(1Pet 1:10-16; Mrk 10:28-31)
“
Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan
rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau
bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini
juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki,
saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai
penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup
yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kutipan
Warta Gembira hari ini kiranya baik untuk dijadikan refleksi bagi
mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, maupun
para orangtua yang anaknya tergerak atau memiliki keinginan untuk
menjadi imam, bruder atau suster. Sering ada komentar atau keluh kesah
ketika ada anak yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster,
orangtua merasa kehilangan seorang anak. Terpanggil menjadi imam, bruder
atau suster sekilas memang tidak ada lagi ikatan darah dengan orangtua
maupun keluarganya, padahal dalam kenyataan relasi spiritual
lebih handal dan kuat daripada relasi darah dan daging. Pengalaman saya
pribadi sebagai seorang imam tidak pernah merasa jauh dari orangtua
maupun keluarga, melainkan setiap hari berrelasi yaitu dengan
mendoakannya. Secara social kami pun memiliki banyak sahabat dan rekan,
yang tak terhitung jumlahnya. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan para imam, bruder atau suster untuk setiap hari mendoakan
orangtua maupun kakak dan adiknya, sedangkan kepada para orangtua kami
harapkan dengan penuh syukur berterima kasih kepada Tuhan ketika salah
seorang anaknya terpanggil menjadi imam, bruder atau suster. Bahkan kami
mengajak para orangtua untuk berpromosi panggilan menjadi imam, bruder
atau suster, antara lain dengan membina dan mendidik anak-anak untuk
peka akan orang lain alias memiliki kepedulian pada orang lain, terutama
bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. “To be man or woman with/for others”, itulah yang hendaknya menjadi acuan bagi para orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak-anaknya.
· “Hiduplah
sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai
kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di
dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil
kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Pet 1:14-16). Marilah anak-anak kita didik dan dampingi untuk menjadi ‘anak-anak yang taat dan tidak menuruti hawa nafsu’, sehingga
menjadi kudus atau suci. Kudus atau suci
berarti dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, karena anak juga
merupakan anugerah Tuhan. Saya percaya ketika anak baru saja dilahirkan
adalah kudus atau suci adanya, dan memang semakin tambah usia atau besar
karena pengaruh lingkungan ternyata juga semakin tambah dosanya alias
ada kecenderungan tidak suci lagi. Kami berharap agar lingkungan hidup
keluarga dapat membantu dan memotivasi anak-anak untuk tumbuh berkembang
menjadi pribadi yang kudus atau suci. Untuk itu orangtua atau bapak-ibu
hendaknya dapat menjadi teladan hidup suci bagi anak-anaknya, setia
hidup saling mengasihi sebagai suami-isteri sampai mati. Sebagai orang
beriman dan beragama hendaknya didalam keluarga setiap hari
diselenggarakan doa bersama, saling mendoakan satu sama lain, syukur
juga dapat diadakan pendalaman iman atau kitab suci, saling berbagi
pengalaman iman. Sebagai rector Seminari Menengah Mertoyudan saya sangat
terkesan akan sharing seorang seminaris, dimana tiga bersaudara
tergerak untuk menjadi imam dan suster: dua anak laki-laki yang satu
telah menjadi frater SJ dan adiknya saat ini diterima sebagai novis SJ,
sedangkan adiknya/si bungsu, perempuan juga akan menjadi suster. Semoga
nafsu-nafsu duniawi seperti seks, narkoba, semangat materialistis tidak
menjiwai seluruh anggota keluarga.
“Nyanyikanlah
nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan
yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan
kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan
keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan
mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap
kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada
Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi,
bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mzm 98:1-4)
Ign 29 Mei 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar