Selasa, 29 Januari 2013

"Siapa ibuKu dan siapa saudaraKu?"

(Ibr 10:1-10;Mrk 3:31-35) “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk 3:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Hidup persaudaraan sejati pada masa ini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, mengingat dan memperhatikan ketegangan, tawuran, kebencian dan balas dendam maupun permusuhan masih marak di sana-sini. “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”, demikian tanggapan Yesus atas orang-orang yang berkata kepadaNya bahwa ‘ibu dan saudara-saudaraNya’ ada di dekatNya. “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”, demikian penjelasan lebih lanjut dari Yesus. Pelaksana kehendak Allah itulah saudara atau sahabat sejati. Kehendak Allah yang utama dan pertama-tama tidak lain adalah perintah bagi kita semua agar hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita kiranya antara lain diusahakan dengan nyanyian “Kasih Ibu”, yaitu “Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Kasih Allah kepada kita memang tak terhingga, sepanjang masa, bagaikan sang surya menyinari dunia, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengasihi tanpa syarat sampai mati. Salah satu wujud kasih yang mudah dilakukan dan murah meriah, namun sungguh memprihatinkan bahwa kurang diperhatikan pada masa kini, yaitu “boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih”, sebagaimana terjadi dan dialami oleh mereka yang sedang berpacaran. Dalam masa pacaran kiranya semuanya dihayati dengan baik dan enak, sehingga dua insan yang saling berbeda satu sama lain semakin bersahabat dan bersatu. · “Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:7-10). Kutipan ini kiranya semakin meneguhkan dan menguatkan ajakan kami bahwa yang utama dan pertama-tama kita hayati sebagai orang beriman atau beragama adalah ‘melakukan kehendak Allah’ bukan aneka bentuk ibadat, doa atau upacara-upacara. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan yang telah dibaptis, entah katolik atau Kristen, bahwa ketika dibaptis kita disucikan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain keadaan kita waktu itu suci adanya. Kami berharap kita semua menjaga dan merawat kesucian tersebut, tidak menjadi luntur dalam hal kesucian, melainkan dalam hal kesucian semakin mantap dan handal. Orang yang sungguh suci pada umumnya menarik dan memikat serta mempesona bagi orang lain, sehingga orang lain yang bergaul dengannya atau melihatnya akhirnya juga tergerak untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah yang unggul dan handal. Kami berharap dalam hal kesucian ini saling membantu dan mengingatkan, maka hendaknya ketika ada rekan kita yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan memperdalam kesucian hidup segera kita bantu atau damping. Dengan kata lain marilah kita bekerjasama atau bergotong-royong dalam berusaha hidup suci maupun memperdalam dan mengembangkan kesucian hidup. “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar” (Mzm 40:7-11) Ign 29 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Senin, 28 Januari 2013

“Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara”

(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12) “ Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 12:8-12), demikian kutipan Warta gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Salah satu tugas atau panggilan seorang imam adalah menjadi pewarta Injil atau fungsi sebagai guru atau pengajar. Tentu saja apa yang diwartakan atau diajarkan adalah apa-apa yang membuat para pendengarnya semakin bijak serta menghayati ajaran demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam khususnya serta rekan-rekan guru atau pengajar pada umumnya untuk meneladan semangat St.Tomas Aquino dalam melaksanakan tugas atau menghayati panggilan, tentu saja juga dengan rendah hati, tidak sombong, karena aneka pengetahuan atau ajaran yang telah diterimanya dan kemudian diteruskan kepada orang lain merupakan anugerah Allah yang diterima melalui sekian banyak orang yang telah mendidik dan mengajarnya. Memang orang bijak sejati pada umumnya juga rendah hati, melaksanakan tugas dengan semangat melayani. Cirikhas melayani antara lain senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, serta tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi kesulitan, tantangan maupun masalah dan hambatan. Melayani dengan rendah hati sendiri hemat saya sudah merupakan bentuk pewartaan atau pengajaran yang handal. Pengajar atau guru yang baik dan handal kiranya selama menjalankan tugasnya juga dijiwai semangat belajar, yaitu belajar dari mereka yang mendengarkan pengajarannya. Dengan kata lain hendaknya antar guru dan murid, pengajar dan yang diajar, terjadi saling belajar dan mengajar. Percayalah juga bahwa ketika pengetahuan diteruskan atau diajarkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin berkembang dan handal. · “Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya.” (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan memang penting dan perlu sekali bagi kehidupan dan tugas pekerjaan kita. Bukankah kita belajar sejakTaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta bergelar sarjana atau doktor maupun professor tidak lain untuk mencari dan memperdalam pengertian dan kebijaksanaan, demikian pula ketika kita membaca surat kabar maupun menyaksikan berita-berita melalui media elektronik. Kami berharap pengertian atau kebijaksanaan yang telah diperoleh atau diterima segera secara langsung disumbangkan kepada orang lain, karena dengan demikian pengertian atau kebijaksanaan tersebut akan semakin mantap dan handal kita miliki. Kepada kita semua kami harapkan meningkatkan dan memperdalam budaya atau kebiasaan membaca, entah membaca buku atau majalah/surat kabar. Seandainya tidak mungkin membaca, baiklah menyaksikan apa yang disiarkan melalui TV, karena juga ada cukup banyak pengertian dan kebijaksanaan yang disiarkan melalui aneka cara, demikian aneka warta berita akan memperkaya pengertian dan kebijaksanaan kita. Siaran berita atau informasi juga dapat disaksikan oleh mereka yang berada dalam perjalanan: nikmati, lihat dan cermati apa yang terjadi di perjalanan, di tempat atau lingkungan yang kita lewati. Aneka peristiwa terjadi dijalanan dan hemat saya dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik dan murah, maka jangan dilewatkan. Marilah kita perkembangkan dan perdalam semangat belajar terus-menerus sampai mati. “Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.” (Mzm 119:8-12) Ign 28 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Jumat, 25 Januari 2013

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Kis 9:1-22; Mrk 16:15-18) “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta ‘Bertobatnya St.Paulus’ hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Paulus dikenal sebagai rasul agung; ia yang semula mengejar dan menyiksa para murid atau pengikut Yesus Kristus menerima rahmat Allah dan kemudian bertobat menjadi murid Yesus Kristus yang unggul dan handal. Memang rahmat Allah ketika diimani dan dihayati akan merubah orang secara total, dan mau tak mau akhirnya harus hidup dan bertindak sesuai dengan rahmat Allah alias melaksanakan kehendak dan perintah Allah atau sabda Yesus. Setelah bertobat Paulus menghayati sabda Yesus ini: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Paulus berkeliling ke ‘seluruh dunia’ untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira, dan buah pewartaanya sungguh luar biasa, sekian banyak orang telah bertobat dan ajaran Yesus Kristus menyebar ke seluruh dunia sampai kini. Kita yang berada di Indonesia dan percaya kepada Yesus Kristus hemat saya tak terlepas dari atau karena jasa pelayanan Paulus, rasul agung, yang tak kenal lelah, siang malam mewartakan Injil atau Kabar Gembira. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan rasuli juga, maka marilah dimana pun berada dan kemana pun kita pergi senantiasa mewartakan apa yang baik, atau ketika menghadapi sesuatu yang tidak atau kurang baik segera kita perbaiki. Percaya kepada Allah tidak perlu takut menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam rangka berbuat baik atau mewartakan apa yang baik, karena kebaikan pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Sentuhan kasih orang beriman akan mampu menyembuhkan orang sakit, entah itu sakit hati, sakit jiwa atau sakit tubuh. Marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dalam nama Tuhan. · "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias, utusan Allah, kepada Paulus. Sentuhan dan kata-kata Ananias telah membuat Saulus yang buta kemdian dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan Saulus pun menerima anugerah Roh Kudus. Hal ini kiranya mengingatkan kita semua, orang-orang Katolik, yang telah menerima Sakramen Penguatan, dimana kita menerima sentuhan dari tangan Uskup sekaligus anugerah Roh Kudus. Roh Kudus senantiasa menggerakkan dan menggairahkan orang yang menerimanya, bergerak dan bergairah dalam mewartakan Kabar Baik, apa yang baik dan menyelamat-kan serta membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang telah menerima Sakramen Penguatan untuk tidak tinggal diam, melainkan bergerak secara dinamis untuk mewartakan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus tidak pernah merasa lelah dalam melakukan apa yang baik dan membahagiakan, meskipun kurang tidur atau kurang makan dan minum pasti akan tetap bergairah dan dinamis. Yang bersangkutan juga tak akan pernah jatuh sakit, karena kegembiraan dan kegairahan merupakan senjata yang handal dalam rangka menangkal serangan aneka virus penyakit. Bergembira dan bergairah dalam dan karena iman juga tak mungkin kena ‘santet’, yang dilakukan oleh para dukun atau paranormal yang tak bermoral. Memang bagi siapapun yang beriman kepada Allah tidak ada alasan untuk sedih atau murung, melainkan senantiasa bergembira dan dinamis. Kegembiraan dan kegairahan membuat metabolism darah dan kinerja syaraf kita sungguh prima dan dengan demikian dapat menangkal aneka serangan penyakit. Sebaliknya orang pemurung dan putus asa akan mudah jatuh sakit. “Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117) Ign 25 Januari 2013 *) Sumber Millis KD