Jumat, 29 Juni 2012

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga”

HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga”
Di dalam Gereja Katolik ada jabatan Paus, Uskup yang dibantu oleh para pastor paroki alias Hirarki  dan Lembaga Hidup Bakti (biarawan dan biarawati). Hirarki merupakan kepanjangan peran Petrus sebagai wakil Yesus Kristus alias Pemimpin Gereja Katolik, sedangkan Lembaga Hidup Bakti merupakan kepanjangan dari peran Paulus sebagai Rasul Agung, yang dalam penghayatan panggilannya senantiasa bepergian ‘keliling dunia’. Dua tokoh Gereja ini memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda dirayakan bersama-sama sebagai wujud penghayatan iman bahwa kerjasama dalam pelayanan pastoral, mewartakan Kabar Baik harus bekerjasama satu sama lain, di antara kita yang sungguh saling berbeda ini. Kerjasama hemat saya merupakan cirikhas pribadi kita masing-masing, karena masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama cintakasih antara orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus dan St.Paulus hari ini marilah kita mawas diri perihal kerjama, dan tentu saja pertama-tama juga harus mawas diri perihal anugerah, keterampilan dan kecakapan pribadi kita masing-masing (untuk itu dua santo ini dapat menjadi bahan mawas diri).
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19)
Ada kata yang sering diucapkan, yaitu “Roma berkata, habis perkara”. Kata-kata ini merupakan pengakuan iman bahwa Paus, Pemimpin Gereja Katolik, yang tinggal di Roma memiliki ‘kuasa mengajar’ yang harus ditaati oleh semua anggota Gereja Katolik. Paus merupakan penerus Petrus, yang menerima tugas dari Yesus Kristus, sebagaimana disabdakan dalam kutipan di atas ini. Cukup banyak ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Pemimpin Gereja Katolik beserta Staf Kepausan: ada yang bersifat yuridis, dekrit, pastoral, anjuran, himbauan dst.. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk membaca dan mempelajari aneka dokumen kepausan tersebut, dan kebetulan tahun yang akan datang dimaklumkan sebagai ‘Tahun Iman’, suatu ajakan untuk mengadakan gerakan pendalaman dokumen-dokumen kepausan.
Pelaksanaan ‘kuasa mengajar’ Paus didelegasikan juga dalam hal-hal tertentu kepada para Uskup dan para Uskup kemudian juga mendelegasikan beberapa hal kepada para pastor, entah yang berkarya di paroki/territorial, sosial, pendidikan dst.. Hemat saya para pastor setiap minggu atau setiap hari dalam Perayaan Ekaristi senantiasa menyampaikan ajaran-ajaran yang bersumber pada Injil/Kitab Suci, aneka dokumen kepausan atau keuskupan maupun aneka refleksi iman sebagaimana tertulis dalam buku-buku. Maka kami berharap kepada segenap umat ketika berpartisipai dalam ibadat maupun kegiatan pendalaman iman untuk dengan sungguh-sungguh mendengarkan dan meresapkan atau mencccap dalam-dalam aneka masukan, informasi, nasihat dst.. yang disampaikan oleh pengkotbah maupun surat-surat edaran pastoral.
Setiap tahun paling tidak dua kali, yaitu selama masa Prapaskah atau masa Adven kita diajak untuk berpartisipasi ke dalam aneka kegiatan pendalaman iman, yang dikemas sesuai dengan tema-tema terpilih sesuai dengan situasi masyarakat, dengan harapan umat dapat dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka kami berharap kesempatan pendalaman iman selama masa Prapaskah maupun masa Adven sungguh diperhatikan; seluruh umat kami harapkan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, dan sekiranya tak mungkin dilakukan di lingkungan tempat tinggal, baiklah dilakukan di tempat kerja.
Sabda Yesus kepada Petrus di atas kiranya juga perlu kita renungkan atau refleksikan terkait dengan ikatan-ikatan atau janji-janji yang telah kita ikrarkan. Kami percaya ketika kita sedang berjanji, yaitu janji nikah, kaul, janji imamat, janji pegawai, janji pelajar dst .. kiranya kita menghayatinya sebagai rahmat atau anugerah Tuhan, dengan kata lain memang Tuhan lah yang mengikat janji-janji tersebut. Karena yang mengikat adalah Tuhan, maka hendaknya kita jangan seenaknya saja memutuskan atau membuat ikatan menjadi kendor atau pudar. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kiranya ikatan semakin kuat dan erat, tak terpisahkan. Selanjutnya marilah kita refleksikan apa yang terkait dengan pengalaman iman St Paulus sebagai rasul agung.
“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2Tim 4:6-8)
Paulus memang dikenal sebagai pekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati panggilannya dan seorang rasul ia juga tidak mau menjadi beban bagi umat, melainkan ia mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan membuat kemah untuk dijual. “Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat”, demikian sharing iman Paulus, yang kiranya layak untuk kita renungkan atau refleksikan. Fungsi darah dalam tubuh kita tidak lain adalah menghidupkan seluruh anggota tubuh sehingga semua anggota tubuh fungsional semuanya sesuai dengan fungsi masing-masing dan dengan demikian tubuh sehat wal’afiat, segar bugar. Maka dari itu anda semua untuk mengusahakan dan merawat tubuh tetap segar bukan, dan untuk itu hendaknya senantiasa menikmati makanan yang bergizi sesuai dengan pedoman ‘empat sehata lima sempurna’ disertai olahraga yang memadai. Hendaknya dijauhkan aneka jenis makanan dalam kemasan atau instant.
St Paulus kiranya dapat menjadi teladan bagi rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti yang bersifat mondial, yang senantiasa siap sedia untuk diutus kemana pun. Namun demikian hemat saya juga dapat menjadi teladan bagi siapapun yang tugas pekerjaannya senantiasa bepergian, tidak menetap di kantor terus-menerus. Hendaknya dimana pun berada atau kemana pun pergi senantiasa menjadi pewarta kabar baik, artinya jati dirinya senantiasa baik sehingga kehadirannya tanpa melakukan sesuatu pun membuat lingkungan hidupnya semakin baik, apalagi ketika melakukan sesuatu akan menggembirakan dan membahagiakan orang lain tanpa pandang bulu.
Semua orang kiranya mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, maka meskipun kita berbeda satu sama lain, seperti Petrus dan Paulus, hendaknya kita bekerjasama dalam pelayanan dan hidup bersama. Secara konkret kami harapkan para pelayan territorial bekerjasama dengan mereka yang bekerja di fungsional: Lembaga Hidup Bakti kehadirannya di suatu wilayah keuskupan hendaknya bekerja sama dalam pelayanan, Hirarki bekerjasama dengan Kharisma. Memang secara konkret akhirnya kami harapkan para biarawan-biarawati di wilayah paroki tertentu bekerja sama dengan pastor paroki setempat, dan tentu saja pastor paroki setempat juga harus memperhatikan kehidupan rohani para anggota lembaga hidup bakti di wilayahnya.
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (Mzm 34:2-9)
Ign 29 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu”

(2Tim 2:22b-26; Yoh 17:20-26)
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka”(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Ireneus, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Terpanggil sebagai uskup maupun pastor/imam sebagai pembantu uskup serta para pembantu pastor/imam di paroki dst…seperti anggota/pengurus dewan paroki, pengurus stasi dan linkungan, para pendeta atau pemuka umat beragama,  hemat saya memiliki tugas atau panggilan sebagai pemersatu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan Yang Mulia para uskup, rekan-rekan imam beserta para pembamtunya untuk senantiasa mengusahakan persatuan umat yang harus dilayaninya. Usahakan agar terjadi kesatuan hati dan budi di kalangan umat Allah, karena kehidupan hidup bersama yang dijiwai oleh kesatuan hati dan budi pada dirinya sendirinya bersifat missioner, memikat, mempesona dan menarik bagi banyak orang untuk mendekat bergabung. Pertama-tama kami mengajak para pastor paroki yang tinggal bersama dan bekerja bersama melayani umat di parokinya untuk menghayati kebersamaan hidup dan karya: hendaknya yang muda maupun yang tua saling menghormati, menghargai dan mengasihi satu sama lain. Para pengurus atau anggota dewan paroki kami harapkan juga menghayati kebersamaan hidup, demikian juga para ketua stasi atau lingkungan. Salah satu usaha yang hendaknya tidak ditinggalkan dan dapat dikerjakan setiap hari adalah berdoa: berdoalah bagi seluruh umat Allah agar merekapun juga hidup bersama dijiwai oleh kesatuan hati dan budi; anta umat Allah kami harapkan juga saling mendoakan dan mengujungi. Tak ketinggalan kami juga mengingatkan para suami-isteri atau bapak-ibu dapat menjadi teladan persatuan hidup bersama sampai mati, saling mengasihi sampai mati sebagaimana telah diikrarkan ketika  mengawali bersama hidup sebagai suami-isteri.
·   Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.” (2Tim 2:24-26). Kutipan ini sangat bagus untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para ‘hamba Tuhan’. Yang disebut seorang hamba pada umumnya sungguh melayani dengan baik mereka yang harus dilayani. Marilah kita ingat dan sadari bahwa para gembala Gereja senantiasa berusaha untuk hidup melayani serta menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina, meneladan  Yesus yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Para hamba Tuhan dipanggil untuk saling ramah, sabar dan lemah lembut. “Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan dan masalah” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak sabar pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskn dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kapan pun dan dimana pun. Berbagai masalah dan rangsangan pada masa kini memang marak serta mengundang dan merayu orang untuk marah dan menggerutu serta tergesa-gesa menanggapi tanpa dipikirkan dan direnungkan lebih dahulu.
TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm 30:3-6)
Ign 28 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

Rabu, 27 Juni 2012

“Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik”

(2Raj 22:8-13; 23:1-3; Mat 7:15-20)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Mat 7:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pada awal hidupnya, entah itu manusia, binatang atau tanaman pada umumnya baik adanya, itulah jati diri ciptaan Allah yang diciptakan dalam keadaan baik. Namun dalam perjalanan waktu perkembangan dan pertumbuhan apa yang baik tersebut sering atau pada umumnya mengalami erosi, atau bahkan tumbuh berkembang menjadi jelek. Kami berharap kepada kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, entah yang masih dalam keadaan baik atau mulai jelek atau rusak, untuk mawas diri. Kepada yang masih baik kami harapkan untuk tetap setia dan tambah memperkembangkan kebaikannya, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah; sedangkan yang mulai jelek atau rusak kami ajak untuk bertobat kembali menjadi baik seperti semula. Untuk bertobat atau memperbaharui diri masih tersedia kesempatan dan kemungkinan cukup banyak, karena Allah sungguh Mahakasih dan Mahapengampun, maka segeralah bertobat agar tidak “ditebang dan dibuang ke dalam api”. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”, demikian sabda Yesus yang hendaknya juga kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita lihat dan cermati cara hidup dan cara bertindak saudara-saudari kita; jika cara hidup dan cara bertindaknya baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain, maka jelaslah orang yang bersangkutan baik adanya, entah agama atau keyakinannya apapun. Maka jangan terjebak pada omongan yang manis dan mempesona, melainkan perhatikan cara hidup dan cara bertindak orang. Kepada kita semua kami ajak untuk senantiasa berperilaku atau bertindak baik dimana pun dan kapan pun.
·   "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya." (2Raj 22:13). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita bersama. Petunjuk Tuhan dapat kita temukan dimana-mana, antara lain di dalam Kitab Suci kita masing-masing, dalam aneka tata tertib atau aturan hidup dan kerja bersama dst.. Maka perkenankan saya memberi contoh-contoh. Parida pelajar atau mahasiswa jika mendambakan hasil atau buah yang baik dalam belajar kami harapkan setia melaksanakan tugas belajar setiap hari dan tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian saja. Dengan tekun dan rendah hati dengarkan pengajaran yang disampaikan oleh para guru atau dosen, dengarkan dan cecap dalam-dalam apa yang diajarkan. Para pekerja atau pegawai kami harapkan setia mentaati aturan kepegawaian atau melaksanakan pekerjaan, tidak bermalas-malas di tempat kerja; ingatlah dan sadari serta hayati bahwa imbal jasa atau gaji yang anda terima berasal dari orang banyak, termasuk orang-orang miskin yang mengkomsumi hasil kerja anda. Mereka yang terpanggil, entah menjadi imam, bruder atau suster maupun orangtua, kami harapkan setia pada janji atau kaul yang pernah dikrarkan, dan kami harapkan dapat menghasilkan buah kasih yang melimpah ruah bagi saudara-saudarinya. Jauhkan aneka bentuk kemarahan atau kejengkelan saudara-saudari kita, karena kita hidup seenaknya, tak bertanggungjawab, bermalas-malasan saja. Mereka yang berada di jalanan kami harapkan setia mentaati aneka tata tertib di jalan, jika mendambakan selamat sampai  di tujuan.
“Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!.”
(Mzm 119:34-37)
Ign 27 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

“Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan”

(2Raj 19:9b-11.14-21.31-35a.36; Mat 7:6.12-14)
 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:6.12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur memang tidak mudah, maka dapat difahami bahwa banyak orang enggan untuk menjadi guru atau pendidik, apalagi imbal jasa guru atau pendidik masa kini kurang memadai untuk hidup layak seperti pekerja-pekerja berijasah lainnya. Banyak orangtua pun pada masa kini juga kurang tahu bagaimana mendidik anak-anaknya dengan benar dan baik, serta ada kecenderungan memanjakan anak-anaknya, apalagi jumlah anak hanya dua sesuai dengan gerakan pembatasan kelahiran (KB=Keluarga Berencana) yang dicanangkan oleh pemerintah. Gerakan KB yang hemat bagus, jika kata-kata Keluarga Berencana direfleksikan secara benar, telah bergeser atau berubah menjadi gerakan kesejahteraan ekonomi keluarga alias sikap mental materialistis menjadi hidup berkeluarga. Jika demikian adanya berarti orangtua atau bapak-ibu bersikap mental materialistis, maka anak-anaknya jelas menjadi korban dan akan lebih bersikap mental materialistis. Orang lebih mengutamakan harta benda dan makanan daripada hidup, lebih mengutamakan pandai daripada baik. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua untuk bersama-sama mengutamakan dan mengusahakan hidup yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Hal ini hemat saya perlu dimulai di dalam keluarga-keluarga, yang dimotori oleh orangtua. Untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur memang harus melalui proses panjang dan berbelit-belit, sulit, harus melalui jalan yang sarat dengan masalah dan tantangan. Marilah kita lalui jalan kehidupan sejati dengan rendah hati dan kerja keras serta bersama-sama dalam kegotong-royongan.
·   Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup. Ya TUHAN, memang raja-raja Asyur telah memusnahkan bangsa-bangsa dan negeri-negeri mereka dan menaruh para allah mereka ke dalam api, sebab mereka bukanlah Allah, hanya buatan tangan manusia, kayu dan batu; sebab itu dapat dibinasakan orang.Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya TUHAN." (2Raj 19:15-19), demikian doa raja Hiskia kepada Tuhan. “Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi”, inilah doa yang hendaknya juga menjadi doa bagi mereka yang menjadi ‘raja’, pemimpin, kepala Negara, perdana menteri, gubernur, bupati dst… Sadarilah dan hayatilah bahwa anda merupakan wakil Allah di bumi ini, maka hendaknya menghayati tugas dan pengutusannya sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi. Usahakan agar rakyat yang harus anda pimpin atau layani tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, dengan kata lain hayati bahwa anda sebagai wakil Allah adalah abdi atau pelayan rakyat, harus mengabdi atau melayani rakyat. Tanda keberhasilan atau kesuksesan penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas anda adalah semua rakyat hidup damai, sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani, spiritual dan fisik. Alokasikan dana dan tenaga yang memadai untuk pelayanan bidang pendidikan, serta perhatikan sungguh-sungguh bahwa semua karya pendidikan lebih mengutamakan agar semua peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita!Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng” (Mzm 48:2-4).
Ign 26 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

"Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia”

Anak yang masih dalam kandungan ibu pada umumnya, sang ibu dan bapak sudah mulai merencanakan nama anak yang akan lahir nanti; menyiapkan dua nama laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain pemberian nama pada anak datangnya tidak tiba-tiba, melainkan dipikirkan dan direnungkan cukup lama, sesuai dengan dambaan atau harapan terhadap anak tersebut. Dalam suku-suku tertentu memiliki tradisi: nama marga harus dipakai dalam nama anak yang baru saja dilahirkan, sebagaimana juga harus terjadi dengan anak yang dilahirkan oleh Elisabet: anak laki-laki yang dilahirkan harus menggunakan nama ayahnya, yaitu Zakheus. Namun Zakheus telah menerima wahyu dari Allah ketika ia akan dikandung oleh Elisabet, bahwa Elisabet isterinya akan mengandung seorang anak laki-laki dan harus dinamai Yohanes. Pemberian nama Yohanes pada anak yang dilahirkan oleh Elisabet menggemparkan saudari-saudarinya dan masyarakat, karena tidak seperti biasanya, maka merekapun berseru atau bertanya-tanya “Menjadi apakah anak ini nanti?”.
“Menjadi apakah anak ini nanti? Karena tangan Tuhan menyerati dia(Luk 1:65)
Kelahiran Yohanes secara fisik kiranya sungguh merupakan keajaiban atau anugerah luar biasa, karena dalam usia lansia Elisabet mengandung dan melahirkannya, ia yang telah disebut mandul tiba-tiba mengandung dan melahirkan seorang anak. Kehendak Tuhan memang tidak sama dengan kehendak manusia, dan berkenaan dengan Yohanes pun kiranya ayahnya, Zakheus maupun ibunya, Elisabet, pasti berjanji kepada Tuhan jika dianugerahi anak akan dipersembahkan kepada Tuhan, dan terserah Tuhan menghendakinya. Tangan Tuhan menyertai Yohanes sejak masih ada di dalam kandungan atau rahim Elisabet; berada di tangan Tuhan memang mau tak mau harus setia mengikuti kehendak dan perintah Tuhan.
"Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Luk 1:13-17), demikian sabda Tuhan melalui malaikatNya perihal masa depan Yohanes, yang telah lahir dari kandungan Elisabet.
Yohanes memiliki tugas dan panggilan “menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya”, dengan kata lain ia dipanggil menjadi ‘bentara Penyelamat Dunia’, orang yang mempersiapkan dan merintis jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia. Sebagai orang beriman berarti Tuhan senantiasa menyertai kita, maka kita sebagai orang beriman juga dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, mempersiapkan saudara-saudari kita, umat manusia untuk siap sedia menerima kedatangan Tuhan. Salah satu tugas atau pekerjaan orang yang mempersiapkan kedatangan orang penting dan terhormat adalah mengadakan pembersihan lingkungan, mengatur lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga layak untuk didatangi atau dikunjungi. Kita dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan berarti kita harus lebih baik mengusahakan kebersihan dan kelayakan lingkungan hidup.
Membersihkan dan mengatur lingkungan hidup tentu saja pertama-tama dan terutama yang perlu dibersihkan dan diatur ialah manusia-manusianya, karena jika manusianya bersih dan teratur dengan demikian lingkungan hidup juga akan bersih dan teratur. Manusia yang bersih artinya bersih dari dosa, dengan kata lain hidupnya baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka marilah kita ajak saudara-saudari kita yang berdosa untuk bertobat. Marilah mereka yang cara hidup dan cara bertindak amburadul kita ajak hidup dan bertindak teratur. Salah satu bentuk keteraturan antara lain orang setia dan disiplin dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajibannya. Kesetiaan dan kedisiplinan pada masa kini sungguh mendedak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita” (Kis 13:24-26)
Membuka kasut dari kakiNya pun aku tidak layak”, demikian ungkapan atau kata Yohanes yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan serta hayati. Kata-kata atau ungkapan ini hemat saya menunjukkan kerendahan hati seseorang, dan keutamaan kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan utama, yang mendasari keutamaan-keutamaan lainnya. Sekali lagi kami angkat salah satu arti rendah hati, sebagaimana pernah saya sampaikan: “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24)
Penghayatan rendah hati pada masa kini antara lain adalah tidak mudah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau orang menyakiti dan mempersulit hidup dan kerja kita. Pada masa kini hemat kami orang dengan mudah mengeluh dan menggerutu ketika harus mengkonsumi makanan yang tidak enak namun sehat, demikian juga ketika harus bekerja berat sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibiasakan mengkomsumi makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak enak dengan berpedoman pada ‘empat sehat lima sempurna’. Jika orang dalam hal makan dan minum tidak mudah mengeluh atau menggerutu, maka yang bersangkutan juga akan mudah untuk berperilaku rendah hati.
"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:6), demikian firman Allah kepada Yesaya, sang nabi. Sebagai orang beriman kita memiliki panggilan kenabian juga, maka marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi ‘terang bagi bangsa-bangsa’. Hidup dan bertindak menjadi terang berarti senantiasa dalam keadaan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur alias tidak pernah mengecewakan dan melukai orang lain sedikitpun. Dengan kata lain marilah kita senantiasa saling berbuat bagi dengan sesama atau saudara-saudari kita tanpa pandang bulu atau SARA.
Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah” (Mzm 139:13-15)
Ign 24 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan”

(2Taw 24:17-25; Mat 6:24-34)
“ Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cukup banyak orang pada masa kini hidup mendua atau bekerja siang malam serta kurang istirahat karena khawatir akan apa yang akan dipakai, dimakan dan diminum hari esok. Ada juga orang yang mengumpulkan harta benda atau uang untuk ‘tujuh turunan’, sehingga siang malam kerja keras dan mungkin juga termasuk melakukan korupsi. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia pada tugas dan panggilan atau pekerjaan utama, bukan sambilan atau sampingan. Memang tugas sambilan atau sampingan sering lebih enak dan nikmat, sebagaimana isteri kedua atau suami kedua alias WIL atau PIL, karena kurang atau tidak menuntut tanggungjawab, dan yang penting membayar dengan uang. “Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”, demikian sabda Yesus, yang hemat saya juga sering kita doakan  setiap hari dalam doa Bapa Kami, yaitu “Berilah kami rezeki hari ini secukupnya”. Secukupnya berarti bukan sebanyak-banyaknya. Kembali perihal hidup mendua atau ‘double life’ , yang sering dilakukan oleh mereka yang terpanggil, entah terpanggil menjadi imam, bruder, suster maupun bapak dan ibu. Ada orang sukses dalam tugas sebagai imam, bruder atau suster, tetapi sukses juga secara diam-diam dalam hal berpacaran, demikian juga ada orang yang nampak mesra dengan pasangan hidupnya, tetapi juga sukses dan mesra dengan teman selingkuhnya. Kepada mereka yang hidup mendua kami ajak untuk bertobat dan kembali kepada tugas atau panggilan utama atau pokok.
·   "Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah TUHAN, sehingga kamu tidak beruntung? Oleh karena kamu meninggalkan TUHAN, Ia pun meninggalkan kamu!" (2Taw 24:20). Kita semua kiranya mendambakan senantiasa beruntung dalam kehidupan dan tugas maupun pekerjaan kita masing-masing. Jika kita mendambakan keberuntungan hendaknya jangan pernah meninggalkan Tuhan dalam hidup dan kerja setiap hari dimana pun dan kapan pun. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari Tuhan dan harus kembali kepada Tuhan pada waktunya, yaitu ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan dapat kembali hidup mulia bersama Tuhan di sorga jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa bersamaNya, artinya hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tidak meninggalkan Tuhan berarti juga tidak pernah selingkuh atau menyeleweng dari tugas dan panggilan atau pekerjaan utama. Perselingkuhan suami atau isteri pada masa kini semakin marak, seiring dengan kebebasan dan kemudahan berkomunikasi, entah melalui HP atau Internet. Bahkan saya pernah mendengar ada kelompok ibu-ibu yang berselingkuh dan telah bercerai dengan suami atau pasangan hidupnya, dengan kata lain menjual diri atau melacur dengan bebas. Demikian juga ada pemuda atau bapak yang menjadi gigolo alias piala bergilir bagi para ibu atau perempuan yang haus akan seks. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tak terikat oleh ruang dan waktu, maka segala perselingkuhan anda akan diketahui olehNya.
Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku” (Mzm 89:29-32)
Ign 23 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

Jumat, 22 Juni 2012

“Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada”

(2Raj 11:1-4.9-18.20; Mat 6:19-23)
 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hati adalah pelita kehidupan, maka orang akan kelihatan baik atau buruk tergantung dari hatinya. Keadaan hati orang dapat dicermati dalam hal-hal apa yang menjadi perhatiannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Orang yang perhatiannya pada hal makan dan minum berarti apa yang ada dalam hatinya hanya kenikmatan makanan dan minuman saja, demikian juga orang yang omongan dan perhatiannya hanya masalah seksual, berarti yang ada di dalam hatinya adalah kenikmatan seksual.  Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memiliki perhatian dalam hal iman, dimana hati senantiasa dipersembahkan kepada Allah melalui perhatian terhadap keselamatan pribadi maupun saudara-saudarinya. Maka dengan ini kami mengharapkan para orangtua untuk lebih memperhatikan kehidupan beriman, baik pada dirinya sendiri maupun pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Sekiranya kita kaya akan uang dan harta benda, baiklah kita sadari dan hayati bahwa semuanya itu merupakan anugerah Allah, maka semakin kaya akan uang dan harta benda hendaknya juga semakin beriman kepada Allah, menjadi orang yang peka terhadap kebutuhan sesamanya, ‘to be man or woman with/for others’. Sebaliknya kepada mereka yang miskin atau berkekurangan dalam hal uang atau harta benda kami harapkan juga tidak bersikap materialistis, melainkan hendaknya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya bahwa ada orang-orang yang baik hati akan menolong atau membantunya sesuai dengan kebutuhan anda masing-masing. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami harapkan meneladan Yesus, yang walaupun kaya, telah memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain.
·   Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN.” (2Raj 11:18). “Rumah Baal” adalah rumah dewa-dewa, yang berarti tempat penyembahan berhala-berhala. Berhala-berhala masa modern saat ini antara lain menggejala dalam aneka bentuk harta benda atau uang, khususnya generasi muda atau remaja dan anak-anak adalah sarana –prasarana modern seperti HP, komputer maupun Ipad, maklum mereka ‘dilahirkan di depan HP, komputer atau Ipad’ sehingga sangat sulit terpisahkan dari sarana-prasarana tersebut. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk memperhatikan hal ini. Mungkin sulit atau tak mungkin sama sekali memisahkan mereka dengan IT tersebut, namun kiranya baik diusahakan agar mereka pernah mengalami dalam jangka waktu tertentu tidak menggunakan IT tersebut, agar dapat mengambil jarak terhadap IT serta memfungsikannya sebagai sarana untuk mamanusiakan manusia. Sebagai contoh di Seminari Menengah Mertoyudan para seminaris tidak boleh membawa HP, dan penggunaan Internet pun dibatasi. Kami berharap  di sekolah-sekolah juga diberlakukan untuk waktu tertentu atau jangka waktu tertentu para siswa/murid tidak diperkenankan membawa HP. Semoga para tokoh agama apapun dapat menjadi teladan dalam pemberantasan sembah-sujud pada berhala-berhala modern ini, dan dapat menjadi teladan dalam pemfungsian IT sebagai sarana, bukan tujuan. Dengan kata lain hidup dan bertindak sederhana pada masa kini hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.
TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya” (Mzm 132:11-14)
Ign 22 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(Rm 12:1-2.9-17.21; Luk 10:23-30)
“ Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Luk 10:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang yang kaya akan harta benda dan uang serta bersikap mental materialistis pada umumnya sungguh pelit dan penuh hitung-hitungan. Hal ini pernah saya saksikan di rumah duka St.Carolus Jakarta, dimana melayani orang-orang kaya sudah sangat bagus, ternyata masih rewel, minta ini dan itu, dan setelah selesai dilayani pun tak mengucapkan terima kasih sedikitpun. Sebaliknya melayani mereka yang miskin sungguh membahagiakan, karena meskipun mereka dilayani apa adanya tahu terima kasih.  "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.", demikian sabda Yesus yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Aneka harta benda atau uang hemat saya merupakan anugerah Allah, yang kita terima melalui kerja keras dan kebaikan saudara-saudari kita, tidak hanya hasil usaha atau keringat kita saja. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua agar memfungsikan harta benda maupun uang sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Allah melalui saudara-saudari, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Secara khusus kami ingatkan dan ajak rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak bersemangat materialistis baik dalam hidup maupun karya atau pelayanan. Peangalaman saya pribadi sebagai imam Yesuit dengan meninggalkan orangtua, saudara-saudari kandung serta harta benda, benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus, yaitu akhirnya mempunyai lebih banyak saudara-saudari, sahabat dan teman, demikian juga dalam hal kebutuhan untuk hidup dan kerja senantiasa tercukupi. Semoga banyak rekan muda-mudi atau anak-anak tergerak untuk hidup membiara atau imamat.    
·   Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa” (Rm 12:9-12), demikian pesan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar dalam saling mengasihi tidak pura-pura atau bersandiwara, saling mendahului dalam memberi hormat, hidup rajin, penuh pengharapan, sabar dan tekun. Manakah dari keutamaan-keutamaan ini yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup dan kerja kita setiap hari? Baiklah saya mengajak anda sekalian dalam hal saling mengasihi: hendaknya kita saling mengasihi secara total, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga, yang antara lain dapat kita wujudkan dalam saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini adalah pelit akan waktu dan tenaga bagi saudara-saudarinya, konon karena tugas dan pekerjaan alias untuk mencari uang atau harta benda sebanyak-banyaknya. Harta benda dan uang dalam waktu sekejap dapat musnah atau hilang, sebaliknya pengalaman dikasihi dan diperhatikan akan mengesan sampai mati, maka marilah kita wariskan kasih kepada anak-anak kita, bukan harta benda atau uang; kita wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan, bukan sawah dan ladang maupun papan dan pangan.
“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)
Ign 21 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

“Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka”

(2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:1-6.16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Tindakan atau perilaku munafik hemat saya masih cukup banyak terjadi, entah secara pribadi atau organisatoris, yaitu berbuat baik ketika dilihat orang, sedangkan ketika tak dilihat orang hidup dan bertindak seenaknya, misalnya di kamar sendirian bermalas-malasan saja. Yang juga cukup memprihatinkan bagi kami adalah yang terjadi secara organisatoris entah yang dilakukan oleh orang-orang swasta maupun pemerintah, misalnya ketika memberi sumbangan atau derma dengan mengundang wartawan media massa dan minta untuk diberitakan ke mana-mana, padahal sumbangan tersebut berasal atau bersumber dari organisasi bukan pribadi. Marilah kita berantas sikap mental munafik atau ’cari muka’, dan tentu saja dari diri kita sendiri diharapkan tidak munafik dan mencari muka. Hendaknya jika ada kesempatan untuk berbuat baik segera kita wujudkan atau manfaatkan, tanpa pikir dilihat orang atau tidak. Demikian juga dalam hal berdoa, hendaknya mau berdoa jika dilihat orang saja, melainkan tidak dilihat pun, misalnya di kamar sendirian kita tetap berdoa. Bahkan ketika tak mungkin berdoa secara vokal, karena mengganggu lingkungan, baiklah kita dapat berdoa secara batin. Doa yang benar adalah relasi hati kita dengan Allah, yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita, bukan panjangnya atau kerasnya kata-kata. Hati yang terarah kepada dan dikuasai oleh Yang Ilahi itulah doa sejati.
·    "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan” (2Raj 2:6), demikian kata nabi Elia. Taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan, itulah yang dihendaki oleh nabi Elia. Sungai Yordan dikenal sebagai sungai yang suci, artinya airnya suci, dimana Yohanes Pembaptis juga membapis orang-orang, termasuk membaptis Yesus. Maka pergi ke sungai Yordan bagi kita semua yang telah dibaptis berarti diajak dan dipanggil untuk mengenangkan janji baptis yang pernah kita ikrarkan dengan bangga dan meriah. Bukankah ketika dibaptis kita telah berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa setia menghayati janji baptis tersebut. Kesetiaan pada agama dapat kita wujudkan dengan melaksanakan perintah dan kehendak Tuhan dimana pun dan kapan pun, serta menolak aneka godaan dan rayuan setan. Godaan dan rayuan setan pada masa kini menggejala dalam aneka bentuk kenikmatan duniawi yang menggiurkan, dan kelihatan mempesona, nikmat dan memikat. Orang yang bersikap mental materialistis pasti akan takluk kepada godaan atau rayuan setan, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menjauhkan diri dari  sikap mental materialistis. Kami berharap para orangtua mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk tidak bersikap mental materialistis, antara lain dengan teladan konkret para orangtua. Demikian juga kami berharap kepada para orangtua dan guru/pendidik untuk lebih mengutamakan dan mendahulukan agar anak-anak atau peserta didik menjadi orang baik bukan pandai saja.
“Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung.” (Mzm 31:20-21.24)
Ign 20 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

“Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”

(1Raj 21:17-29; Mat 5:45-48)
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setiap dari kita ketika baru saja dilahirkan ke dunia ini, keluar dari rahim ibu kita masing-masing, dalam keadaan suci dan bersih adanya, memikat, mempesona dan menarik. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh lingkungan maupun kelemahan dan kerapuhan kita ternyata tambah pengalaman dan usia juga tambah dosa dan kekurangannya, kita menolak kasih Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Yesus bahwa matahari diterbitkan dan hujan diturunkan bagi orang benar dan orang jahat, dalam kenyataan sering orang yang mengaku dirinya benar dan baik anti matahari dan hujan, yang ditandai ada sinar matahari sedikit saja lalu pakai payung dan halaman-halaman rumah dibeton. Bukankah hal ini berarti menolak rahmat dan kehidupan? Orang jahat memang membenci matahari agar kejahatan mereka tak terlihat, namun mungkin mereka mencintai hujan, karena dengan demikian lebih bebas bepergian dan melakukan kejahatan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi sempurna sebagaimana Allah telah menciptakan dan menghendaki kita. Salah satu wujud mengusahakan kesempurnaan hidup antara lain dengan mengasihi siapapun dan apapun yang diciptakan oleh Allah, maupun buah-buah ciptaanNya. Kita juga dipanggil untuk tetap mengasihi mereka yang membenci atau memusuhi kita. Pelatihan yang baik dalam hal ini hemat saya adalah pembiasaan sedini mungkin, sejak bayi, untuk mengkonsumsi aneka makanan dan minuman yang sehat, meskipun tidak enak dan nikmat di lidah. Marilah kita hayati bahwa semua ciptaan lain selain manusia di bumi ini diperuntukkan bagi manusia untuk mengusahakan keselamatan jiwa manusia.
·   "Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya." (1Raj 21:29), demikian firman Allah kepada Elia, perihal Ahab.  Ahab setelah menerima peringatan dan tegoran keras dari nabi Elia, tergerak untuk bertobat, menyadari diri yang berdosa serta mohon kasih pengampunan Allah. Ahab diampuni, namun anak-anaknya tidak menerima kasih pengampunan. Jika dipikirkan hal ini kelihatan bahwa Allah tidak maha pengasih dan pengampun, dan begitulah yang terjadi dalam alam pikiran Perjanjian Lama. Pendosa besar akan diampuni namun dampak dari dosa-dosanya ternyata sudah melebar atau mempengaruhi anak-anak beserta orang-orang di lingkungan hidupnya, yang kiranya mereka tidak menyadari sebagai yang telah berdosa. Dengan kata lain hal ini merupakan peringatan bagi kita semua, para pemimpin, atasan atau orangtua, dan khususnya orangtua. Dalam kenyataan sering kita dengar bahwa orangtua/ibu yang kena penyakit HIV maka ketika memiliki anak secara otomatis anak kena penyakit HIV yang tak tersembuhkan. Penyakit inilah yang tak mungkin disembuhkan, dan mungkin orangnya bertobat atau baik-baik saja, tetapi warisan HIV tak dapat disingkirkan dari dirinya. Secara khusus kami mengingatkan mereka yang mungkin suka berselingkuh alias ganti pasangan dalam hubungan seksual atau pergi ke pelacuran: ingatlah virus HIV mengancam anda, dan jika anda terjangkit virus tersebut serta kemudian mengadakan hubungan seksual dengan pasangan hidup anda, maka pasangan hidup anda kena virus HIV, demikian juga anak yang akan dilahirkan, yang tak mungkin disembuhkan. Hemat saya tidak hanya dalam hal virus HIV, tetapi juga dalam cara hidup dan cara bertindak: cara hidup dan cara bertindak orangtua sangat berpengaruh pada cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, maka kami harapkan para orangtua memiliki cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat” (Mzm 51:3-6a)
Ign 19 Juni 2012         
*) Sumber Millis KD

“Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu”

(1Raj 21:1-16; Mat 5:38-42)
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu” (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setiap hari kiranya kita sering menerima perlakuan yang tidak baik dari saudara-saudari kita atau kita sering dikecewakan oleh saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan kita kemudian menjadi marah atau membenci mereka. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak marah terhadap atau melawan mereka yang telah berbuat jahat terhadap kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. Kita diajak dan dipanggil untuk bermurah hati kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Ingatlah dan hayati bahwa kita telah menerima kemurahan hati Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk, dengan kata lain kita sungguh kaya akan kemurahan hati, maka untuk bermurah hati tinggal membutuhkan kerelaan kita untuk meneruskan apa yang telah kita terima dan miliki secara melimpah ruah. Memang kemurahan hati akan semakin nampak nyata dan jelas ketika diberikan kepada mereka yang telah berbuat jahat kepada kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. “Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran, lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutirara kehidupan”, demikian salah satu motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Sabar dan murah hati bagaikan mata uang bermuka dua, tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling bermurah hati dan sabar satu sama lain, agar hidup dan kerja bersama sungguh enak dan nikmat, membahagiakan dan menyelamatkan serta mempesona dan memikat banyak orang.
·   Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati” (1Raj 21:15). Kutipan ini merupakan berita perihal keserakahan seorang penguasa yang gila akan harta benda atau uang. Kisah kebun Nabot ini kiranya mengingatkan kita semua akan almarhumah dan almarhum, ibu Tien Suharta dengan suaminya Presiden Suharta, dimana Ibu Tien senantiasa dengan hati licik dan pikiran jahat membisiki Presiden Suharta untuk merampas tanah rakyat, misalnya di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Kami harapkan para penguasa atau pemimpin negeri ini beserta isteri atau suaminya tidak meniru Izebel maupun Ahab, merampas hak rakyat seenaknya. Hendaknya para pemimpin dan penguasa sungguh berpihak pada rakyat, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan umum, bukan diri sendiri maupun keluarga atau kelompoknya. Anda semua menerima gaji atau imbal jasa dari pajak, yang tidak lain adalah dari rakyat, maka jangan merampas hak rakyat melainkan melayani dan membahagiakannya. Para suami yang memiliki kuasa atau jabatan penting dan stategis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kami harapkan tidak mudah takluk pada isterinya yang serakah, sebaliknya para isteri pejabat atau pemimpin kami harapkan tidak memanfaatkan kesempatan suaminya yang sedang berkuasa guna memenuhi nafsu serakah dan jiwa materialistisnya. Tanah adalah rahmat atau anugerah Allah, maka hendaknya dikelola dan disikapi sesuai dengan kehendak Allah, memang harga tanah seperti di kota metropolitan Jakarta sungguh menggiurkan, dan orang-orang serakah serta materialistis dengan liciknya merampas tanah rakyat, dan akhirnya rakyat menderita sengsara.
“Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa. Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.”
(Mzm 5:2-3.5-6)
Ign 18 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

Jumat, 15 Juni 2012

"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."

HR HATI KUDUS YESUS: Hos 11:3-4.8c-9; Ef 3:8-12.14-19; Yoh 19:31-37
"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
DUA BELAS JANJI HATI KUDUS YESUS
Margareta Maria Alacoque (1647-1690) menerima tugas Kristus yang menampakkan diri-Nya beberapa kali kepadanya, untuk menyebarluaskan kebaktian HATINYA YANG KUDUS.
Kepada siapa-siapa yang menghormati HATI KUDUS secara istimewa, KRISTUS menjanjikan rahmat-rahmat berikut:
1.       Aku akan menganugerahkan kurnia yang dibutuhkan dalam suatu keadaan yang mendesak.
2.       Aku akan mengaruniakan damai dalam keluarga-keluarga mereka.
3.       Aku akan menghibur mereka dalam segala penderitaan.
4.       Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup, khususnya pada saat menghadapi maut.
5.       Aku akan mencurahkan berkat atas segala usaha mereka.
6.       Para pendosa akan menemukan dalam hati-Ku sumber dan samudera belas kasihan yang tak terbatas.
7.       Orang-orang yang dingin hati akan memperoleh karunia semangat kerajinan untuk berbuat baik.
8.       Orang-orang yang bersemangat dan rajin akan berkembang dengan cepat menuju kesempurnaan yang tinggi.
9.       Para imam akan memperoleh kurnia-kurnia, agar mereka sanggup melunakkan hati yang paling keras dalam dosa.
10.    Aku akan memberkati rumah-rumah dimana patung/gambar hati-Ku yang terkudus ditempatkan dan dihormati.
11.    Nama setiap orang yang menyebarluaskan penghormatan ini akan tertulis dalam hati-Ku dan tak akan pernah terhapus.
12.    Aku tak akan membatalkan sedikit pun kurnia-kurnia bagi semua orang yang ingin memperoleh-Nya dalam hati-Ku.
Apa yang saya tulis di atas merupakan kutipan dari buku doa “Doa adalah Sumber Kekuatan”, hal 45, dan kiranya baik kita renungkan, resapkan dan cecap dalam-dalam pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus hari ini. Hemat saya hati lebih awal berfungsi dalam diri manusia daripada otak atau pikiran. Perhatian alias memberikan hati kepada saudara-saudari kita sungguh penting, apalagi perhatian orangtua terhadap anak-anaknya, para guru terhadap para peserta didiknya, pamong terhadap anak-anak asuhannya dst..
"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." (Yoh 19:37)
Memandang atau melihat dalam Injil Yohanes memiliki arti atau makna yang sungguh mendalam. Sebagaimana terjadi dalam aneka pengalaman, misalnya mereka yang tergerak menjadi imam/mendaftarkan diri untuk menjadi siswa di Seminari Menengah Mertoyudan, salah satu motivasi utama yang mendorong mereka adalah karena ‘melihat dengan mata kepala’ apa yang ada di Seminari Menengah Mertoyudan maupun apa yang dilakukan oleh imam atau pastor yang mereka kenal. Mereka ‘melihat’ dan kemudian tergerak untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi imam atau pastor.
Kita yang beriman kepada Yesus Kristus diajak untuk ‘memang kepada Dia yang telah mereka tikam’, Hati Yesus yang tergantung di kayu salib, yang ditusuk dengan tombak dan kemudian mengalirkan darah dan air segar, lambang kehidupan dan kesegaran atau sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Maka baiklah jika dalam kehidupan masa kini anda merasa berat, lesu, berbeban berat dst.. kami ajak untuk ‘memandang Dia yang tergantung di kayu salib’, karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dan disegarkan. Penderitaan atau kesengsaraan yang kita alami di dunia ini sungguh sangat kecil jika dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan Tuhan kita Yesus Kristus. Kepada siapapun yang berdosa dan merasa kurang diperhatikan kami harapkan memandang Dia yang tergangung di kayu salib, karena Ia penuh belas kasih dan perhatian.
Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk saling memperhatikan, yang secara konkret dapat kita wujudkan dengan saling menghadirkan diri alias saling memboroskan waktu dan tenaga. Ada pepatah ‘jauh di mata dekat di hati’, yang berarti meskipun saling berjauhan tempat tinggal atau berada, karena harus melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban tetap saling memperhatikan, antara lain dengan saling mendoakan atau saling memandang foto yang harus diperhatikan. Dalam hal ini saya sangat terkesan dengan seorang sopir taksi Blue Bird di Jakarta yang memasang foto istteri bersama anak-anaknya di depan kemudinya, sehingga sambil menyopir dia dapat memperhatikan isteri dan anak-anaknya. Maka kepada mereka yang saling berjauhan tempat tinggal atau kerja kami harapkan tidak lupa membawa foto dari mereka yang harus dikasihi dan diperhatikan. Pandanglah foto mereka sambil mendoakannya. Demikian juga kami ingatkan kepada rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti, imam, bruder atau suster, yang karena tugas dan panggilan harus tinggal jauh dari sahabat-sahabatnya, untuk tetap bersatu dalam hati dan budi dengan sahabat-sahabatnya.
Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” (Ef 3:15-19)
Kasih Allah melalui Yesus Kristus kiranya sulit kita pikirkan atau fahami, dan kiranya hanya dapat kita imani dan hayati. KasihNya memuncak dalam penyerahan Diri secara total, dengan menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di bumi ini. Mungkin para suami-isteri yang saling mengasihi lebih dapat memahami kasih Kristus, karena mereka telah mengalami dengan saling memberikan diri dalam keadaan telanjang bulat ketika sedang berkasih-kasihan dalam hubungan seksual, dimana sang isteri menyerahkan keperawanannya yang sangat berharga untuk ditusuk oleh kemaluan suaminya yang telah menjadi tegang karena kasih. Sakit dan penderitaan sang isteri karena robek selaput daranya serta mengalirkan darah segar kiranya sungguh merupakan kebahagiaan yang sulit diterangkan. Konon kebahagiaan mereka berdua juga sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Kami berharap para suami-isteri dapat menjadi saksi kasih yang luar biasa dalam hidup sehari-hari, berdasarkan pengalaman yang telah dinikmatinya. Kasih yang demikian itu hendaknya berakar dalam Allah, sehingga sungguh tak terbatas oleh ruang dan waktu, dan memang kasih tidak terbatas alias bebas. Hidup dalam kasih tidak ada sedikitpun yang ditutup-tutupi atau disembunyikan dan semuanya. Kita semua ada, diciptakan dan dibesarkan oleh dan karena kasih, dan kita semua adalah buah kasih, maka marilah kita hayati diri kita masing-masing sebagai yang terkasih, sehingga bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi.
Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan” (Hos 11:9), demikian firman Allah kepada bangsaNya melalui nabi Hosea, kepada kita semua umat beriman. Allah memang tidak pernah marah, karena Ia sungguh maha kasih dan maha pengampun, kasih dan pengampunanNya telah kita nikmati sejak kita dilahirkan di dunia ini. Ingatlah dan sadari bahwa ketika kita masih bayi atau usia balita pasti merepotkan orangtua dan saudara-saudari kita, namun demikian kita tak pernah dimarahi, melainkan tetap dikasihi, dan bahkan kasih mereka semakin mendalam dan luar biasa. Demikian juga kiranya kita juga sering mempersulit orang lain atau mengecewakan orang lain, namun kita dibiarkan saja; bukankah hal itu juga merupakan kasih dan pengampunan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima kasih dan pengampunan secara melimpah ruah, kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni, kapan pun dan dimana pun. Kasih dan pengampunan hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang saling membenci dan balas dendam alias bermusuhan. Orang yang tak hidup saling mengasihi dan mengampuni berarti ingkar diri, tidak mengakui dan menghayati diri sebagai ‘yang terkasih’.
Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya
(Yes 11:2-6)
Ign 15 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

Rabu, 13 Juni 2012

“Makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu”

(Yes 61:1-3a; Luk 10:1-9)
“ Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius dari Padua hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Antonius dari Padua ini dikenal sebagai orang yang rajin, tekun dan  bijak serta bekerja keras sering lupa makan dan minum demi pelayanan bagi sesamanya yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Memang Antonius, orang yang sungguh telah membaktikan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, tergerak untuk senantiasa memperhatikan orang lain dan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Pengalaman macam ini juga pernah saya alami ketika berpartisipasi untuk mempersiapkan diri kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II tahun 1988: selama kurang lebih satu bulan menjelang kunjungan pastoral tersebut saya harus bekerja keras, kurang tidur dan kurang makan, sampai-sampai seorang senior Yesuit mengingatkan saya untuk mengambil istirahat agar tidak jatuh sakit.  , “Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”, demikian pesan Yesus kepada para rasul/murid. Serigala berarti godaan atau rayuan setan yang siap sedia sewaktu-waktu ‘menerkam’ kita, dan ‘serigala ‘ itu juga ada di dalam diri kita, antara lain berupa kemalasan, hidup seenaknya sendiri alias egois, hanya mementingkan diri sendiri dst.. Kita diingatkan agar dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan tidak mengandalkan pada aneka macam sarana-prasarana, melainkan pada keterampilan dan kecakapan pribadi yang beriman dan cerdas. Maka dengan ini kami berharap agar anak-anak sedini mungkin disiapkan dan dididik untuk menjadi pribadi yang terampil, cakap, beriman dan cerdas, mengingat dan mempertimbangkan bahwa masa depan tantangan dan masalah akan semakin berat dan banyak, dan sungguh membutuhkan pribadi yang handal dan kompeten dalam menanggapi aneka perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terjadi.
·   Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,” (Yes 61:1-2), demikian kesaksian iman nabi Yesaya, yang kiranya juga harus menjadi kesaksian iman kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, merawat yang remuk redam hatinya, menghibur mereka yang berkabung dst.. Saya percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang sengsara, remuk redam hatinya maupun berkabung karena alasan atau kasus tertentu. Mungkin yang cukup banyak di lingkungan hidup kita adalah mereka yang remuk redam hatinya karena kurang menerima perhatian dari orangtuanya atau saudara-saudarinya. Anak-anak atau orang-orang kota besar pada umumnya kurang menerima perhatian dari pasangan hidupnya, orangtuanya, saudara-saudarinya karena harus bekerja siang malam di luar rumah atau luar kota, bahkan luar negeri. Memberi perhatian kepada mereka yang remuk redam hatinya berarti dengan rendah hati dan rela serta pengorbanan memboroskan waktu dan tenaga kepada mereka, sebagai wujud kasih dan perhatian yang utama dan terutama, yang tak dapat digantikan dengan cara lain apapun. Kepada para orangtua kami harapkan untuk sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, terutama anak-anak pada masa balita.
“Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan.” (Mzm 88:2-5)
Ign 13 Juni 2012
*) Sumber Millis KD

Selasa, 12 Juni 2012

KERAJAAN ALLAH

Rekan-rekan,
Dalam Mrk 4:26-34 (Injil Minggu Biasa XI/B) didapati dua buah perumpamaan mengenai Kerajaan Allah (ayat 26-29 dan 30-32) diikuti sebuah catatan bahwa Yesus memakai perumpamaan bagi orang banyak tapi bagi para murid diberikannya penjelasan tersendiri (ayat 33-34). Perumpamaan yang pertama hanya didapati dalam Injil Markus, sedangkan yang kedua diceritakan juga dalam Mat 13:31-32 dan Luk 13:18-19. Guna memahami warta petikan ini baiklah ditengok sejenah gagasan apa itu Kerajaan Allah.

KERAJAAN ALLAH
Ungkapan "Kerajaan Allah" kerap dijumpai dalam Injil Markus dan Lukas. Injil Matius mengungkapkannya dengan "Kerajaan Surga". Makna ungkapan ini bukanlah wilayah atau pemerintahan seperti dalam "kerajaan Majapahit" melainkan kebesaran, kemuliaan, kekuasaan Tuhan yang diberitakan kedatangannya kepada umat manusia. Maklum pada zaman itu orang Yahudi mengalami pelbagai kekuasaan yang amat berbeda dengan masa lampau mereka sendiri sebagai umat-Nya Tuhan. Pada zaman Yesus mereka tidak lagi bisa menganggap diri umat merdeka seperti leluhur mereka karena mereka ada di bawah kuasa Romawi. Di kalangan umat ada harapan satu ketika nanti mereka akan kembali menjadi umat Tuhan seperti dahulu. Tak jarang harapan ini berujung pada keinginan untuk merdeka dari kekuasaan Romawi dan menjadi negeri dengan pemerintahan dan kekuasaan sendiri. Namun cukup jelas harapan seperti ini tidak bakal terwujud. Ada bentuk rohani dari harapan akan kembali menjadi umat-Nya Tuhan. Yesus termasuk kalangan yang mengajarkan bentuk rohani harapan ini. Begitu pula para rahib yang juga dikenal pada zaman itu. Namun kebanyakan dari mereka menghayati harapan itu dengan menjauh dari kehidupan ramai dan pergi bertapa di padang gurun dan sekitar Laut Mati. Kelompok Yesus berbeda. Mereka tetap berada dalam masyarakat namun berusaha menumbuhkan iman akan kebesaran Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka yakin bahwa kebesaran-Nya tetap ada, juga di dunia ini, namun sering sukar dialami. Bagaimanapun juga bagi kelompok ini berusaha menemukan apa itu kehadiran-Nya yang mulia di dalam kehidupan mereka. Kehadiran-Nya diimani oleh kelompok ini sebagai yang dekat, yang melindungi dan memberi kekuatan dari hari ke hari, yang tidak menghitung-hitung kedosaan melainkan bersikap pengampun. Semua ini juga didapati dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus.

Inilah warta yang digambarkan dengan pelbagai perumpamaan dalam Injil-Injil. Juga dalam petikan yang dibacakan kali ini. Menurut Injil Markus, Yesus mulai tampil di Galiea dengan warta bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan orang-orang diajak untuk bertobat, yakni meninggalkan anggapan yang bukan-bukan seperti di atas dan memegang warta yang sejati dengan mempercayainya sebagai warta gembira (Mrk 1:15, lihat juga Mat 4:17).

DUA PERUMPAMAAN
Dengan latar penjelasan mengenai Kerajaan Allah di atas, kini dapat ditengok perumpamaan pertama. Di situ pertumbuhan Kerajaan Allah digambarkan sebagai biji yang ditaburkan dan dibiarkan bertunas, tumbuh hingga berbuah dan dituai pada musimnya. Bagaimana menangkap maksudnya?

Sebaiknya perumpamaan ini jangan difahami sebagai penjelasan bahwa Kerajaan Allah itu butuh waktu untuk tumbuh hingga berbuah. Pendapat seperti itu memang tidak keliru - semua pertumbuhan memerlukan waktu dan keuletan dst. Tetapi perumpamaan ini justru tidak memusatkan perhatian ke sana. Yang ditonjolkan dalam perumpamaan ini ialah kuasa ilahi yang tidak bergantung pada upaya manusia. Dengan demikian diajarkan agar orang membiarkan kehadiran ilahi ini bergerak menurut iramanya sendiri.

Apakah tafsiran ini berlawanan dengan pengertian bahwa manusia perlu menerima dan menanggapi anugerah ilahi agar pemberian itu betul-betul menjadi nyata? Guna mendalami pertanyaan ini baiklah  diingat sebuah perumpamaan lain mengenai penabur dalam Mrk 4:1-20 yang menebar benih di lahan berbeda-beda: pingir jalan, tanah berbatu-batu, semak berduri, dan tanah yang baik. Hanya di tanah yang baik sajalah benih akan tumbuh terus dan berbuah berlipat ganda. Begitu digambarkan pula bahwa benih membutuhkan lahan yang cocok. Namun pengajaran dalam perumpamaan itu bukannya untuk menilai dan menghakimi mana lahan yang tak baik, melainkan untuk mengajak agar orang mengusahakan agar benih mendapat lahan yang baik. Bila mendapati benih jatuh di pingir jalan, bawalah ke tanah yang baik, begitu pula bila mendapati benih di tanah yang berbatu-batu dan semak duri, pindahkan ke tanah yang baik! Perumpamaan diberikan untuk menghimbau, bukan untuk mengadili.

Bila demikian maka perumpamaan dalam Mrk 4:26-29 yang dibicarakan kali ini dapat dimengerti sebagai ajakan untuk membiarkan benih tumbuh terus dengan daya yang ada di dalamnya. Sudah diandaikan bahwa lahannya ialah lahan yang cocok. Hanya butuh dibiarkan dan dijaga agar tetap baik. Membiarkan daya ini bergerak sendiri ialah kerohanian yang dapat memberi kepuasan batin. Orang boleh merasa aman karena sadar dirinya tanah yang baik dan telah menerima benih. Nanti bila waktunya tiba maka akan ada tuaian yang besar. Begitulah perumpamaan ini

Perumpamaan kedua, Mrk 4:30-32, mengenai biji sesawi, yang disebut biji terkecil dari segala jenis biji, tapi bila ditabur - tentunya di tanah yang cocok - dan bertumbuh akan menjadi besar sehingga burung-burung di udara dapat membuat sarang di dahan-dahannya dan bernaung di situ. Yang hendak disampaikan di sini kiranya ialah besarnya Kerajaan Allah sendiri yang tak terduga-duga sebelumnya. Dari yang paling kecil tumbuhlah yang sedemikian besar. Pendengar dan juga pembaca akan bertanya-tanya biji apakah biji sesawi itu? Orang tergugah rasa ingin tahu. Boleh dikatakan, zaman itu juga orang tidak tahu persis apa biji sesawi yang dibicarakan Yesus. Bahkan Yesus sendiri pun bisa jadi tak pernah melihat apa tu biji sesawi. (Bandingkan dengan orang Jawa yang bisa bicara mengenai Pandawa lima tanpa pernah bertemu dengan salah seorang pun dari mereka, karena memang mereka tak pernah ada!) Ungkapan itu dipakai sebagai perumpamaan dan tidak perlu dicari-cari apa padanannya dalam dunia pengetahuan tumbuh-tumbuhan!  Beberapa waktu yang lalu dalam ilmu tafsir memang sering "pengetahuan" seperti ini dicari-cari dan dijadikan ukuran bagi penafsiran, tapi sekarang para ahli tafsir lebih berusaha menyadari makna sastra perumpamaan.

Bila hal di atas diterima, maka boleh dibayangkan bahwa Yesus justru memakai kata "biji sesawi" yang bakal mengherankan banyak orang guna menyampaikan warta khas mengenai Kerajaan Allah. Keheranan, ketakjelasan mengenai apa itu biji yang dimaksud justru menjadi bagian dari wartanya. Kerajaan Allah tetap misteri, namun pertumbuhannya nyata dan lingkupnya amat besar tak terduga-duga. Orang dihimbau untuk menjadi seperti burung di udara, membangun sarang dan bernaung padanya.

Dalam penjelasan di atas, kedua perumpamaan mengenai Kerajaan Allah dipahami sebagai ajakan untuk membiarkannya tumbuh dengan daya ilahi yang ada di dalamnya dan menghormati bahkan mengherani kebesaran yang kerap tidak segera tampak. Dengan demikian perumpamaan ini dapat menjadi pengajaran yang menumbuhkan rasa percaya akan daya ilahi sendiri

PENGAJARAN KHUSUS - BAGI SIAPA?
Dalam ay. 33-34 disebutkan bahwa Yesus tidak berbicara kepada orang banyak tanpa memakai perumpamaan, tetapi penjelasannya ia berikan kepada para murid. Kepada orang banyak Yesus menyampaikan imbauan, seperti dalam uraian di atas. Kepada para murid, yakni kelompok yang lebih dekat padanya, diberikannya uraian secara tersendiri. Dalam kaitan dengan dua perumpamaan tadi Injil Markus tidak memberi penjelasan lebih jauh tentang uraian Yesus itu. Pembaca boleh menduga-duga. Tetapi tak akan sampai pada pengertian baru. Perlu diingat bahwa catatan Markus itu mengenai para murid, bukan mengenai kita pada zaman ini. Kelirulah bila kita ingin menyamakan diri sebagai para murid yang dikatakan telah menerima uraian tersendiri. Ini semacam sikap sok rohani yang mau menonjolkan diri telah dapat pengajaran khusus. Bisa-bisa malah menghimpit iman. Lebih baik menganggap diri sama seperti "orang banyak", pendengar umum, yang disebut dalam Injil, yang mendengarkan perumpamaan dan menikmatinya. Sikap ini lebih memberi kemerdekaan batin, lebih memungkinkan orang memasuki dunia perumpamaan dan memetik hikmatnya. Bila langsung ingin menyamakan diri dengan para murid waktu itu, paling banter orang hanya akan sampai pada pernyataan-pernyatan moralistis basi tanpa mengolah makna perumpamaannya.

Salam hangat,
A. Gianto-ROMA

*) Sumber Millis KD