percaya dan taat kepada Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan atau berbuat baik dimanapun dan kapanpun, tidak pernah menyakiti atau melukai orang lain tetapi senanitasa membahagiakan atau menyelamatkan orang lain, terutama jiwanya. Keselamatan jiwa manusia, baik jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain, senantiasa menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bekerja.  Bagi orang yang beriman kepada Yesus Kristus berarti senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan sabdaNya atau meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, sehinggga yang bersangkutan sungguh menjadi sahabat-sahabat Yesus atau ‘alter Christi’. Kepada mereka yang bertugas untuk menuntun saudara-saudarinya agar semakin berbakti kepada Tuhan, kami harapkan memiliki dan menghayati keutamaan rendah hati dan sabar serta tekun, seperti orang menuntun orang lansia atau ibu menuntun anaknya.  Memang dalam menuntun pada suatu saat dapat berada di depan, disamping atau dibelakang dari yang dituntun alias menghayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro ‘ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani’ (=keteladanan, pemberdayaan, motivasi).
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.” (Mzm 98:1-2)
Ign 10 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Kamis, 06 Oktober 2011

“Kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami”

(Yun 4:1-11; Luk 11:1-4)
“ Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Luk 11:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai orang beriman atau beragama kiranya setiap hari kita berdoa. Berdoa antara lain berarti mengarahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam warta gembira hari ini Yesus mengajarkan kepada kita agar berdoa sesuai dengan pengalaman, kebutuhan dan dambaan kita setiap hari alias isi doa adalah hal-hal konkret dan sederhana, tidak muluk-muluk. Doa Bapa Kami versi Injil Lukas singkat dan sederhana, yaitu ada 4 (empat) permohonan: semoga nama Allah senantiasa dikuduskan, semoga  Allah senantiasa merajai atau menguasai cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga semoga kita hidup sederhana serta saling mengampuni. Menguduskan nama Allah berarti memuji, memuliakan dan menghormati Allah, sehingga Allah senantiasa diutamakan atau dinomorsatukan dalam hidup sehari-hari. Ketika kita sungguh mengutamakan Allah maka mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Allah sehingga kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah kapan pun dan dimana pun. Kehendak Allah bagi kita semua antara lain agar kita hidup sederhana dan saling mengampuni. Maka kami berharap kepada kita semua umat beriman atau beragama untuk senantiasa mengusahakan hidup sederhana dalam hal apapun, tidak berfoya-foya atau boros. Jika kita semua hidup sederhana hemat saya tidak akan ada lagi orang yang menderita, miskin dan berkekurangan, namun karena ada sementara orang hidup dengan serakah maka semakin banyak orang yang miskin dan berkekurangan. Kasih pengampunan merupakan dasar dan modal utama untuk mengusahakan dan membangun hidup persaudaraan atau persahabatan sejati, maka marilah kita saling mengampuni sebagaimana Allah senantiasa mengampuni kesalahan dan dosa-dosa kita.
·    "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yun 4:10-11), demikian firman Allah kepada Yunus yang mengeluh dan menggerutu karena kasih pengampunan Allah kepada orang-orang Ninive yang bertobat. Yunus juga ditegor perihal salah-kaprahnya, yaitu lebih mengasihi pohon atau tanaman daripada manusia. Saya kira cukup banyak orang yang berbuat demikian juga, yaitu lebih mengasihi tanaman atau binatang kesayangannnya daripada manusia. Kita diingatkan untuk senantiasa hidup dan bertindak secara manusiawi serta mengutamakan manusia dalam berbagai hal atau kesibukan dan pekerjaan. “The man behind the gun” = Manusia yang berada di balik senjata, demikian kata sebuah pepatah, yang berarti manusialah yang utama dan terpenting bukan senjata atau harta benda. Dengan ini kami berharap kepada para pengemudi atau sopir yang membawa sejumlah penumpang manusia untuk sungguh menjaga dan mengusahakan keselamatan perjalanan, sehingga terbebaskan dari aneka bentuk kecelakaan. Kami berharap kepada mereka yang mempekerjakan  manusia, berarti para pengusaha apapun yang memiliki pekerja: hendaknya para pekerja, yaitu manusia yang bekerja keras dan memeras keringat untuk memajukan usaha anda. Kepada para orangtua kami untuk lebih mengutamakan pendidikan atau pembinaan anak-anaknya, sehingga anak-anak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Demikian pula kepada para penguasa atau pemimpin daerah kami harapkan mengalokasikan dana dan tenaga yang memadai untuk menunjang dan mendukung  karya pendidikan atau sekolah-sekolah yang berada di wilayahnya tanpa pandang bulu.
“Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku
 (Mzm 86:3-6)
Ign 5 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD

Senin, 03 Oktober 2011

Mg Biasa XXVII: Yes 5:1-7; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43
" Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita"
Pada masa Orde Baru jika ada tokoh masyarakat, bangsa atau Negara yang tidak taat kepada orang nomor satu di negeri ini, meskipun orangnya cerdas, beriman dan baik, maka yang bersangkutan akan diusir atau disingkirkan atau `dikeluarkan dari fungsi/jabatannya yang strategis' dalam hidup bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Jika ada orang baik yang mencoba mengganggu atau mempersulit keinginan dan dambaan anggota keluarga orang nomor satu di negeri ini juga disingkirkan dengan berbagai cara. Ada yang dibunuh, ada yang dipenjarakan dan ada yang melarikan diri keluar negeri dst.. Bahkan orang-orang pandai yang bersifat egois alias tidak prihatin dan berpartisipasi membangun dan membenahi kesremawutan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga lebih senang bercokol di luar negeri. Cara berpikir atau paradigma orang bersikap mental materialistis atau duniawi memang berlawanan dengan cara berpikir atau paradigma Tuhan. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini.
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." (Mat 21:42)
Yang dimaksudkan dengan `tukang-tukang bangunan' disini tidak lain adalah mereka yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yaitu yang gila akan harta benda/uang, pangkat/ keududukan/jabatan dan kehormatan duniawi, seperti orang-orang Farisi yang menjadi tokoh-tokoh bangsa Yahudi pada zaman Yesus. Dengan keserakahan dan kesombongannya mereka merampas hak-hak rakyat dan orang baik, cerdas dan beriman. Mereka menggunakan `aji mumpung' atau kesempatan sesuai dengan selera pribadi dan kewenangan atau kekuasaannya. Pada masa perjuangan kemerdekaan negeri kita mungkin dapat kita kenangkan tokoh Sukarna dan Hatta, yang sempat dibuang oleh penguasa penjajah berkali-kali dan akhirnya menjadi proklamator kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan namanya diabadikan di pintu gerbang negeri ini, nama bandara internasional terbesar di negeri ini, Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng-Jakarta.
Mayoritas penumpang pesawat terbang yang melalui Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng maupun bandara-bandara lainnya di negeri ini adalah orang-orang penting dan kaya, dengan kata lain menentukan kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka kami berharap kepada mereka ini agar setiap kali singgah sejenak atau seraya menunggu keberangkatan pesawat terbang di ruang tunggu Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng, untuk mengenangkan cara hidup, cara bertindak, perjuangan dan pengorbanan para proklamator negeri ini. Saya percaya bahwa para proklamator negeri ini sungguh cerdas beriman, hidup, berjuang dan berkorban demi kesejahteraan umum atau bangsa seluruhnya.
Kepada siapapun yang berada `di poros bisnis maupun di poros badan publik' dalam hidup bersama di negeri ini kami harapkan berpihak pada dan bersama mereka yang berada `di poros komunitas', yaitu rakyat. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa anda berada `di poros badan publik' karena dipilih dan didukung oleh rakyat dan ketika berkampanye anda berjanji untuk mensejahterakan rakyat, demikian pula yang berada `di poros bisnis' hendaknya menyadari dan menghayati bahwa keberhasilan bisnis anda tak terlepas dari rakyat, kerja, perjuangan dan keringat rakyat. Jangan ingkari janji dan kebenaran ini: rakyat adalah batu sendi atau penjuru bangunan hidup bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentu saja secara konkret kami juga berharap kepada segenap orangtua untuk senantiasa berpihak dan bersama dengan anak-anak yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Bukankah hidup berkeluarga atau sebagai suami-isteri tanpa anak terasa hambar dan kurang bergairah? Bukankah kehadiran anak-anak dalam keluarga anda menggembirakan dan menggairahkan hidup anda berdua? Boroskan waktu dan tenaga anda bagi anak-anak anda sebagai bukti cintakasih anda kepada anak-anak anda, yang telah dianugerahkan Tuhan kepada anda berdua!
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Flp 4:6-8)
Ajakan atau peringatan Paulus kepada umat di Filipi di atas ini hendaknya juga dijadikan ajakan atau peringatan kita semua, umat beriman atau beragama. Pertama-tama kita semua diharapkan tidak kuatir tentang apa pun juga; orang yang mudah kuatir berarti tidak/kurang beriman. Ingatlah dan sadari bahwa jika kita dalam keadaan kuatir atau takut berarti ketahanan tubuh kita dalam keadaan lemah dan dengan demikian mudah terserang oleh aneka jenis virus dan penyakit serta akhirnya jatuh sakit. Marilah kita imani dan hayati bahwa Allah senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan masing-masing serta kita diharapkan senantiasa bersyukur karena pendampingan atau penyertaanNya. Sebagai ucapan syukur kepada Allah kita diharapkan memikirkan "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis dan semua kebajikan".
Jika kita senantiasa memikirkan hal-hal di atas berarti kita juga akan melakukan atau menghayatinya, karena apa yang akan kita lakukan atau hayati sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan. Cara hidup dan cara bertindak kita tergatung dari apa yang kita pikirkan. Marilah kita melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana kapan pun dan dimana pun, karena apa yang disebut benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana hemat saya berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja. Kami berharap nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua.
"Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak;Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya" (Yes 5:5-6), demikian firman Allah melalui nabi Yesaya kepada kita semua, umat beriman atau beragama. Firman ini hemat saya merupakan peringatan bagi kita semua yang tidak melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana. Orang yang tidak menghayati keutamaan-keutamaan tersebut akan menderita dan sengsara, tidak hidup dalam damai dan sejahtera. Mereka akan merasa dirinya ditinggalkan oleh semua orang dan dengan demikian akan merasa kesepian. Maka baiklah firman Allah di atas ini sungguh kita renungkan, sehingga kita tergerak terus menerus untuk melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana.
"Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu. dijulurkannya ranting-rantingnya sampai ke laut, dan pucuk-pucuknya sampai ke sungai Efrat.: Mengapa Engkau melanda temboknya, sehingga ia dipetik oleh setiap orang yang lewat? Babi hutan menggerogotinya dan binatang-binatang di padang memakannya.Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu" (Mzm 80:9.12-16)
Ign 2 Oktober 2011
*) Sumber Millis KD