Selasa, 29 Januari 2013

"Siapa ibuKu dan siapa saudaraKu?"

(Ibr 10:1-10;Mrk 3:31-35) “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk 3:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Hidup persaudaraan sejati pada masa ini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, mengingat dan memperhatikan ketegangan, tawuran, kebencian dan balas dendam maupun permusuhan masih marak di sana-sini. “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”, demikian tanggapan Yesus atas orang-orang yang berkata kepadaNya bahwa ‘ibu dan saudara-saudaraNya’ ada di dekatNya. “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”, demikian penjelasan lebih lanjut dari Yesus. Pelaksana kehendak Allah itulah saudara atau sahabat sejati. Kehendak Allah yang utama dan pertama-tama tidak lain adalah perintah bagi kita semua agar hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita kiranya antara lain diusahakan dengan nyanyian “Kasih Ibu”, yaitu “Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Kasih Allah kepada kita memang tak terhingga, sepanjang masa, bagaikan sang surya menyinari dunia, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengasihi tanpa syarat sampai mati. Salah satu wujud kasih yang mudah dilakukan dan murah meriah, namun sungguh memprihatinkan bahwa kurang diperhatikan pada masa kini, yaitu “boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih”, sebagaimana terjadi dan dialami oleh mereka yang sedang berpacaran. Dalam masa pacaran kiranya semuanya dihayati dengan baik dan enak, sehingga dua insan yang saling berbeda satu sama lain semakin bersahabat dan bersatu. · “Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:7-10). Kutipan ini kiranya semakin meneguhkan dan menguatkan ajakan kami bahwa yang utama dan pertama-tama kita hayati sebagai orang beriman atau beragama adalah ‘melakukan kehendak Allah’ bukan aneka bentuk ibadat, doa atau upacara-upacara. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan yang telah dibaptis, entah katolik atau Kristen, bahwa ketika dibaptis kita disucikan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain keadaan kita waktu itu suci adanya. Kami berharap kita semua menjaga dan merawat kesucian tersebut, tidak menjadi luntur dalam hal kesucian, melainkan dalam hal kesucian semakin mantap dan handal. Orang yang sungguh suci pada umumnya menarik dan memikat serta mempesona bagi orang lain, sehingga orang lain yang bergaul dengannya atau melihatnya akhirnya juga tergerak untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah yang unggul dan handal. Kami berharap dalam hal kesucian ini saling membantu dan mengingatkan, maka hendaknya ketika ada rekan kita yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan memperdalam kesucian hidup segera kita bantu atau damping. Dengan kata lain marilah kita bekerjasama atau bergotong-royong dalam berusaha hidup suci maupun memperdalam dan mengembangkan kesucian hidup. “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar” (Mzm 40:7-11) Ign 29 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Senin, 28 Januari 2013

“Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara”

(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12) “ Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 12:8-12), demikian kutipan Warta gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Salah satu tugas atau panggilan seorang imam adalah menjadi pewarta Injil atau fungsi sebagai guru atau pengajar. Tentu saja apa yang diwartakan atau diajarkan adalah apa-apa yang membuat para pendengarnya semakin bijak serta menghayati ajaran demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam khususnya serta rekan-rekan guru atau pengajar pada umumnya untuk meneladan semangat St.Tomas Aquino dalam melaksanakan tugas atau menghayati panggilan, tentu saja juga dengan rendah hati, tidak sombong, karena aneka pengetahuan atau ajaran yang telah diterimanya dan kemudian diteruskan kepada orang lain merupakan anugerah Allah yang diterima melalui sekian banyak orang yang telah mendidik dan mengajarnya. Memang orang bijak sejati pada umumnya juga rendah hati, melaksanakan tugas dengan semangat melayani. Cirikhas melayani antara lain senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, serta tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi kesulitan, tantangan maupun masalah dan hambatan. Melayani dengan rendah hati sendiri hemat saya sudah merupakan bentuk pewartaan atau pengajaran yang handal. Pengajar atau guru yang baik dan handal kiranya selama menjalankan tugasnya juga dijiwai semangat belajar, yaitu belajar dari mereka yang mendengarkan pengajarannya. Dengan kata lain hendaknya antar guru dan murid, pengajar dan yang diajar, terjadi saling belajar dan mengajar. Percayalah juga bahwa ketika pengetahuan diteruskan atau diajarkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin berkembang dan handal. · “Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya.” (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan memang penting dan perlu sekali bagi kehidupan dan tugas pekerjaan kita. Bukankah kita belajar sejakTaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta bergelar sarjana atau doktor maupun professor tidak lain untuk mencari dan memperdalam pengertian dan kebijaksanaan, demikian pula ketika kita membaca surat kabar maupun menyaksikan berita-berita melalui media elektronik. Kami berharap pengertian atau kebijaksanaan yang telah diperoleh atau diterima segera secara langsung disumbangkan kepada orang lain, karena dengan demikian pengertian atau kebijaksanaan tersebut akan semakin mantap dan handal kita miliki. Kepada kita semua kami harapkan meningkatkan dan memperdalam budaya atau kebiasaan membaca, entah membaca buku atau majalah/surat kabar. Seandainya tidak mungkin membaca, baiklah menyaksikan apa yang disiarkan melalui TV, karena juga ada cukup banyak pengertian dan kebijaksanaan yang disiarkan melalui aneka cara, demikian aneka warta berita akan memperkaya pengertian dan kebijaksanaan kita. Siaran berita atau informasi juga dapat disaksikan oleh mereka yang berada dalam perjalanan: nikmati, lihat dan cermati apa yang terjadi di perjalanan, di tempat atau lingkungan yang kita lewati. Aneka peristiwa terjadi dijalanan dan hemat saya dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik dan murah, maka jangan dilewatkan. Marilah kita perkembangkan dan perdalam semangat belajar terus-menerus sampai mati. “Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.” (Mzm 119:8-12) Ign 28 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Jumat, 25 Januari 2013

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Kis 9:1-22; Mrk 16:15-18) “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta ‘Bertobatnya St.Paulus’ hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Paulus dikenal sebagai rasul agung; ia yang semula mengejar dan menyiksa para murid atau pengikut Yesus Kristus menerima rahmat Allah dan kemudian bertobat menjadi murid Yesus Kristus yang unggul dan handal. Memang rahmat Allah ketika diimani dan dihayati akan merubah orang secara total, dan mau tak mau akhirnya harus hidup dan bertindak sesuai dengan rahmat Allah alias melaksanakan kehendak dan perintah Allah atau sabda Yesus. Setelah bertobat Paulus menghayati sabda Yesus ini: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Paulus berkeliling ke ‘seluruh dunia’ untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira, dan buah pewartaanya sungguh luar biasa, sekian banyak orang telah bertobat dan ajaran Yesus Kristus menyebar ke seluruh dunia sampai kini. Kita yang berada di Indonesia dan percaya kepada Yesus Kristus hemat saya tak terlepas dari atau karena jasa pelayanan Paulus, rasul agung, yang tak kenal lelah, siang malam mewartakan Injil atau Kabar Gembira. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan rasuli juga, maka marilah dimana pun berada dan kemana pun kita pergi senantiasa mewartakan apa yang baik, atau ketika menghadapi sesuatu yang tidak atau kurang baik segera kita perbaiki. Percaya kepada Allah tidak perlu takut menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam rangka berbuat baik atau mewartakan apa yang baik, karena kebaikan pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Sentuhan kasih orang beriman akan mampu menyembuhkan orang sakit, entah itu sakit hati, sakit jiwa atau sakit tubuh. Marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dalam nama Tuhan. · "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias, utusan Allah, kepada Paulus. Sentuhan dan kata-kata Ananias telah membuat Saulus yang buta kemdian dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan Saulus pun menerima anugerah Roh Kudus. Hal ini kiranya mengingatkan kita semua, orang-orang Katolik, yang telah menerima Sakramen Penguatan, dimana kita menerima sentuhan dari tangan Uskup sekaligus anugerah Roh Kudus. Roh Kudus senantiasa menggerakkan dan menggairahkan orang yang menerimanya, bergerak dan bergairah dalam mewartakan Kabar Baik, apa yang baik dan menyelamat-kan serta membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang telah menerima Sakramen Penguatan untuk tidak tinggal diam, melainkan bergerak secara dinamis untuk mewartakan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus tidak pernah merasa lelah dalam melakukan apa yang baik dan membahagiakan, meskipun kurang tidur atau kurang makan dan minum pasti akan tetap bergairah dan dinamis. Yang bersangkutan juga tak akan pernah jatuh sakit, karena kegembiraan dan kegairahan merupakan senjata yang handal dalam rangka menangkal serangan aneka virus penyakit. Bergembira dan bergairah dalam dan karena iman juga tak mungkin kena ‘santet’, yang dilakukan oleh para dukun atau paranormal yang tak bermoral. Memang bagi siapapun yang beriman kepada Allah tidak ada alasan untuk sedih atau murung, melainkan senantiasa bergembira dan dinamis. Kegembiraan dan kegairahan membuat metabolism darah dan kinerja syaraf kita sungguh prima dan dengan demikian dapat menangkal aneka serangan penyakit. Sebaliknya orang pemurung dan putus asa akan mudah jatuh sakit. “Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117) Ign 25 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Rabu, 23 Januari 2013

"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat”

(Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6) “Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.” (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Hari Sabat dimaksudkan sebagai hari untuk memboroskan waktu dan tenaga bagi Allah alias mengarahkan sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, maka dalam tradisi bangsa Yahudi mereka tak bekerja, melainkan beristirahat atau berrekreasi bersama segenap anggota keluarga, dan rekreasi pun diselenggarakan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan kata lain tujuan hari Sabat tidak lain adalah agar orang senantiasa lebih mengutamakan kehendak Allah atau perbuatan-perbuatan baik, yang menyelamatkan jiwa manusia. Maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat dan diamat-amati oleh orang-orang Farisi guna mencari kesalahanNya, Ia berkata: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang itulah yang menjadi tujuan utama aneka tata tertib atau aturan, maka ketika kita melihat bahwa tata tertib atau aturan menghambat usaha untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang, hendaknya tidak takut ‘melanggar’ tata tertib atau aturan yang ada. Dengan kata lain segala bentuk pelanggaran aturan atau tata tertib dimungkinkan, asal tindakan yang dikerjakan lebih bernilai daripada hanya mentaati tata tertib atau aturan, meskipun untuk itu harus berhadapan dengan yang berwajib untuk mempertanggungjawabkan ‘pelanggarannya’. Nilai moral atau cintakasih mengatasi atau mendasari semua aturan dan tata tertib, maka tindakan yang berdasarkan moral yang baik atau cintakasih dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa baik adanya. · “Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.” (Ibr 7:1-3). “Raja kebenaran dan damai sejahtera..harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan” bagi kita semua kiranya tidak lain adalah jiwa kita, yang pada dasarnya mendambakan kebenaran dan damai sejahtera. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa mengusaha-kan jiwa kita bersih dan suci adanya, agar dambaan kebenaran dan damai sejahtera menjadi kenyataan alias terwujud. Hemat saya aneka tata tertib atau aturan juga memiliki tujuan agar mereka yang melaksanakannya senantiasa berjalan dalam kebenaran serta damai sejahtera. Maka marilah kita saling bertukar gagasan dan harapan perihal kebenaran dan damai sejahtera yang kita dambakan, agar dengan demikian kita dapat bekerja sama dan satu dalam langkah mengusahakan kebenaran dan damai sejahtera. Apa yang disebut benar dan damai sejahtera sejati senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan tidak berlaku secara individual maupun regional. Dalam hal ini kiranya secara mondial ada ‘Hak-hak azasi manusia’ , yang dicanangkan oleh PBB, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan hendaknya semua tata tertib dan aturan tidak bertentangan dengan ‘Hak-hak azasi manusia’. Hak azasi manusia hendaknya menjiwai semua tata tertib dan aturan maupun dalam pelaksanaannya. Segala bentuk pelanggaran hak azasi manusia berarti melawan perintah atau kehendak Allah. “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4) Ign 23 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Selasa, 22 Januari 2013

"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat”

(Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28) “ Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk 2:23-28),demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Jika diperhatikan dan dicermati dalam hidup bersama: semakin banyak peraturan hemat saya berarti menunjukkan bahwa warganya semakin kurang bermoral atau berbudi pekerti luhur. Dari aneka pemberitaan melalui mass media dapat kita lihat bahwa kesibukan para anggota DPR RI lebih pada membuat atau merubah peraturan daripada melayani rakyat, yang telah memilihnya. Hal itu kiranya menunjukkan bahwa manusia untuk peraturan bukan peraturan untuk manusia. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama, untuk menghayati bahwa manusia bukan untuk peraturan, melainkan peraturan untuk manusia. Memang hal ini tidak mudah kita hayati, mengingat dan memperhatikan bahwa di Indonesia ini kelihatan lebih mengedepankan manusia demi hukum atau peraturan alias mencari dan mengusahakan uang dengan memainkan aneka peraturan dan hukum, dimana manusia dibuat sibuk dan pusing oleh peraturan atau hukum. Manusia demi atau untuk peraturan atau hukum berarti senantiasa mengedepankan cintakasih dalam menghadapi dan melaksanakan peraturan, karena peraturan dibuat dan diberlakukan demi dan untuk cintakasih. Dengan kata lain ketika dalam kenyataan peraturan melanggar atau melawan cintakasih, maka kita harus berani melawannya atau memperbaikinya segera. Hendaknya manusia, keselamatan jiwa manusia lebih diutamakan daripada peraturan atau hukum. Memang, meneladan Yesus, kita dapat melanggar peraturan ketika dalam segala hal kita setia dan taat pada peraturan yang berlaku, sehingga tahu persis dimana peraturan tersebut tidak memadai lagi dalam kenyataan. Pendek kata hendaknya cintakasih sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. · “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” (Ibr 6:19-20). Kita diingatkan dan diajak untuk memiliki pengharapan akan Penyelenggaraan Ilahi/Allah, maka ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan kehidupan hendaknya senantiasa tetap ceria dan gembira, karena dengan demikian akan mampu menghadapi atau mengatasinya. Memang apa yang kita harapkan untuk dapat menjadi kenyataan atau terwujud tergantung 100% dari anugerah atau Penyelenggaraan Ilahi dan 100% dari kerja keras atau usaha kita. Kiranya yang perlu kita perhatikan adalah usaha atau kerja keras kita, karena Penyelenggaraan Ilahi tak diragukan lagi, sebaliknya tidak semua dari kita siap sedia untuk bekerja keras. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal pengharapan sejati: 100% tergantung dari Allah dan 100% dari usaha pribadi, sebagaimana juga pernah dicanangkan oleh Mgr.Soegijapranata SJ dengan mottonya 100% katolik dan 100% warganegara. Pengharapan akan Yang Ilahi sungguh menjadi ‘sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita’. Tanda atau bukti bahwa kita berpengharapan kepada Yang Ilahi adalah secara rutin kita berkomunikasi denganNya alias berdoa. Maka hendaknya jangan melupakan doa harian yang menjadi sauh dan kekuatan langkah-langkah hidup kita sehari-hari. Kepada mereka yang sedang mengalami frustrasi atau putus asa kami ajak untuk mengarahkan diri kepada Yang Ilahi, secara khusus kepada yang beriman kepada Yesus Kristus, silahkan memandang Dia yang tergantung di kayu salib. Bukankah setiap hari kita membuat tanda salib, mengawali hari, pekerjaan atau tugas, maka semoga senantiasa hidup dan bertindak dengan semangat Yang tersalib. “Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.” (Mzm 111:1-2.4-5) Ign 22 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Senin, 21 Januari 2013

“Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

(1Kor 1;26-31; Mat 13:44-46) "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Keperawanan bagi gadis atau perempuan merupakan hal yang sangat berharga atau bernilai, dan boleh dikatakan merupakan harga dirinya, maka ketika ada gadis ‘menjual keperawanan’ dengan berhubung-an seks dengan seorang lelaki yang membayarnya sering disebut ‘menjual diri’. Keperawanan seorang gadis akan dipersembahkan kepada orang yang paling dikasihi, yaitu orang yang menjadi suaminya, itulah yang benar dan baik. Namun sering dikatakan lebih baik lagi adalah gadis yang mempersembah-kan kepada Allah yang telah menciptakan dan mengasihinya, itulah yang dihayati atau terjadi pada diri St.Agnes, yang kita kenangkan pada hari ini. Ia adalah seorang gadis yang masih perawan, sangat cantik, mempesona dan menarik. Ia baru berumur 13 tahun ketika terjadi penganiaayaan terhadap orang-orang Kristus, para murid Yesus Kristus, dimana orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dibunuh. Agnes pernah ditawari menikah dengan seorang pemuda tampan asal meninggalkan imannya, namun Agnes tetap teguh dalam iman, meskipun untuk itu ia harus mengalami penganiaayaan yang akhirnya harus mati karena imannya. Kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, memiliki rahmat atau panggilan kemartiran, maka kami harapkan kita setia menghayati panggilan itu. Pertama-tama dan terutama, meneladan St.Agnes, kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan gadis, remaja putrid, untuk tidak menjual keperawanannya, melainkan persembahkan keperawanan anda kepada yang paling dikasihi, bukan sembarang orang asal membayar mahal. Kepada kita semua kami ajak untuk mengusahakan diri senantiasa hidup suci, artinya membaktikan diri sepenuhnya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari kepada Penyelenggaraan Ilahi, kehendak dan perintah Allah. Dengan kata lain kami mengajak kita semua untuk menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat atau hak-hak azasi manusia. · “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor 1:25-29). Kutipan ini kiranya sampai saat ini isinya masih up to date, antara lain dapat kita lihat dan cermati munculnya tokoh-tokoh Gereja, masyarakat, bangsa dan Negara, dari kalangan bawah. Contoh konkret dalam pemerintahan misalnya Jokowi, yang terplih sebagai Gubernur DKI, sedangkan di dalam Gereja Katolik kiranya yang terpilih menjadi imam maupun uskup pada umumnya juga berasal dari kalangan bawah, pedesaan. Kerajaan Allah memang berbeda dengan Kerajaan dunia, Kerajaan Allah lebih mengutamakan hati, sedangkan kerajaan dunia kiranya lebih mengutamakan pikiran dan kekayaan/harta benda. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang menyatakan atau mengakui diri sebagai Umat Allah untuk senantiasa mengutamakan hati dalam hidup dan bertindak setiap hari, yang kami maksudkan adalah mendengarkan suara hati yang bersih dan jernih, yang tidak lain adalah suara Allah sendiri yang menggema dalam lubuk hati kita yang terdalam. Ingat akan peribahasa “Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu”. Kiranya hanya mereka yang memiliki hati yang tahu kedalaman hati seseorang. Hemat saya hanya orang yang hidup sungguh saling mengasihi akan mampu menduga kedalaman hati orang, atau orang-orang bijak, seperti guru-guru rohani atau spiritual yang sering didatangi oleh banyak orang guna minta nasihat dan pertolongan atau pencerahan. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:1-4) Ign 21 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Sabtu, 19 Januari 2013

“Pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur”

Warta Gembira dari perikop Injil Yohanes hari ini sering dipilih dalam bacaan Injil dalam Misa Penerimaan Sakramen Perkawinan di lingkungan Gereja Katolik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus mengadakan mujizat, merubah air menjadi anggur, dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Sebagaimana terjadi pada umumnya dalam perjamuan perkawinan menyediakan jamuan makan bagi para tamu sebaik dan senikmat mungkin, sehingga para tamu sangat terkesan. Kiranya dapat dibayangkan betapa malu pemilik perjamuan ketika tahu bahwa jamuan makan yang disediakan mengalami kekurangan atau kurang enak dan kurang nikmat. Begitulah yang terjadi dalam pesta perkawinan di Kana, dan kehadiran SP Maria beserta Yesus sungguh menyelamatkan keluarga yang bersangkutan maupun mempelai yang sedang berbahagia. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian yang percaya kepada SP Maria dan Yesus untuk mawas diri sejauh mana SP Maria dan Yesus berperan dalam hidup keluarga kita. “Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki” (Yoh 2:8-9) Air menjadi anggur, yang segar menjadi nikmat, itulah kiranya yang terjadi dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Hal itu terjadi karena kehadiran dan peran SP Maria serta Yesus. SP Maria adalah Bunda kita, sedangkan Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita, maka secara khusus kami mendambakan segenap anggota keluarga menghayati kehadiran dan peran SP Maria dan Yesus di dalam keluarga. Pertama-tama marilah meneladan SP Maria yang peduli dan peka akan kebutuhan orang lain, sehingga menghindarkan nama baik orang lain terganggu. Memang hemat saya di dalam keluarga yang cukup kepada akan kebutuhan orang lain atau anggota keluarganya pada umumnya ialah para ibu. Maka dengan ini kami mengajak para ibu untuk mendidik dan mengajak segenap anggota keluarganya dalam hal kepekaan dan kepedulian kepada yang lain. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil meneladanNya antara lain dengan mengubah yang tidak enak menjadi enak, yang tidak segar menjadi segar, yang loyo menjadi bergairah, yang putus asa menjadi berpengharapan, atau dengan kata lain mengubah lingkungan hidup yang kurang baik menjadi baik, sehingga mempesona, menarik dan memotivasi orang lain untuk mendekat dan menggabungkan diri. Hadapi dan sikapi segala sesuatu dalam dan dengan cintakasih, karena dengan demikian segala sesuatu akan enak dan nikmat adanya. Ingat dan sadari, terutama bagi anda yang sedang berpacaran atau bertunangan, dengan kata lain silahkan kenangkan masa pacaran dan tunangan: bukankah apa-apa yang tidak enak dari calon pasangan hidupnya, pacarnya atau tunangannya senantiasa dihadapi dan disikapi dalam dan dengan cinta kasih, sehingga semuanya baik adanya? Kami berharap baik kepada suami maupun isteri untuk melanjutkan pengalaman masa pacaran atau tunangan tersebut dalam hidup bersama sebagai suami-isteri. Hidup berkeluarga didasari dan diikat oleh cintakasih, maka baiklah dihayati ajaran atau sharing perihal kasih dari Paulus ini, yaitu: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1Kor 13:4-7). Maka kami berharap kepada segenap anggota keluarga untuk menghayati ajaran kasih Paulus di atas ini dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ketika orang menerima dan mengalami pengalaman mendalam dalam hal saling mengasihi di dalam keluarga, maka kelak ketika mereka hidup di luar keluarga akan saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu. “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama “ (1Kor 12:4-7) Jutaan atau milyardan manusia di bumi ini berbeda satu sama lain, tidak ada yang sama persis atau identik, meskipun kembar, sebagaimana anggota tubuh kita yang begitu banyak jumlahnya juga berbeda satu sama lain, beda tempat maupun fungsi. Yang paling kentara antar manusia adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, namun meskipun berbeda atau karena berbeda satu sama lain laki-laki dan perempuan saling tertarik, saling ingin mendekat dan bersaudara atau bersahabat sampai ada yang menjadi satu sebagai suami-isteri sampai mati. Yang berbeda antara laki-laki dan perempuan menjadi daya tarik dan daya pemersatu, itulah yang terjadi, maka kiranya seruan atau peringatan Paulus di atas sungguh merupakan kebenaran ilahi. “Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama”, demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita fungsikan bakat, kemampuan dan keterampilan yang kita miliki demi kepentingan atau kesejahteraan bersama/umum. Bakat, kemampuan dan keterampilan semakin disumbangkan demi kepentingan umum/bersama atau orang lain tidak akan habis, melainkan justru akan semakin handal, mantab dan akurat serta berkembang. Marilah kita bercermin pada atau belajar dari anggota tubuh kita, yang saling bekerjasama sangat luar biasa, masing-masing anggota di tempatnya masing-masing fungsional bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Tidak ada yang iri, saling membenci atau melecehkan. Maka dengan ini kami mengharap kita semua untuk saling memberi dan menerima, mengajar dan belajar: yang kaya akan harta benda mungkin memberikan sebagian harta bendanya kepada mereka yang miskin seraya belajar keutamaan-keutamaan hidup dari mereka yang miskin akan harta benda namun kaya akan nilai dan keutamaan hidup, dst.. Kerjasama atau gotong-royong dalam melaksanakan segala sesuatu pasti akan sukses. Ingat yang menjadi juara dunia sepak bola yang lalu bukan kesebelasan dari Ameka Latin yang bertebaran bintang-bintang sepak bola dan juga senior, tetapi kesebelasan dari Eropa yang memiliki kerjasama team luar biasa. Kami berharap dalam tugas pekerjaan atau kewajiban apapun hendaknya senantiasa dikerjakan dalam kerjasama atau gotong-royong. Sekali lagi kami angkat atau ingatkan bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama atau gotong-royong kasih total, yaitu kerjasama bapak dan ibu kita sebagai pekerjasama karya penciptaan Allah. Maka jika kita tidak bekerjasama atau bergotong-royong berarti kita ingkar diri atau tidak tahu terima kasih dan syukur. “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.” (Mzm 96:1-3) Ign 20 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit”

(Ibr 4:12-16;Mrk 2:13-17) “Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”(Mrk 2:13-17),demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka dimana ada bagian dunia atau orang tidak selamat Ia selamatkan , tanpa pandang bulu siapapun yang membutuhkan keselamatan Ia layani dengan senang hati. Demikian juga ketika ada orang berdosa diampuniNya. Dalam warta gembira hari dikisahkan Lewi, pemungut cukai, yang oleh masyarakat atau warga dipandang sebagai pendosa besar dan harus disingkirkan atau dijauhi. Yesus mendatangi Lewi, makan bersamanya serta mengampuni dosa-dosanya. Melihat hal itu ahli-ahli Taurat dan golongan Farisi berkomentar :”Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”. Dan Yesus pun menanggapinya:”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,melainkan orang berdosa”. Kami percaya bahwa di antara kita tak ada satupun yang bebas dari dosa atau penyakit. Maka dalam rangka menghayati Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani saya mengajak dan mengingatkan segenap murid atau pengikut Yesus Kristus untuk sungguh menggalang dan memperteguh persatuan, dan cara untuk itu antara lain saling mendoakan dan mengampuni satu sama lain, tidak pernah melecehkan seorang pun atau menginjak-injak harkat martabat manusia. Perbedaan yang ada di antara kita hendaknya menjadi dorongan dan kekuatan untuk menggalang dan memperteguh persatuan, maka hendaknya apa yang sama di antara kita hendaknya dihayati secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda akan fungsional memperkuat dan memperdalam persatuan. Semoga kita tidak bersikap mental seperti para ahli Taurat atau orang-orang Farisi. · “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr 4:12-13). Kami percaya bahwa kita semua pernah mendengarkan ‘firman Allah’ sebagaimana tertulis didalam Kitab Suci kita masing-masing, maka sejauh mana firman Allah sungguh menjiwai dan menghidupi cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Firman Allah jika sungguh kita dengarkan dan hayati pasti akan menelanjangi diri kita, dan tiada satu bagian pun dari diri kita yang tertutup. Jika kita sungguh saling ‘telanjang’ alias terbuka satu sama lain dalam hal-hal yang dibutuhkan untuk hidup bersama, maka persatuan sebagaimana didambakan oleh Allah akan segera menjadi kenyataan atau terwujud. Maka dalam rangka persatuan umat Kristiani kami harapkan kita saling terbuka satu sama lain, dan tentu saja ketika kita menerima keterbukaan atau sharing dari orang lain tidak dijadikan bahan rekreasi atau pembicaraan yang tidak perlu, karena dapat menghambat usaha persatuan. Dengan kata lain marilah kita galang dan perdalam ‘gerakan tranparansi’, yang berarti memang tidak asal membuka diri, tetapi membuka diri dimana perlu, karena masih cukup banyak orang yang bersikap mental kurang baik, yaitu menggunakan kerbukaan orang lain untuk menjatuhkannya. Marilah kita ingat dan kenangkan bahwa manusia pertama, Adam dan Hawa, ketika dalam keadaan baik, saling telanjang satu sama lain tidak ada yang malu serta tidak ada yang berpikiran jahat. Memang ketika dosa mulai memasuki manusia, setiap ketelanjangan dapat merangsang ke arah dosa, perbuatan yang tidak baik. Semoga kita hidup dan bertindak dalam dan oleh firman Allah, sehingga kita saling terbuka satu sama lain tanpa malu dan tiada rangsangan untuk melakukan kejahatan sedikitpun. “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya” (Mzm 19:8-10) Ign 19 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Kamis, 17 Januari 2013

"Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

(Ibr 4:1-5.11; Mrk 2:1-12) “Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."(Mrk 2:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Mulai hari ini kita memasuki “Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani”, maka marilah kita sebagai umat Kristiani mawas diri sejauh mana kita senantiasa menggalang dan memperkuat atau memperteguh persatuan kita dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Semoga kita tidak berpikiran seperti para ahli Taurat yang berpikir jelek terhadap Yesus yang mengampuni dosa orang. Kasih pengampunan merupakan dasar atau modal untuk hidup dalam persaudaraan atau persatuan sejati. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita dengan mudah melakukan kesalahan atau tidak ada di antara kita yang mulus, tidak pernah melakukan kesalahan. Yang terjadi adalah bahwa kita berbuat salah dan langsung diampuni oleh orang yang menderita karena kesalahan kita dan kita tidak merasa diampuni. Kami berharap kita semua senantiasa berpikiran positif terhadap orang lain, lebih-lebih terhadap mereka yang telah melakukan sesuatu yang baik dan bagi kita mungkin hal baru . Imani atau percayai bahwa perbuatan baik yang dilakukan merupakan perwujudan imannya kepada Allah, bukan untuk menyombongkan diri, melainkan sungguh merupakan perwujudan iman. Jika dalam hidup bersama kita senantiasa saling mengasihi dan mengampuni, maka siapapun yang melihat kebersamaan kita akan berkata: “Yang begini belum pernah kita lihat”. Persaudaraan atau persatuan sejati hemat saya masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. · “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.” (Ibr 4:1-2). Yang dimaksudkan dengan kata ‘ketinggalan’ disini kiranya mereka yang suka mengurung diri dan menutup diri, kurang bergaul dengan saudara-saudarinya, entah karena takut atau sombong. Kita semua adalah sama-sama ciptaan Allah, sama-sama beriman dst.., maka hendaknya tidak perlu takut bergaul dan hidup bersama dengan siapapun. Sekali lagi kami angkat dan ingatkan bahwa segala sesuatu ketika dikerjakan bersama-sama, dalam gotong-royong pasti akan berhasil dengan baik, dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang didambakan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kerjasama atau gotong-royong dalam kasih, yaitu kerjasama bapak-ibu kita dalam rangka berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah. Karena kita adalah buah kerjasama atau gotong-royong, maka jatidiri kita yang benar adalah jika kita dalam hidup dan berkarya senantiasa bekerjasama atau bergotong-royong. Dalam masyarakat kita kenal aneka paguyuban yang didirikan untuk menggalang dan memperdalam persaudaraan atau persatuan sejati, semoga juga ada kerjasama antar paguyuban, dan masing-masing paguyuban tidak terjebak pada primordialisme, pengkotakan dalam suku atau daerah asal. “Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami,, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya” (Mzm 78:3-4bc) Ign 18 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

“Datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21) “ Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sebagai umat beriman atau beragama kiranya kita semua mendambakan hidup yang kekal, bahagia selama-lamanya setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus diharapkan secara total mengikutiNya, sebagaimana dilakukan oleh St.Antonius, “menjual segala miliknya dan kemudian memberikannya kepada orang-orang miskin, lalu secara total mengikuti Yesus Kristus alias mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi”. Bagi kita semua kiranya tak mungkin meneladan Antonius sccara fisik dengan menjual segala milik dan kemudian memberikannya kepada orang-orang miskin, namun kiranya kita dapat menghayatinya dengan cara lain. Sebagai orang beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, maka baiklah jika dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita. Maka marilah pertama-tama dan terutama kita hayati aneka aturan dan tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan pekerjaan kita masing-masing sebaik mungkin. Dalam cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya senantiasa dijiwai oleh cintakasih, sehingga berbuah cintakasih juga, dan siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita juga akan hidup dan bertindak saling mengasihi. Hendaknya kita jangan melecehkan saudara-saudari kita dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, melainkan kita senantiasa saling menghormati, menjunjung tinggi serta membahagiakan dan menyelamatkan. · “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef 6:10-12). Agar kita dapat mengenakan perlengkapan senjata Allah, maka hendaknya yang kita pikirkan atau apa yang ada dalam otak atau pikiran kita adalah keselamatan jiwa manusia, mengingat dan memperhatikan bahwa apa yang ada dalam otak atau pikiran kita itulah yang akan kita lakukan, yang mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Hendaknya jangan pernah memikirkan yang jahat atau keinginan untuk berbuat jahat sedikit dan sekecil apapun, melainkan hendaknya senantiasa memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Melengkapi pikiran kita yang baik tidak lain adalah doa, karena kita harus melawan ‘roh-roh jahat di udara’, dan hanya bersama dan bersatu dengan Allah kita mampu mengatasi atau mengalahkan roh-roh jahat di udara. Dimana saja dan kapan saja roh-roh jahat akan mengganggu dan merayu kita, maka hadapilah dalam dan dengan doa, agar kita terbebaskan dari perbuatan jahat. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beragama, maka jangan pernah melupakan doa sebelum dan sesudah melakukan suatu tugas pekerjaan. Saya sangat terkesan dengan sopir bus malam, bahwa sebelum menghidupkan mesin bus ia berdoa sejenak untuk mohon keselamatan dalam perjalanan. Hal itu kiranya ia melihat bahwa ia bertanggungjawab puluhan orang yang menjadi penumpang bus dengan aneka macam dambaan dan kerinduannya alias harus menjaga keselamatan jiwa mereka. Marilah sebelum melangkah atau berjalan kemana pun kita berdoa lebih dahulu, agar kita selamat dalam perjalanan dan akhirnya sampai tujuan dengan selamat dan bahagia. “Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.” (Mzm 16:5.7-8) Ign 17 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Rabu, 16 Januari 2013

"Semua orang mencari Engkau."

(Ibr 2:14-18; Mrk 1:29-39) “Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan” (Mrk 1:29-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Yesus sukses dalam mengadakan muzijat, penyembuhan orang-orang sakit, dan banyak orang pun berdatangan untuk mohon penyembuhan. Orang banyak pun kiranya memandang Yesus sebagai ‘dokter atau dukun luar biasa’, dan belum sampai mengimani bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi Manusia, untuk menyelamatkan jiwa manusia di seluruh dunia. Maka setelah berdoa Ia pun mengajak para muridNya untuk pergi ke tempat lain. “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang”, demikian sabdaNya. Meskipun banyak orang mencariNya Ia tetap bersiteguh pergi untuk meninggalkan mereka, agar mereka menyadari ‘siapa Dia sebenarnya’. Kisah ini kiranya menjadi inspirasi bagi para imam, bruder dan suster, yang pada umumnya harus secara periodik berpindah tugas dan pekerjaan: pindah paroki/kota/pulau dst.. Memang ada bahaya besar bagi imam, bruder atau suster sendiri jika terlalu lama tinggal dan bekerja hanya di satu tempat tertentu, misalnya bahaya akan jati dirinya sebagai yang terpanggil dan harus hidup dan bertindak sesuai dengan kharisma pendiri atau spiritualitas lembaga(ordo, tarekat, konggregasi dst..). Panggilan dan tugas pengutusan utama kita sebagai umat beriman kiranya adalah ‘menyelamatkan jiwa manusia’, maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak keselamatan jiwa manusia menjadi acuan atau pedoman. Dengan kata lain jangan hanya puas akan kesuksesan fisik atau harta benda, sebagaimana dihayati oleh banyak orang yang kurang atau tidak beriman. · “Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibr 2:16-18). Kita semua, umat beriman adalah ‘keturunan Abraham’, maka kita semua juga menerima ‘belas kasihan Allah’. ‘Belas kasihan Allah’ telah diwujudkan dengan mengutus Yesus sebagai kasih pengampunan bagi semua umat yang beriman kepadaNya. Maka kita yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk saling berbelas kasih dan mengampuni. Memang untuk berbelas kasih pada masa kini sarat dengan aneka pencobaan, gangguan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan kecenderungan banyak orang yang bersikap mental egois serta dengan mudah mengadakan balas dendam. Sebenarnya jika kita dengan jujur mawas diri, maka kita akan menyadari dan menghayati bahwa kita telah menerima belas kasih Allah secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita, misalnya: orangtua, kakak-adik, guru, teman bermain dst.. , maka untuk berbelas kasih dan mengampuni orang lain dengan mudah dapat kita lakukan asal kita tidak pelit, karena kita telah mempunyai belas kasih dan pengampunan melimpah ruah. Hendaknya kita berbelas kasih tidak terbatas hanya mereka yang minta atau mendatangi kita, melainkan kepada siapapun tanpa pandang bulu, baik mereka dengan kata-kata minta belas kasih atau pengampunan atau tidak memintanya. Dengan kata lain ketika kita disakiti atau dicobai, hendaknya mereka yang menyakiti dan mencobai kita langsung segera diampuni. “Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (Mzm 105:1-4) Ign 16 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Selasa, 15 Januari 2013

“Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,”

(Ibr 2:5-12; Mrk 1:21b-28) “Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea” (Mrk 1:21b-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sediki bicara banyak bekerja itulah salah satu cirikhas orang-orang bijak dan berwibawa, sebagaimana kita imani para gembala kita senantiasa menyampaikan kata-kata atau ajaran-ajaran yang penuh kuasa, sehingga apa yang dikatakan atau diajarkan pada umumnya diikuti banyak orang dan dihayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk berusaha seoptimal mungkin entah kata-kata atau tindakan kita penuh kuasa dalam hal mengusir atau memberantas aneka bentuk kejahatan. Untuk itu pertama-tama kita sendiri harus senantiasa hidup dan bersatu dengan Tuhan, karena hanya Tuhan lah yang mampu mengalahkan aneka kejahatan atau mengusir setan. Kami berharap kepada para orangtua berusaha agar kata-kata atau nasihatnya didengarkan dan dihayati oleh anak-anaknya, dan untuk itu orangtua harus berusaha satu dalam kata dan tindakan, artinya yang saya katakan juga sekaligus saya lakukan. Orangtua hendaknya dapat menjadi teladan dalam hal kesatuan kata dan tindakan bagi anak-anaknya, sehingga anak-anak pun kelak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang konsekwen dengan kata-katanya, apa yang mereka katakana juga mereka lakukan. Para pemimpin atau atasan dalam hidup dan kerja bersama kami harapkan juga dapat menjadi teladan kesatuan kata dan tindakan, sehingga semua arahan, nasihat dan saran dari pemimpin atau atasan sungguh didengarkan dan dilaksanakan oleh para anggota atau bawahan. Semoga semua kata-kata kita bagaikan tombol mesin ketika ditekan langung mesin hidup dan fungsional, atau bagaikan pikiran kita yang sangat berpengaruh dalam cara hidup dan cara bertindak kita. · "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya."(Ibr 2:6-8). Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah dan “takluk di bawah kakiNya”, serta dimahkotai “dengan kemuliaan dan hormat”. Maka marilah kita sebagai umat manusia senantiasa saling memuliakan dan menghormati, tidak saling melecehkan dan merendahkan. Salah satu bentuk kegiatan atau perilaku sebagai bukti atau wujud bahwa kita saling memuliakan dan menghormati adalah tidak marah, mengeluh atau menggerutu terhadap orang lain, pribadinya maupun tindakannya. Maka jika perilaku atau tindakannya baik, hendaknya yang bersangkutan dipuji, sedangkan ketika perilaku atau tindakannya tidak baik, hendaknya diampuni, dan sekiranya mungkin dituntun dengan rendah hati untuk memperbaiki perilaku atau tindakannya yang tidak baik. Allah telah menciptakan segala sesuatu baik adanya, maka jika ada yang tidak baik adalah karena dosa atau perilaku manusia yang melanggar perintah atau kehendak Allah. Sebagai warga Negara Indonesia marilah kita hayati sila kedua dari Pancasila, yaitu “Peri-kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sebagai bangsa yang beradab marilah kita wujudkan cita-cita Proklamasi, yang mendambakan kemerdekaan sejati. Kita tidak lagi dijajah oleh bangsa lain secara fisik, namun rasanya penjajahan dalam bentuk lain masih berlangsung, misalnya dalam hal ekonomi dan budaya. Demikian juga penjajahan yang dilakukan oleh rekan warganegara sendiri kiranya juga masih berlangsung, antara lain dalam bentuk imbal jasa atau gaji bagi para pekerja atau buruh yang tidak memadai. Tindakan korupsi hemat saya juga merupakan salah satu bentuk penjajahan bangsanya sendiri. Sekali lagi saya ajak: Marilah kita wujudkan bersama cita-cita bangsa yang adil dan beradab. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan” (Mzm 8:5-9) Ign 15 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

“Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Ibr 1:1-6; Mrk 1:14-20) “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.”(Mrk 1:14-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya kita gunakan untuk ‘hidup menduniawi/membumi’, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi, entah sedang bertugas untuk belajar atau bekerja maupun sibuk dalam urusan rumah tangga di rumah. Memang agar kita hidup damai dan sejahtera, kita harus belajar atau bekerja keras guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita agar dalam melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari tidak melupakan tujuan utama manusia (kita) diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia, sebagaimana disabdakan oleh Yesus:”Mari, ikutilah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua agar baik dalam belajar atau bekerja maupun sibuk dalam rumah tangga tetap manusiawi, mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Aneka macam buah hasil belajar atau bekerja dan sibuk dalam rumah tangga hendaknya mendukung usaha kita mencapai tujuan kita diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia, maka semua buah hasil kerja, belajar atau sibuk dalam keluarga hendaknya semakin memanusiakan manusia. Ketika hidup dan kerja bersama sungguh manusiawi, maka ada kemungkinan atau kemudahan besar untuk bersama-sama mengusahakan keselamatan jiwa manusia. Salah satu cirikhas manusiawi atau harkat martabat manusia dijunjung tinggi di atas segala sesuatu yang lain, yang kelihatan di bumi ini. “The man behind the gun” ( =orang di balik senjata), demikian kata sebuah pepatah yang berarti agar kita lebih mengutamakan manusia daripada harta benda atau uang. · “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr 1:1-3). Sebagai orang beriman kita kiranya juga boleh disebut atau dinamai sebagai ‘anak-anak Allah’ yaitu orang-orang yang senantiasa melaksanakan perintah dan kehendak Allah dalam cara hidup dan cara bertindak sehari-hari. Dengan kata lain kita semua juga boleh dikatakan sebagai pembantu karya Allah, berpartisipasi dalam karyaNya, dan “Ia berkata kepada kita melalui saudara-saudari kita yang sungguh beriman”. Maka marilah kita saling mendengarkan satu sama lain: mendengarkan sabda Allah melalui saudara-saudari kita, yang antara lain menggejala dalam kehendak baik. Kami percaya kita semua berkehendak baik, maka marilah saling kita informasikan kehendak baik kita masing-masing dan kemudian kita sinerjikan, sehingga menjadi kehendak baik bersama yang utuh dan handal. Kita semua dipanggil untuk membangun dan memperdalam hidup bersama yang handal, dan untuk itu kiranya kita harus bergotong-royong dalam melakukan segala sesuatu. Ingatlah dan sadari bahwa kerjasama yang baik akan menghasilkan buah yang membahagiakan, sebagaimana kita saksikan dalam kejuaran dunia sepak baru yang lalu: tim sepak bola yang memiliki kerjasama yang bagus yang akhirnya menjadi juara. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah ‘buah atau korban kerjasama’ dari bapak-ibu kita yang saling mengasihi, maka hanya dalam kerjasama dan saling mengasihi kita akan dapat tumbuh berkembang dengan baik menuju ke keselamatan jiwa kita. “TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia” (Mzm 97:1-2b) Ign 14 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

“Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.”

(1Yoh 5:14-21; Yoh 3:22-30) “Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Hari ini ditampilkan Yohanes Pembaptis yang dibandingkan dengan Yesus, Penyelamat Dunia. “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.", demikian kata-kata atau laporan orang-orang Yahudi, pengikut Yohanes Pembaptis. Mendengarkan laporan atau kata-kata tersebut Yohanes menanggapinya dengan rendah hati:”Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”. Hal ini kiranya menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para katekis atau pengajar agama maupun para gembala umat Allah. Marilah kita meneladan Yohanes dengan berkata dan menghayati ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”, dengan kata lain hendaknya senantiasa menghayati diri, panggilan dan tugas pengutusan atau pelayanan sebagai alat atau sarana, sebagai bantuan bagi orang lain untuk bertemu dan berbakti kepada serta bersatu dengan Tuhan. Dengan kata lain hendaknya anda para pewarta, katekis maupun gembala umat senantiasa hidup, bertindak dan melayani umat dengan rendah hati. Pada waktunya ketika umat menjadi dewasa dan mandiri dalam hidup beriman atau beragama, biarlah mereka berjalan sendiri sesuai dengan Penyelenggaraan Ilahi. Kami harapkan para pewarta, katekis atau gembala umat menghayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro “ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani”. Hendaknya anda tahu diri kapan harus memberi teladan hidup beriman atau beragama, kapan harus memberdayakan dan mendorong umat Allah. · “Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.” (1Yoh 5:15-16). Kami percaya bahwa kita semua adalah orang berdosa, sering melakukan dosa yang tidak mendatangkan maut alias dosa yang dapat diampuni. Maka sebagaimana dikatakan oleh Yohanes di atas marilah kita berdoa mohon kasih pengampunan Allah baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Berdoa antara lain membuka diri sepenuhnya, selebar-lebarnya atas kehendak dan perintah atau sabda Allah atau Penyelenggaraan Ilahi. Sikap doa hendaknya senantiasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga ketika kita menerima saran, kritik, anjuran atau nasihat, dengan rendah hati kita dengarkan dan cecap dalam-dalam serta kemudian kita tanggapi secara positif dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Kami percaya setiap hari dan setiap saat ada hal-hal baru di lingkungan hidup kita, yang mengajak dan memanggil kita untuk menanggapinya secara positif. Dengan kata lain hendaknya dibangun dan diperdalam sikap mental ‘belajar terus-menerus’, ongoing formation atau ongoing education dalam diri kita. Orang-orang sukses di dunia ini sungguh dijiwai oleh sikap mental belajar, baik dalam tugas pekerjaan ataupun hidup dan tindakan setiap hari. Belajar tidak hanya di meja sekolah, tetapi juga dalam hidup sehari-hari, dalam kesibukan, pelayanan dan tugas pengutusan kita. Allah terus memperbaharui dunia seisinya, dan tentu kita manusia harus senantiasa siap sedia untuk diperbarui, berubah lebih baik, mulia, luhur, bermoral dan berbudi pekerti luhur sampai mati. “Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” (Mzm 149:1-4) Ign 12 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Jumat, 04 Januari 2013

Epifani

Rekan-rekan yang baik! Mat 2:1-12 dibacakan pada Hari Raya Penampakan Tuhan yang juga biasa disebut Hari Raya Epifania. Dikisahkan kedatangan orang-orang bijak dari jauh untuk menyatakan penghormatan mereka kepada raja yang baru dilahirkan. Siapakah mereka ini? Dahulu kala, di wilayah Babilonia dan Persia (Irak & Iran utara) ada orang-orang bijak yang mahir dalam ilmu perbintangan. Mereka biasanya juga berperan sebagai ulama agama setempat. Matius menyebut mereka sebagai "orang-orang majus". Dalam kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati dia yang lahir di Betlehem yang bakal menjadi pemimpin umat manusia. Kebijaksanaan para majus ini membawa mereka ke sana. Para ulama Yahudi sendiri sebenarnya juga mengetahuinya lewat nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mikha 5:1). ORANG-ORANG BIJAK TANYA: Cerita mengenai orang majus ini menarik. Dapatkah dikatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umat manusia tidak hanya lewat wahyu Alkitab saja? Seperti di sini, lewat kebijaksanaan manusiawi juga? JAWAB: Ya! Memang itulah yang diungkapkan Matius dengan kisah ini. Ia menunjukkan bagaimana kebijaksanaan dapat juga menuntun orang mengenali kehadiran Tuhan. TANYA: Bila begitu, luas benar pandangan Matius. JAWAB: Malah dengan kisah ini Matius juga bermaksud mengatakan bahwa Tuhan justru berbicara kepada umat-Nya lewat orang-orang bukan dari kalangan itu sendiri! Orang-orang di Yerusalem mendengar tentang kelahiran Yesus dari orang-orang bijak itu. Setelah itu barulah mereka mulai sibuk mencari dalam khazanah teks keramat mereka sendiri. Matius mau membangunkan orang sekaumnya yang kurang mendalami tradisi keramat mereka sendiri. TANYA: Wah, keberanian berpikir seperti Matius itu langka, juga pada zaman ini. Orang biasanya merasa aman dengan apa-apa yang sudah biasa, yang dapat diperhitungkan. Akan tetapi jalan Tuhan tidak terbatas. Apakah Matius juga bermaksud agar orang-orang Yahudi sadar bahwa mereka bukan satu-satunya umat yang diperhatikan Tuhan? JAWAB: Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, Yes 60:1-6 (bacaan pertama pada Hari Raya Penampakan Tuhan ini) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertakhta, tempat Ia menyinarkan terang-Nya (terutama ay. 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya bagi orang Yahudi. TANYA: Jadi juga cocok dengan yang diutarakan dalam bacaan kedua (Ef 3:6), yaitu berkat "Injil" orang-orang bukan Yahudi dapat turut menikmati janji Tuhan yang kini diberikan dalam ujud manusia, yaitu Yesus. JAWAB: Benar. Dalam surat Efesus itu "Injil" ialah Kabar Gembira yang sama bagi semua orang, berarti juga bagi orang bukan Yahudi dan orang-orang yang bukan termasuk umat Perjanjian Lama. MEMBAWA BINGKISAN TANYA: Sering kita dengar mengenai "Tiga Raja", Gaspar, Baltasar, dan Melkhior. Tapi dalam Injil Matius ini jumlah serta nama-nama mereka kok juga tidak disebutkan? Juga tidak dikatakan mereka itu raja. JAWAB: Memang Matius hanya menyebut "orang-orang majus dari Timur" dan tiga macam persembahan, yakni "emas, dupa, dan mur". Tiga persembahan itu kemudian menumbuhkan gagasan adanya tiga orang. Bahwasanya mereka kemudian dianggap raja boleh jadi didasarkan pada tradisi umat Yahudi sendiri seperti ada dalam Mzm 72:10 ("Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba membawa upeti"). Nama-nama Gaspar, Baltasar, dan Melkhior itu dikenal di wilayah kekaisaran Romawi sebelah Barat. Di wilayah lain nama mereka berlainan, juga jumlah mereka berbeda-beda, dari dua hingga dua belas orang. TANYA: Bisakah diterangkan sedikir mengenai persembahan yang dibawa para majus itu? JAWAB: Matius boleh jadi teringat akan Yes 60:6 ("... mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan"). Dalam tradisi Gereja awal, emas dihubungkan dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya, dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti. (Mur dipakai dalam merawat jenazah sebelum dikuburkan). TANYA: Apa ada makna yang lebih dalam? JAWAB: Persembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang-orang yang bukan dari kalangan Yahudi dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir ini. Iman dan berkatnya mengatasi ikatan-ikatan bangsa dan kedaerahan. BERSUKA CITA TANYA: Dapatkah dijelaskan perihal bintang yang dilihat para majus (Mat 2:2) dan yang berhenti di tempat Yesus lahir (Mat 2:9)? JAWAB: Pembaca akan teringat pada bintang yang disebutkan dalam Bil 24:17. Balaam, seorang ahli nujum bangsa Aram, menubuatkan bahwa sebuah bintang akan muncul dari keturunan Yakub. Selain itu, di kalangan Yahudi ada juga nubuat mengenai kelahiran seorang pemimpin di Betlehem, seperti terdengar dalam Mikha 5:1 dst. yang bahkan dikutip dalam Mat 2:6. Matius menerapkan kedua nubuat tadi pada kelahiran Yesus. TANYA: Masih mengenai bintang. Setelah mereka berangkat dari tempat Herodes, para majus tadi melihat kembali bintang yang mereka lihat di Timur. Dan dikatakan bahwa mereka "sangat bersuka cita" (Mat 2:10). Bagaimana penjelasannya? JAWAB: Mereka mengikuti petunjuk yang diungkapkan para ulama Yerusalem kepada Herodes mengenai raja yang baru lahir itu. Herodes kemudian meminta para majus agar mencarinya di Betlehem. Isyarat bintang yang mereka lihat di Timur cocok dengan pemahaman para ulama di negeri yang mereka datangi. Mereka bersuka cita karena mendapatkan jalan yang benar-benar akan membawa mereka kepada dia yang mereka cari. CARA TUHAN BERBICARA Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang menyadari makna peristiwa kelahiran Yesus ialah para gembala (Injil Misa Fajar hari Natal.) Dalam Injil Matius, peran yang sama dijalankan orang-orang majus tadi. Baik para gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir masing-masing. Kepada para gembala, Tuhan berbicara lewat penampakan malaikat dan bala tentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia berbicara lewat isyarat bintang dan pemikiran. Ia bahkan dapat berbicara kepada mereka lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti Herodes yang meminta mereka agar ke Betlehem. Baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari dia yang baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat tinggal diam. Menurut Luk 2:18, orang-orang pada "keheranan" ketika mendengar para gembala bercerita mengenai kata-kata malaikat mengenai anak yang baru lahir itu. Dalam Mat 2:3, dikisahkan bahwa Herodes dan seluruh isi Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus. Ironisnya, mereka yang heran dan yang terkejut itu adalah orang-orang yang sebenarnya sudah berada di dekat dengan dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas, mereka itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius sudah dekat dengan kelahiran Yesus lewat kitab-kitab keramat mereka. Namun mereka tidak menginsafi apa yang sedang terjadi di dekat mereka. Seperti jelas dari Mat 2:5, para ulama di Yerusalem itu sebenarnya juga dapat mengetahui peristiwa itu. Tetapi mereka tidak memahami maknanya. Juga di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria sajalah yang berusaha mengerti. Disebutkan dalam Luk 2:18 bahwa Maria "menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan memikir-mikirkannya." Artinya, ia bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya. Orang-orang lain tetap terheran-heran saja. Nanti para majus diperingatkan "dalam mimpi" supaya jangan kembali ke Herodes. Para majus kini sudah akrab dengan isyarat-isyarat dari atas. Mereka kini sudah berada di pihak raja yang baru lahir. Karena itu mereka juga menyadari muslihat Herodes yang ingin melacak di mana persisnya tokoh yang dianggapnya bakal menjadi saingannya itu. Kebijaksanaan kini menuntun para majus kembali ke negeri mereka. Mereka pulang membawa kegembiraan yang akan mereka bagikan kepada orang-orang lain. Bagaimana dengan mereka yang ada di Yerusalem, yaitu Herodes dan orang-orang seperti dia? Mereka akan tetap "terkejut" dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka kehilangan kepekaan akan cara-cara Tuhan berbicara kepada manusia, malah menganggapnya sebagai ancaman! IKUT BERGEMBIRA Pada perayaan Hari Raya Penampakan Tuhan kita mensyukuri saat-saat Dia membiarkan diri terlihat oleh orang-orang yang tidak atau belum melihat-Nya. Dalam Mat 2:11, dikatakan bahwa para majus melihat Yesus bersama Maria dan baru setelah itu mereka menyembahnya. Dia yang ilahi itu membiarkan diri dipandangi oleh orang yang tidak biasa melihatnya. Dan bukan hanya dalam panganan belaka melainkan ada bersama dengan manusia lain, bersama dengan dia yang melahirkannya. Para majus bersuka cita karena dapat melihat Tuhan sungguh ada di dalam kehidupan manusia. Dan sukacita seperti ini boleh juga kita alami. Salam hangat, A. Gianto (ROMA) *) Sumber Millis KD

"Marilah dan kamu akan melihatnya."

(1Yoh 3:7-10; Yoh 1:35-42) “Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (Yoh 1:35-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Simon dan Andreas, para pengikut Yohanes Pembaptis, tertarik dan terpesona kepada Yesus, dan mereka pun bertanya kepadaNya dimana Ia tinggal. Mendengar pertanyaan tersebut Yesus menjawab: “Marilah dan kamu akan melihatnya”. Setelah melihat tempat tinggalNya mereka pun percaya bahwa Ia adalah Mesias, dan kemudian menceriterakan apa yang dilihatnya kepada saudara-saudaranya. Kepada Simon sendiri Yesus bersabda: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau dinamakan Kefas (artinya Petrus). Perjumpaan secara pribadi dengan Yesus memang akan merubah pribadi seseorang, tentu berubah lebih baik, dan perjumpaan denganNya akan mendorong untuk kemudian menceriterakan apa yang dilihat dan dialaminya kepada saudara-saudarinya. Pertama-tama kami mengajak anda sekalian mawas diri: sejauh mana anda bertemu dengan Yesus atau Tuhan secara pribadi dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Marilah kita sadari dan hayati bahwa apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri kita merupakan buah perjumpaan pribadi dengan Tuhan, dan selanjutnya marilah kita ceriterakan apa yang baik, mulia dan luhur kepada saudara-saudari kita, tentu pertama-tama kepada segenap anggota keluarga atau komunitas alias kepada mereka yang setiap hari tinggal dan hidup bersama dengan kita, dan kemudian kepada rekan bekerja atau belajar, di tempat kerja atau tempat belajar. Selanjutnya kepada kita semua kami ajak dan ingatkan untuk senantiasa menceriterakan apa yang baik, mulia dan luhur, sehingga kehidupan bersama kita dimana pun senantiasa dalam keadaan baik, damai sejahtera dan bahagia. · “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1Yoh 3:7-9). Kita semua kiranya telah ‘lahir dari Allah’, maka baiklah kita tidak melakukan dosa lagi sekecil atau sedikitpun, dan ketika menghadapi godaan Iblis melalui aneka media atau cara hendaknya dihadapi bersama dengan Allah, karena Allah mampu mengatasi atau mengalahkan Iblis. Dengan kata lain bersama dan bersatu dengan Allah jangan takut sedikitpun untuk bertindak jujur serta memberantas ketidak-jujuran, kebohongan atau korupsi yang masih marak di negeri kita tercinta ini. Sebagaimana saya ingatkan dan angkat bahwa tahun 2013 adalah ‘Tahun ular’, maka hadapi dan sikapi godaan Iblis dengan sabar dan tekun, karena ada pepatah bahwa ‘orang sabar disayangi oleh Allah’. Hidup dan bertindak dengan sabar dan tekun pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat masih banyak orang kurang sabar dan kurang tekun dalam melaksanakan tugas pekerjaannya ataupun panggilannya. Budaya ‘instant’ yang begitu menjiwai banyak orang ini telah membuat banyak orang kurang atau tidak sabar dan tidak tekun: apa-apa serba ingin cepat. Ingatlah dan sadari bahwa apa-apa yang dengan cepat-cepat diperoleh pada umumnya dengan cepat juga hilang atau musnah. Marilah kita hidup dan bertindak mengikuti proses kehidupan sebagaimana dikehendaki oleh Allah; jangan mengintervensi dengan cara apapun proses kehidupan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan atau tanaman. “Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.” (Mzm 98:7-9) Ign 4 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Rabu, 02 Januari 2013

“Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.”

(1Yoh 2:29-3:6; Yoh 1:29-34) “ Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”(Yoh 1;29-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Yesus adalah Allah, maka Ia ada sebelum Yohanes; Ia adalah Allah yang menjelma menjadi Manusia, dan kesatuanNya dengan Roh Kudus tak dapat dipisahkan sama sekali, maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yohanes tentang Dia, bahwa “Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus”. Kita semua yang telah dibaptis juga menerima baptisan dengan Roh Kudus, maka marilah kita hayati rahmat pembaptisan itu dengan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh Kudus. Hidup dan bertindak sesuai dengan Roh Kudus berarti tidak seenaknya sendiri atau mencari keuntungan diri sendiri. Maka masih dalam suasana Natal marilah kita meneladan Penyelamat Dunia, yang mendatangi kita dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, tidak berfoya-foya dan sombong. Cara untuk itu antara lain adalah dengan hidup ‘membumi’ atau ‘turun kebawah’, sebagaimana nasihat nenek moyang orang Jawa, yang mengatakan “Yen mlaku ndungkluk, ojo ndlangak” (=Jika berjalan hendaknya menunduk, jangan menengadah). Nasihat ini tidak lain adalah agar kita senantiasa memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing. Kami harapkan kita semua senantiasa berorientasi ke bawah, melihat dan mengarahkan diri kita kepada mereka yang lebih miskin, lebih bodoh, lebih terbatas dari kita serta kemudian kita perhatikan sesuai dengan kemampuan dan kesempatan kita, dan tentu saja harus disertai dengan pengorbanan. Salah satu cirikhas orang beriman atau senantiasa siap sedia berkorban demi kebahagiaan atau keselamatan orang lain. · “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.” (1Yoh 3:1). Sebagai orang yang beriman kepada Allah kiranya dapat disebut sebagai anak-anak Allah, artinya orang yang senantiasa melaksanakan kehendak Allah dalam situasi dan kondisi macam apapun, kapan pun dan dimana pun, sehingga mereka yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita akan tergerak atau termotivasi untuk (semakin) membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Marilah kita sadari dan hayati bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, dan kita sendiri akan hidup bahagia, damai-sejahtera dan selamat lahir dan batin jika kita sungguh melaksanakan kehendak dan perintah Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Allah hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tiada terikat oleh ruang dan waktu, maka marilah kita temukan dan hayati kehadiran dan karya-karya dalam ciptaan-ciptaanNya, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan kata lain marilah kita lebih memperhatikan dan mengedepankan apa-apa yang baik, mulia dan bermoral serta berbudi pekerti luhur, baik dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, dengan kata lain hendaknya kita senantiasa saling bersikap positif satu sama lain. Kami percaya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik, luhur, bermoral daripada apa yang tidak baik dan tidak bermoral. Ketika apa yang baik, luhur dan bermoral lebih kita angkat dan kedepankan, maka dengan otomatis pelan-pelan apa yang tidak baik dan tidak bermoral akan terhapus atau musnah dengan sendirinya. Cara berpikir positif ini hendaknya juga dihayati oleh para guru atau pendidik di sekolah-sekolah atau tempat-tempat pembinaan dimana pun. “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN” (Mzm 98:4-6) Ign 3 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

“Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”

(Ef 4:1-7.11-13; Mat 23:8-12) “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:8-12), demkian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Basilius Agung dan St.Gregorius dari Nazianze hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Siapapun orangnya pada umumnya memiliki dambaan, impian atau cita-cita agar dirinya terkenal, dipuja dan dipuji oleh banyak orang. Untuk mewujudkan dambaan, impian atau cita-cita tersebut ada berbagai kemungkinan cara untuk ditempuh atau dikerjakan. Pada umumnya orang memilih cara atau jalan untuk menjadi orang kaya raya, berkedudukan dan menjadi pemimpin hidup bersama. Saya merasa hal itu tidak salah asal semuanya dihayati dan difungsikan dengan semangat melayani dalam kerendahan hati, sebagaimana disabdakan oleh Yesus di atas. “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”, demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh siapapun yang menjadi pemimpin hidup bersama sekecil atau sebesar apapun, dalam bentuk kehidupan bersama apapun. Mengingat dan kebanyakan dari kita adalah hidup berkeluarga, maka perkenankan saya mengajak dan mengingatkan para kepala keluarga untuk sungguh melayani dengan rendah hati semua anggota keluarganya. Ketika anak-anak didalam keluarga memperoleh perlakuan pelayanan yang rendah hati, kita berharap ketika mereka tumbuh berkembang sebagai orang dewasa dalam bentuk hidup terpanggil apapun akan hidup dan bertindak melayani dengan rendah hati juga. Secara khusus kami ingatkan rekan-rekan gembala umat untuk meneladan Penyelamat Dunia, yang baru saja kita kenangkan kelahiranNya di hari Natal yang lalu: layanilah umat dengan rendah hati, dan hendaknya juga hidup sederhana dalam segala hal, tidak berfoya-foya dan memboroskan waktu, tenaga maupun harta benda dan uang tiada guna. · “Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:11-13). Kutipan ini mengingatkan siapapun yang berpartisipasi dalam kehidupan beragama atau menggereja dalam penggembalaan umat. Hendaknya segala usaha dan upaya kegiatan senantiasa terarah untuk pembangunan hidup bersama yang penuh damai sejahtera, aman dan tenteram baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual. Semuanya hendaknya berusaha untuk bekerjasama “mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah”. Allah telah menciptakan dunia seisinya ini baik adanya, dan jika ada yang tidak baik hemat saya karena kecerobohan, kelalaian atau dosa manusia. Masa kini ada tiga keprihatinan utama yang harus kita hadapi dan selesaikan bersama, yaitu ‘rusaknya lingkungan hidup, hidup persaudaraan yang dirongrong oleh kelompok tertentu yang fanatik sempit serta kemiskinan’. Ketiganya kiranya telah merusakkan dan mengaburkan pembangunan hidup bersama, sehingga hidup bersama sampai kini masih diwarnai oleh aneka tawuran dan permusuhan yang membawa korban kematian manusia. Salah satu usaha dan upaya untuk membangun dan memperteguh hidup bersama antara lain adalah berusaha menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, misalnya sama-sama manusia, ciptaan Allah, sama-sama beriman, sama-sama warga dst.. Jika apa yang sama dapat kita hayati dengan mendalam dan handal, maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional memperteguh dan memperdalam pembangunan hidup bersama. Maka hendaknya jangan mengangkat-angkat dan membesar-besarkan perbedaan yang ada di antara kita. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.” (Mzm 23:1-5) Ign 2 Januari 2013 *) Sumber Millis KD