Salam Sejahtera dalam Tuhan Kita Yesus Kristus! melalui Blog Rohani Katholik ini saya ingin berbagi hal-hal Rohani baik berupa Renungan harian, cerita-cerita inspiratif dan sharing pengalaman yang kiranya dapat menumbuhkan dan meningkatkan iman kita bersama sebagai pengikut Kristus.Renungan-renungan ditulis oleh Pihak-pihak yang kompeten dibidangnya, bisa oleh Para Uskup, para Imam dlsb. Semoga bermanfaat. Salam dan Berkatku Rm. Klemens Bere. PR
Jumat, 27 Juli 2012
“Yang ditaburkan di tanah yg baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu”
(Yer 3:14-17: Mat 13:8-23)
“ Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu , dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kami percaya bahwa kita semua ditaburkan alias dilahirkan dalam keluarga yang baik-baik dan senantiasa juga ditaburi aneka ajaran, nasihat, petuah, tegoran, didikan atau binaan yang baik, dan jarang sekali yang tidak baik. Maka selayaknya kita semua juga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Namun, mungkin karena kelalaian, ketidaktahuan, kesambalewaan orangtua atau para pendidik, kita tumbuh berkembang sebagaimana tidak dikehendaki oleh Allah. Dalam Warta Gembira hari ini kita diingatkan pentingnya keutamaan mendengarkan dan kemudian mengerti atau memahami. Keutamaan ini kiranya penting sekali untuk dihayati oleh siapapun yang sedang memiliki tugas pengutusan sedang belajar maupun anak-anak di dalam keluarga atau para anggota, bawahan, pekerja dalam hidup atau bekerja bersama dimana pun dan kapan pun. Maka baiklah pertama-tama kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal keutamaan ‘mendengarkan dengan baik’, yang kemudian diharapkan dapat mengerti atau memahami apa yang didengarkannya. Jika di dalam keluarga anak-anak dibina dan dididik dalam hal keutamaan ini, maka hemat saya ketika mereka kelak belajar di sekolah akan dapat dengan mudah mendengarkan pengajaran atau informasi yang disampaikan oleh para guru atau pendidik, dan dengan demikian mereka akan sukses dalam tugas belajar. Kita semua juga dipanggil untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik dalam hidup sehari-hari, mengingat dan memperhatikan bahwa setiap hari ada informasi baru yang baik dan berguna bagi hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita melalui aneka macam media massa atau pergaulan. Marilah kita perdalam keutamaan ‘mendengarkan dan mengerti atau memahami’ dalam hidup dan kerja kita sehari-hari.
· “Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian” (Yer 3:14-15). Kutipan ini kiranya bagus sekali untuk dijadikan permenungan atau refleksi bagi mereka yang ‘murtad’, nakal, kurang ajar, kurang terdidik atau terbina. Memang dari diri mereka sendiri kiranya sangat sulit diharapkan untuk bertobat atau memperbaiki diri tanpa turun tangan atau bantuan para ‘gembala’ (orangtua, guru, pendidik dst..). Maka kepada mereka yang berfungsi dalam tugas pengutusan penggembalaan, kami harapkan dengan rendah hati dan cintakasih ‘menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian’. Yang nakal dan kurang ajar kita beri ajaran, yang kurang tahu diberi tahu, yang kurang mengerti diberi pengertian dst… Dalam memberikan hendaknya dalam semangat cintakasih dan kebebasan sejati, karena dengan demikian yang menerima akan membuka diri dengan suka rela dan berjiwa besar serta rendah hati, sehingga mampu menerima, mengerti dan memahami apa yang diberikan dalam dan dengan cara apapun. Kepada mereka yang ‘murtad’, bodoh, kurang ajar, kurang terdidik dst…kami harapkan ketika didekati oleh para ‘gembala’ kami harapkan dengan rendah hati menerimanya, serta berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang akan disampaikan oleh para gembala. Secara khusus kami ingatkan segenap umat yang berpartisipasi dalam ibadat, hendaknya mendengarkan dengan rendah hatik kotbah atau ajaran yang disampaikan dalam ibadat oleh pengkotbah, sebaliknya kepada para pengkotbah kami harapkan menyampaikan kotbahnya sedemikian rupa sehingga dapat didengarkan seluruh umat yang hadir.
“Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.” (Yer 31:10-11)
Ign 27 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
“Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”
(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17)
“Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yoakim dan St.Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ada orangtua calon seminaris di Seminari Mertoyudan, ketika berwawancara dengan Tim Finansial untuk membicarakan sumbangan bagi anaknya yang diterima di Seminari Mertoyudan, begitu pelit dan alot untuk memberi sumbangan, dan memang kesediaan untuk memberi sumbangan akhirnya memang tidak sesuai dengan kemampuannya. Namun setelah beberapa bulan ketika seminaris memperoleh kesempatan berlibur ke rumah ada suatu perubahan yang mengesan. Orangtua sangat terkesan bahwa anaknya yang baru beberapa bulan di Seminari Mertoyudan telah berubah: rajin, siap sedia membantu orangtua untuk mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan rumah dst.. Dan dengan rendah hati akhirnya orangtua tersebut datang ke Seminari Mertoyudan seraya minta maaf dan menyatakan diri akan memberi sumbangan lebih dari apa yang disanggupkan sebelumnya, bahkan secara nominal melebihi rata-rata beaya per seminaris per bulan. Benarlah bahwa “melihat dan mendengarkan” sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak seseorang. Hari ini kita kenangkan St.Yoakim dan St Anna, orangtua SP Maria; kiranya sebagai orangtua sungguh bahagia ketika melihat dan mendengar anaknya terpilih untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, dengan hamil karena Roh Kudus dan akan melahirkan Penyelamat Dunia yang dinantikan kedatanganNya oleh seluruh umat manusia. Pada hari pesta St.Yoakim dan St.Anna hari ini kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mawas diri perihal sikap terhadap anak-anaknya. Kebahagiaan sejati orangtua terhadap anak-anaknya hemat saya terletak ketika orangtua melihat dan mendengar bahwa anak-anaknya tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman, dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka kami berharap para orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman, dan ketika ada anaknya yang terpanggil khusus untuk menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya didukung dan difasilitasi, tidak dipersulit dan dihambat.
· “Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun” (Sir 44:10-14). Para orangtua kiranya memiliki dambaan atau harapan bahwa kelak anak-cucunya maupun keturunannya senantiasa mengenangnya, seperti santo-santa di lingkungan Gereja Katolik atau para pahlawan bangsa yang namanya dikenang dengan digunakan sebagai nama jalan, bangunan maupun taman dst.. Jika anda mendambakan atau mengharapkan yang demikian itu kami harapkan anda mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak sekarang, sedini mungkin. Salah satu usaha persiapan yang baik adalah orangtua senantiasa mengasihi anak-anaknya, mendidik dan membinanya sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi umat manusia adalah manusia senantiasa dalam keadaan baik sebagaimana ketika mereka diciptakan, sebagai gambar atau citra Allah, sehingga senantiasa dalam keadaan selamat dan bahagia, terutama jiwa dan hatinya. Kebahagiaan sejati jiwa dan hati manusia kiranya terletak ketika yang bersangkutan hidup sesuai dengan panggilan Allah. Maka kami berharap kepada para orangtua agar mendidik dan membina anak-anaknya dalam dan dengan semangat cintakasih dan kebebasan sejati, sebagaimana anda berdua menjadi suami-isteri juga karena cintakasih dan kebebasan sejati. Setiap manusia juga diciptakan dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati, maka akan tumbuh berkembang dengan baik jika dididik dan dibina dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati. Mau jadi apakah anak nanti setelah dewasa, berilah kebebasan dan cintakasih untuk memilih dan menentukannya sesuai dengan kehendak Allah.
“TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.” (Mzm 132:11.13-14)
Ign 26 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”
(2Kor 4:7-15; Mat 20: 20-28)
“Maka
datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus,
lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus:
"Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua
anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di
sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus
menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah
kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami
dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum,
tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak
berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah
kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus
memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama
seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang.” (Mat 20:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yakobus, rasul,
hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· St
Yakobus, termasuk dalam 12 (dua belas) rasul yang dipilih oleh Yesus,
dan jabatan atau fungsi rasul masa kini diteruskan atau diemban oleh
para uskup. Uskup kita imani sebagai pribadi yang terbesar dan tertinggi
alias termasuk dalam jajaran primat Gereja Katolik. Salah satu cirikhas
fungsi uskup adalah sebagai pelayan dan senantaiasa berusaha menghayati
panggilan dan fungsinya dengan melayani, menghayati kepemimpinan
partisipatif dengan mendengarkan dan menanggapi suka duka umat Allah
yang harus dilayani, maka tugas atau fungsinya sungguh berat
dan mulia. Maka dengan ini kami mengharapkan segenap umat Allah untuk
mendukung dan mendoakan uskup atau gembala masing-masing agar dapat
melayani umat dengan baik sebagaimana didambakan atau dikehendaki Tuhan
yang telah memanggil dan mengutusnya. Karena tugasnya begitu berat dan
mulia, maka yang dapat dipilih menjadi uskup, sebagaimana digariskan
dalam KHK kanon 378, diharapkan memiliki cirikhas kepribadian: “unggul
dalam iman yang tangguh, moral yang baik, kesalehan, perhatian pada
jiwa-jiwa, kebijaksanaan, kearifan dan keutamaan-keutamaan manusiawi,
serta memiliki sifat-sifat lain yang cocok untuk melaksanakan jabatan,
mempunyai nama baik, dst..”. Cirikhas kepridian macam ini hendaknya juga diusahakan untuk dimiliki oleh para pembantu-pembantunya, yaitu para pastor atau imam.
Maka kami berharap mereka yang terpanggil untuk menjadi imam alias para
seminaris
hendaknya dibina dan dididik dalam hal keutamaan-keutamaan atau
cirikhas tersebut di atas. Tentu saja para formator di seminari-seminari
juga memiliki cirikhas kepribadian tersebut di atas. Karena imam atau
uskup berasal dari keluarga-keluarga, maka kami berharap para orangtua
sungguh berusaha bersama-sama mendidik dan membina anak-anak agar
memiliki cirikhas kepribadian di atas, yang dapat dipadatkan dalam
keutamaan melayani dengan rendah hati.
· “Harta
ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam
segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus
di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam
tubuh kami.” (2Kor 4:7-10), demikian kesaksian iman Paulus, rasul
agung. Sebagai umat beriman kita semua memiliki hidup yang berdimensi
rasuli, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, umat
untuk berusaha menghayati panggilan rasuli tersebut dalam cara hidup dan
cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai umat
beriman hendaknya mengandalkan kekuatan rahmat Tuhan bukan menyombongkan
atau mengandalkan kekuatan diri pribadi yang lemah dan rapuh ini.
Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari tanah dan akan
kembali menjadi tanah ketika dipanggil Tuhan atau mati. Maka marilah
kita hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, karena
kita dianugerahi hidup, kekuatan, ketampanan/kecantikan, kecerdasan
dst.. dan hendaknya semuanya difungsikan untuk melayani saudara-saudari
kita, sehingga kita bersama-sama senantiasa hidup dan berindak saling
melayani dimana pun dan kapan pun. Jika kita hidup dan bertindak dengan
sombong, mengandalkan kekuatan pribadi berarti kita
tidak beriman.
“Ketika
TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang
bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita
dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara
bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang
ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita
bersukacita.” (Mzm 126:1-3)
Ign 25 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
Jumat, 13 Juli 2012
“Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan”
(Hos 11:1.3-4.8c-9; Mat 10:7-15)
“ Pergilah
dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit;
bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.
Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula
dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga
dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan,
janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang
pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa,
carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu
berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.
Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak,
salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila
seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah
dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari
kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah
Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pada
umumnya ketika orang memperoleh tugas baru senantiasa mempertanyakan
apakah di tempat tugas baru tersedia aneka macam sarana-prasarana yang
memadai guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Demikian juga ketika
orang mau bepergian, lebih-lebih rekan-rekan perempuan, pada umumnya
juga ribut atau sibuk mempersiapkan aneka bekal perjalanan. Dengan kata
lain secara jujur dalam diri kita pasti akan ketakutan atau kekhawatiran
setiap kali ada hal-hal atau tugas-tugas baru. “Janganlah kamu
membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai,
kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”, demikian
sabda atau pesan Yesus. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk
mengimani bahwa jika kita menerima tugas pengtusan dari atasan atau
pemimpin kita, percayalah kepada Penyelenggaraan Ilahi. Jika kita
senantiasa berusaha berbuat baik, percayalah pasti senantiasa ada
orang-orang baik yang siap membantu kita dalam melaksanakan tugas
pengutusan. Saya pribadi memiliki banyak pengalaman dalam hal tersebut:
setiap kali kami merencanakan dan mengusahakan apa yang baik dan demi
kepentingan umum ada-ada saja yang membantu dan akhirnya apa yang
diusahakan dan direncanakan menjadi kenyataan alias terwujud. Maka
dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk tidak khawatir setiap kali
menerima tugas baru: sikapi dan laksanakan dengan baik dan percayalah
jika anda senantiasa mengusahakan apa yang baik dan
menyelamatkan past akan menerima uluran bantuan dari orang-orang yang
baik. Jika kita khawatir atau takut, sebenarnya dari diri
kita sendiri juga kurang total atau sepenuhnya dalam melaksanakan tugas
pengutusan, sehingga boleh dikatakan sebagai kalah sebelum perang.
· “Hati-Ku
berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak
akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan
membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang
Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan”
(Hos 11:8c-9), demikian belas kasih Allah kepada orang-orang pilihannya
sebagaimana dilukiskan oleh nabi Hosea. Allah memang penuh belaskasih
dan pengampunan, Allah senantiasa mengasihi dan mengampuni
manusia yang membuka diri terhadap PenyelenggaraanNya. Maka kami
mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa membuka
diri terhadap PenyelenggaraanNya dalam perjalanan hidup, panggilan dan
tugas pengutusan apapun dan dimanapun. Secara konkret marilah dengan
rendah hati kita lihat dan imani apa yang baik, mulia, luhur dan indah
dalam semua ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan
sebagai gambar atau citra Allah. Setiap manusia pasti dapat menjadi
kepanjangan atau penyalur belaskasih dan pengampunan Allah. “Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu”, inilah
yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Allah hadir di
tengah-tengah kita untuk menguduskan kita semua, mendorong dan
memungkinkan kita untuk membaktikan diri seutuhnya kepada
Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap juga masing-masing dari kita dapat
menjadi penyalur Penyelenggaraan Ilahi juga,
artinya senantiasa juga mengasihi dan mengampuni siapapun. Ingatlah dan
hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan
melimpah dari Allah, sehingga untuk mengasihi dan mengampuni kita
tinggal menyalurkannya saja.
“Kasihanilah
aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku
menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari
kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sesungguhnya, Engkau
berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau
memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan
hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih
putih dari salju” (Mzm 51:3-4.8-9)
Ign 12 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
Selasa, 10 Juli 2012
“Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit.”
(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)
“Sedang
kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang
kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu
berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum
pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan
kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling
ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Jumlah
umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang,
entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri
maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang.
Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan
selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan
panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang
cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari
kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara
intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil
adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan
finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual.
Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan
menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi
panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap
kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat
penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga
dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau
dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik
terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua
dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami
juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi
suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu
pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta
atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan
suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga
cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan
generasi muda untuk mengikutinya.
· “Mereka
mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan
memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan
mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus
kembali ke Mesir!” (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada
masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya
berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak
mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak
orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian
tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan
benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa ‘pekerja’ hanya sedikit. Kepada
mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk
bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat
serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun
tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois.
Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu
dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap
kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri
kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup
dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan
keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting
adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan
perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada
Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik
mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar
terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau
upayakan bersama-sama.
“Allah
kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala
mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut,
tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat
melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai
hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat
meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak
dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya
orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” (Mzm 115:3-8)
Ign 10 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
Senin, 09 Juli 2012
“Asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh."
(Hos 2:13.14b-15.18-19: Mat 9:18-26)
“
Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang
kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan
baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya,
maka ia akan hidup." Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan
yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati
Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam
hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus
berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai
anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu
sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat
itu dan melihat peniup-peniup
seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak
ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah
orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu
bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh
daerah itu” (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agustinus Zhao Rong,
imam, martir Cina, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Pribadi
Yesus memang sungguh penuh kuasa dan wibawa, sehingga siapapun yang
beriman kepadaNya pasti akan hidup berbahagia, selamat dan damai
sejahtera, dan mereka yang sakit akan disembuhkan, sedangkan yang loyo
dan lesu akan digairahkan, sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira
hari ini. Hal senada kiranya juga terjadi dalam diri seorang martir,
yaitu darah yang telah ditumpahkan demi dan karena iman akan
membangkitkan dan menggairahkan hidup orang beriman. Maka baiklah saya
mengajak semua umat beriman untuk meneladan kepala rumah ibadat maupun
perempuan yang sakit pendarahan sebagaimana dikisahkan di atas. Iman
mereka telah membangkitkan dan menyembuhkan, sehingga apa yang terjadi
karena iman dalam
waktu singkat menyebar ke mana-mana. Jika kita sungguh beriman, maka
kitapun akan mampu dengan mudah membangkitkan mereka yang lesu dan loyo
maupun menyembuhkan mereka yang sakit, terutama sakit hati, sakit jiwa
atau sakit akal budi. Memang pertama-tama dan terutama kita harus
memperdalam dan memperteguh iman kita, yang berarti sungguh
mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan
cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang yang sungguh hidup
dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan akan memiliki kewibawaan luar
biasa dan siapapun yang mendekat dan menyentuh kita akan tergerak juga
untuk semakin beriman. “Imanmu telah menyelamatkan engkau”, demikian
sabda Yesus yang hendaknya juga menjadi acuan dan pedoman hidup kita.
Kita semua mendambakan keselamatan, terutama keselamatan jiwa kita, maka
marilah kita perteguh dan perdalam iman kita.
· “Aku
akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan
menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih
setia dan kasih sayang.Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam
kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.” (Hos 2:18-19),
demikian firman Tuhan kepada Hosea. Tuhan begitu mengasihi orang yang
sungguh beriman, sehingga Ia memperlakukan orang yang bersangkutan
bagaikan isteriNya. Memang dikasihi oleh Tuhan akhirnya tidak dapat
tinggal diam, melainkan diutus untuk mewartakan ‘keadilan, kebenaran, kasih setia, kasih sayang dan kesetiaan’. Menjadi
saksi atau pewarta keutamaan-keutamaan di atas ini hemat saya pada masa
kini berarti
menghayati rahmat kemartiran yang dianugerahkan Tuhan kepada kita,
mengingatkan ketidak-adilan, pemalsuan dan kebohongan, ketidak-setiaan
dst..masih merebak di sana-sini. Para suami-isteri dengan mudah saling
bercerai, para pekerja atau pelajar tidak setia pada panggilan dan tugas
pengutusannya, dan aneka bentuk pemalsuan terjadi di sana-sini.
Keaslian diri kita masing-masing adalah sebagai citra atau gambar Tuhan
Allah, dan untuk itu berarti senantiasa hidup dan bertindak dengan adil,
benar, setia dan mengasihi dimana-mana dan kapan pun juga. Mungkin baik
pada masa kini kita utamakan keutamaan kesetiaan, mengingat dan
mempertimbangkan cukup banyak orang tidak atau kurang setia dalam hidup
dan panggilannya. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof
Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai
Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap para
suami-isteri dapat setia pada janji perkawinannya serta kemudian
mendidik dan membiasakan anak-anak dalam hal kesetiaan, sehingga kelak
mereka akan terpanggil apapun akan menjadi orang yang setia dalam
menghayati panggilannya.
“Setiap
hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk
seterusnya dan selamanya.Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan
kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan
pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak
kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan
kunyanyikan.”
(Mzm 145:2-5)
Ign 9 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Mg Biasa XIV: Yeh 2:2-5; 2Kor 12:7-10; Mrk 6:1-6
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada umumnya
yang terpilih menjadi kepada daerah atau pemerintahan adalah
putera/puteri daerah yang terbaik. Sebaliknya yang menjadi pastor kepala
paroki belum tentu putera daerah atau bahkan berasal dari daerah jauh,
maklum fungsi atau peran pastor paroki kiranya berbeda dengan kepala
daerah. Pastor paroki memiliki panggilan kenabian dalam fungsi dan
tugasnya, yaitu menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran-kebenaran
sebagaimana diwahyukan oleh Tuhan melalui aneka pembelajaran dan
permenungan atas apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Perbedaan
pemimpin agama dan pemimpin daerah ini sering kelihatan jelas, misalnya
saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Yogyakarta bagi umat wilayah
Keuskupan Agung Semarang khususnya dan warga propinsi Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dalam waktu
berhimpitan ada kunjungan kerja Presiden RI di Semarang dalam rangka
membuka Lokakarya Kebudayaan Jawa. Kunjungan Paus meskipun ada beberapa
yang menentang, namun lebih banyak orang atau warga masyarakat ikut
menikmati buahnya, yaitu kesejahteraan, sementara dalam kunjungan
Presiden di Semarang cukup banyak warga masyarakat, khususnya mereka
yang miskin, para tukang becak dan asongan di pinggir jalan tak boleh
bekerja alias harus berpuasa.
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." (Mrk 6:5)
Karena
seorang nabi memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan
kebenaran-kebenaran atau pembaharuan cara hidup dan cara bertindak, maka
jika yang terpanggil untuk menjadi ‘nabi’ adalah teman yang telah lama
dikenal pada umumnya orang kurang percaya kepadanya. Menghormati rekan
sendiri memang lebih sulit daripada menghormati orang lain, namun hemat
saya jika kita terhadap saudara-saudari dekat tidak dapat saling
menghormati, maka menghormati orang lain yang jauh merupakan pelarian
tanggungjawab. Marilah dengan rendah hati kita saling menghormati
saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan
kita.
Jika
salah seorang dari saudara atau kenalan dekat kita terpanggil untuk
menjadi orang baik, apalagi tokoh penting dalam masyarakat atau bangsa
atau agama, hendaknya kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan
dan secara konkret menghormati orang yang bersangkutan selayaknya. Kami
berharap kita mendoakan saudara-saudari kita yang terpanggil menjadi
‘nabi’ karena yang bersangkutan pasti harus menghadapi tantangan dan
hambatan berat dalam rangka memperjuangkan kebenaran-kebenaran,
mengingat dan mempertimbangkan kebohongan-kebohongan masih merebak di
sana-sini dalam hidup dan bekerja bersama. Sebaliknya kepada mereka yang
terpanggil menjadi ‘nabi’ dan kurang atau tidak dihormati oleh
saudara-saudari serta kenalan-kenalan dekatnya, kami harapkan untuk
tetap tabah dan setia mengemban tugas
panggilan kenabian.
Dalam
hidup dan bekerja bersama yang masih sarat dengan kebohongan dan
perilaku amoral seperti korupsi masa ini menghayati rahmat atau
panggilan kenabian sungguh penting dan mendesak. Sebagai umat beriman
kita semua memiliki tugas panggilan kenabian, maka kami harapkan kita
senantiasa setia pada panggilan ini, meskipun harus menghadapi aneka
tantangan, masalah dan hambatan. Miliki keteguhan hati dalam mengemban
tugas panggilan kenabian, dan pecayalah dengan keteguhan hati anda pasti
sukses menghayati panggilan kenabian, dan mungkin kesuksesan tidak
sempat kita nikmati, melainkan orang lain yang akan menikmatinya. Nasib
seorang nabi memang pada umumnya dibenci dan dikejar-kejar untuk
disingkirkan dan ada kemungkinan juga dibunuh secara halus, sebagaimana
pernah dialami oleh ‘Munir’ yang diracun dalam
perjalanan dengan pesawat Garuda ke luar negeri. Darah nabi akan menjadi pupuk yang menyuburkan iman umat Allah.
"Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku
menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam
kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor 12:9-10)
Kutipan
dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya dapat
menjadi pegangan atau kekuatan kita dalam penghayatan iman yang ditandai
oleh tugas pengutusan kenabian. “Aku senang dan rela di dalam
kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan
dan kesesakan oleh karena Kristus (Tuhan)” ,kata-kata inilah yang
selayaknya menjadi pedoman atau pegangan cara hidup dan cara bertindak
kita sebagai umat beriman. Hidup dan terpanggil menjadi nabi memang
harus mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan dan rahmat Tuhan serta tidak
mengandalkan atau menyombongkan kekuatannya sendiri, yang sebenarnya
lemah dan rapuh.
Bersama
dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka
tantangan, masalah dan hambatanm, bahkan baik tantangan, masalah dan
hambatan justru akan semakin membuat diri kita lebih handal dalam
menghayati panggilan kenabian, sebagaimana ‘Pendowo Limo’(Lima
bersaudara): Puntodewo, Werkudoro, Janoko, Nakulo dan Sadewo yang
dibuang dan disiksa di tengah hutan belantara oleh
saudara-saudaranya di Astino, tidak hancur melainkan justru semakin
handal dan tangguh sebagai kesatria. Maka jika anda baik, benar, jujur
dan tulus hati harus menghadapi masalah, tantangan dan hambatan,
hendaknya hal itu dijadikan wahana untuk semakin mendewasakan diri dan
membuat diri semakin handal dan tangguh.
"Hai
anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa
pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang
mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.Kepada
keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau
dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Dan
baik mereka mendengarkan atau tidak -- sebab mereka adalah kaum
pemberontak -- mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di
tengah-tengah mereka.” (Yeh 2:3-5), demikian firman Tuhan Allah
kepada nabi Yeheskiel, yang kiranya juga baik kita jadikan firmanNya
kepada kita semua, umat beriman. Marilah kita hadapi dan sikapi orang
yang keras kepala dan tegar hati dengan lemah lembut dan rendah hati
seraya mengandalkan rahmat dan kekuatan Tuhan.
Sekeras kepala dan setegar hati apapun jika kita dekati dengan lemah
lembut, rendah hati dan kasih pasti akan takluk. Bukankah binatang buas
pun dapat ditaklukkan dengan kasih dan lemah lembut, apalagi manusia.
“
Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga.
Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan
tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya,
demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia
mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab
kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan;jiwa kami sudah cukup kenyang
dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan
orang-orang yang sombong.”
(Mzm 123)
Ign 8 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
Sabtu, 07 Juli 2012
“Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua”
(Am 9:11-15; Mat 9:14-17)
“Kemudian
datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami
dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus
kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita
selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai
itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju
yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu,
lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak
diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong
itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur.
Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan
dengan demikian
terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Tujuan
utama berpuasa atau matiraga adalah untuk mengendalikan diri sedemikian
rupa sehingga memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan
kehendak Tuhan alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Matiraga pada masa kini memang kurang memperoleh perhatian dan orang
lebih mengutamakan aneka macam bentuk kenikmatan fisik yang sebenarnya
merusak tubuhnya maupun cara hidupnya. Jika kita dalam hal makan dan
minum hanya mengikuti pedoman nikmat dan tidak nikmatm, yang berarti
menyantap yang nikmat saja, maka kami percaya kita tidak sehat secara
fisik dan dengan demikian juga tidak sehat secara moral, sosial maupun
spiritual. Maka dalam hal makan dan minum
kami harapkan kita semua berpedoman pada sehat dan tidak sehat:
hendaknya kita senantiasa mengkomsumsi jenis makanan dan minuman yang
sehat meskipun tidak nikmat. Perhatikan, teliti dan cermati bahwa yang
membuat makanan dan minuman menjadi enak dan nikmat tidak lain adalah
bumbu-bumbu penyedap yang sarat dengan racun atau zat-zat yang merusak
anggota tubuh kita. Marilah kita senantiasa berusaha mengkonsumsi
makanan dan minuman yang organic bukan un-organic. Percayalah jika kita
dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat serta
dengan demikian senantiasa memilih dan mengkonsumi makanan dan minuman
yang sehat, maka kita juga akan sehat pula dalam pergaulan maupun hidup
beragama dan beriman. Jauhkan aneka macam jenis makanan instant yang
tidak sehat di dalam keluarga atau tempat tinggal anda. Kita semua
kiranya sungguh masih perlu bermatiraga.
· “Jikalau
engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau engkau mencemooh,
engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya. Perempuan bebal
cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu. Ia duduk di
depan pintu rumahnya di atas kursi di tempat-tempat yang tinggi di
kota, dan orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus jalannya
diundangnya dengan kata-kata” (Am 9:12-15). Kutipan ini kiranya
sangat bagus untuk kita refleksikan atau renungkan serta kemudian
menjadi acuan dan peringatan cara hidup dan cara bertindak kita. Maaf
jika dalam kutipan di atas lebih melihat perempuan daripada laki-laki
karena mungkin secara umum perempuan memang
lebih cerewet daripada laki-laki. Orang-orang cerewet pada umumnya
merasa dirinya tidak aman dan terancam terus-menerus. Orang bijak pada
umumnya berjalan lurus, berhati mulus, baik dan bermoral. Semua masalah
atau persoalan hidup sehari-hari dihadapi dengan tenang, disikapi dengan
bijak, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa juga selamat,
damai sejahtera. Orang bijak pada umumnya juga sedikit bicara dan banyak
bertindak atau bekerja. Marilah kita bersama-sama dan saling membantu
untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijak. Jika kita senantiasa
bertindak bijak maka akan tumbuh berkembang menjadi orang bijaksana. “Bijaksana
adalah sikap dan perilaku yang dalam segala tindakannya selalu
menggunakan akal budi, penuh pertimbangan dan tanggungjawab. Ini
diwujudkan dalam perilaku yang cakap bertindak dan kehati-hatian dalam
menghadapi berbagai keadaan yang sulit. Keputusan yang diambil
berdasarkan pemikiran dan renungan yang mendalam
sehingga tidak merugikan siapa pun dan dapat diterima oleh semua pihak”
(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,
Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 14-15). Kami berharap para pemimpin di
tingkat dan bidang kehidupan bersama apapun senantiasa hidup dan
bertindak dengan bijaksana.
“Kasih
dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan
menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri
kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan
akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.” (Mzm 85:11-14)
Ign 7 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
Kamis, 05 Juli 2012
"Mengapa kamu memikirkan hal yang jahat di dalam hatimu?”
(Am 7:10-17; Mat 9:1-8)
“
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian
sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya
seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat
iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai
anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli
Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui
pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang
jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah
diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu
tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat
tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun lalu
pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan
Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia” (Mat 9:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kebanyakan
orang pada umumnya lebih berpikiran jahat atau jelek daripada
berpikiran baik terhadap saudara-saudarinya, apalagi yang sering
dilakukan oleh para pengawas atau peneliti agar kelihatan berwibawa
senantiasa berusaha lebih melihat kekurangan dan kelemahan daripada
kelebihan dan kekuatan. Berpikiran jelek atau jahat berarti hidup dan
bertindak mengikuti bisikan dan dorongan setan atau roh jahat. Sebagai
orang beriman berarti berusaha hidup dan bertindak sesuai dengan
kehendak dan perintah Tuhan dan untuk
itu senantiasa melihat dan mencari karya penyelenggaraan Tuhan dalam
ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai
dengan gambar atau citra Tuhan. Beriman memang berarti hidup dan
bertindak dijiwai oleh karya penciptaan Tuhan, yang akhirnya senantiasa
berusaha melihat apa yang baik dan berkembang dalam ciptaan-ciptaanNya.
Marilah kita meneladan Yesus yang datang untuk mengampuni dosa manusia
serta menggairahkan cara hidup dan cara bertindak manusia sesuai dengan
kehendak dan perintahNya. Marilah kita senantiasa melihat apa yang baik,
mulia, luhur dan indah dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri
saudara-saudari kita, sesama manusia. Kami berharap meneladan juga para
orangtua yang pada umumnya lebih melihat apa yang baik, mulia, luhur dan
indah dalam diri anak-anaknya. Secara khusus kami berharap agar para
guru, pendidik atau pembina dan pendamping anak-anak atau generasi muda
untuk senantiasa melihat dan mengembangkan apa
yang baik dalam diri anak-anak, peserta didik atau binaannya.
· "Aku
harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah
kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau,
untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan
permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir.
Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis”
(Am 7:14-17). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan dan dapat
menjadi acuan atau pedoman dalam cara hidup dan cara bertindak kita,
sebagai umat beriman. Suatu sikap positif terhadap orang lain itulah
yang digambarkan dalam kutipan di atas ini, yang digambarkan sebagai
seseorang yang sedang mempersiapkan tempat tidur bagi yang terkasih agar
yang terkasih dapat tidur atau istirahat nyenyak; hal yang demikian ini
kiranya juga sering dilakukan oleh pasangan suami-isteri yang baru saja
menikah alias penganten baru di malam pertama maupun malam-malam
berikutnya. Kami percaya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih
banyak apa yang baik daripada yang jelek, yang indah daripada amburadul,
yang mulia daipada yang jorok dst.. Marilah kita hidup dan bertindak
saling mengangkat dan memperkembangkan apa yang baik, indah, luhur dan
mulia dalam diri kita masing-masing, sehingga kehidupan bersama sungguh
memikat, menarik dan mempesona serta nikmat dan bahagia, damai sejahtera
dalam hidup bersama. Dengan kata lain kita semua
dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu
sama lain dimana pun dan kapanpun dan dengan siapapun tanpa pandang
bulu/SARA. Para pemimpin dalam hidup bersama dalam bentuk apapun kami
harapkan senantiasa berusaha melihat dan mengangkat apa yang baik,
mulia, luhur dan indah dalam diri mereka yang harus dipimpin serta
kemudian memperkembangkannya. Berpikiran positif berarti ahli roh baik,
sedangkan berpikiran jahat berarti ahli roh jahat.
“Taurat
TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu
tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata
bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya;
hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas,
bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan
dari pada madu tetesan dari sarang lebah” (Mzm 19:8-11)
Ign 5 Juli 2012*) Sumber Millis KD
"Apa urusanMu dengan kami hai Anak Allah?”
(Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34)
“
Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari
pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat
berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan
mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak
Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan.
Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir
kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata
kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam
babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang
ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah
penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah
segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka
keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa
dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka” (Mat 8:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Penjahat
ketiika tertangkap basah atas tindakan jahatnya pada umumnya sebelum
dibekuk untuk diamankan akan berteriak guna mengancam penangkapnya.
Penjahat berusaha melindungi diri dengan menakut-nakuti orang lain. Ada
penguasa yang berusaha melindungi kejahatan dengan mengalihkan perhatian
rakyat, misalnya dengan mengadakan kerusuhan antar agama, sebagaimana
pernah terjadi dengan adanya kerusuhan berwarna agama yang terjadi di
Pandeglang dan Temanggung tahun lalu, yang tidak lain adalah merupakan
permainan
penguasa untuk mengalihkan perhatian rakyat dari korupsi ke agama.
Kerusahan yang dalam rangka singkat dapat diselesaikan adalah merupakan
permainan penguasa atau pejabat, sedangkan kerusuhan sejati pada umumnya
tak kunjung henti. Sabda hari ini mengingatkan kita semua perihal ciri
orang baik dan orang jahat. Orang baik pada umumnya tampil atau
menghadirkan diri dengan tenang, sedangkan orang jahat senantiasa merasa
dirinya terancam dan ketika diketahui kejahatannya ia berusaha
menggertak atau menakut-nakuti. Sekeras atau sekuat apapun usaha
penjahat menakut-nakuti hendaknya dihadapi dengan tenang, jangan
gegabah. “Pergilah”, demikian satu kata yang keluar dari Yesus
menghadapi teriakan setan atau penjahat; satu kata yang sungguh wibawa
dan kuasa. Kami berharap kepada anda sekalian ketika menghadapi ancaman
hendaknya tenang dan tidak gegabah, seraya berdoa mohon kekuatan dan
terang dari Allah dalam
menghadapi ancaman. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan dengan
mudah dan enak menghadapi aneka ancaman atau persoalan.
· “Karena
segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah
orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan
terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima
didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat” (Am
5:21-23). Tuhan memang sungguh memberi kebebasan kepada kita, manusia.
Dalam kenyataan sering kita lihat ada orang-orang yang menyalahgunakan
kebebasannya, yaitu untuk menjadi kesenangan atau
kenikmatan pribadi saja dan kurang memperhatikan keselamatan jiwa,
entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Marilah kita gunakan
kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga kita menjadi orang yang
sungguh menikmati kebebasan sejati, bukan kebebasan semu, kebebasan
abadi bukan kebebasan sementara atau sesaat. Kepada siapapun yang
menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan alias hidup
dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi, kami
ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri: berjalan di jalan Tuhan.
Marilah kita hayati kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk
melakukan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa, bukan untuk melakukan
sesuatu mengikuti selera pribadi. Hanya mengikuti selera pribadi pasti
akan terjebak dalam kesesatan dan akhirnya menderita untuk
selama-lamanya. Marilah kita jauhkan
cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi, dan
kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan agar selamat
dan bahagia jiwa-raga kita. Kepada mereka yang hidup dan bertindak hanya
mengikuti selera pribadi kami ajak untuk segera bertobat dan
memperbaharui diri: hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan,
antara lain dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang
berlaku.
"Dengarlah,
hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi
terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu
Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku?
Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari
kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu
hewan di gunung.” (Mzm 50:7-10)
Ign 4 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."
(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)
“Tomas,
seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada
bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid
yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas
berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya
dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan
mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan
percaya."Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam
rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu
terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas:
"Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu
dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi,
melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Thomas, rasul,
hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:
· Percaya
atau beriman berarti mempersembahkan diri pada sesuatu yang tak
kelihatan dengan jelas oleh indera mata fisik kita, namun mata hati
melihatnya dengan jelas. Kita semua kiranya memiliki pengalaman konkret
dalam hal percaya ini, yaitu dalam hal makan dan minum, yang disediakan
bagi kita dan kemudian kita santap. Bukankah sebelum menikmati makanan
atau minuman kita percaya bahwa kita tidak diracuni alias makanan dan
minuman tersebut baik adanya, meskipun kita belum pernah menyelidikinya?
Maka dalam rangka
mengenangkan St.Thomas, rasul, hari ini saya mengajak anda sekalian
untuk mawas diri perihal penghayatan iman atau kepercayaan kita dalam
hidup sehari-hari. Orang yang tak menghayati iman atau kepercayaannya
dengan baik dan benar pada umumnya akan membuat saudara-saudarinya tidak
tenang atau gusar dan dengan demikian kehidupan bersama terganggu.
Makan, minum, bekerja, belajar, bergaul atau bertindak apapun dengan dan
dalam iman itulah panggilan kita semua segenap kaum beriman. Memang
pertama-tama dan terutama sebagai sesama umat beriman kita harus saling
percaya satu sama lain dan tidak saling curiga, maka masing-masing dari
kita memang harus layak untuk dapat dipercaya. Salah satu cara untuk
menjadikan diri pribadi sebagai orang yang dapat dipercaya tidak lain
adalah kita senantiasa berkehendak baik serta berusaha untuk melakukan
apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan
atau kebahagiaan jiwa. Marilah kita renungkan dan
hayati bersama sabda Yesus:“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.".
· “Demikianlah
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di
atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru” (Ef 2:19-20).
Sebagai orang beriman kita tak pernah terlepas dari Allah yang
menganugerahkan iman, dan dengan demikian semua umat beriman menjadi ‘anggota-anggota keluarga Allah’, orang-orang
yang cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak dan
perintah Allah. Maka baiklah sebagai sesama anggota keluarga Allah atau
umat beriman kita saling membantu dan mendukung dalam kehidupan kita
bersama-sama; ketika ada salah seorang anggota atau rekan beriman hidup
tidak baik dan tidak benar, hendaknya segera kita tegor dan ingatkan,
karena jika ada salah satu orang anggota rusak atau tidak baik hidupnya
berarti seluruh keluarga akan menderita. Kami berharap kesadaran dan
penghayatan sebagai sesama anggota keluarga Allah ini dapat dihayati
dalam komunitas yang terkecil dan dasar, yaitu di dalam
keluarga-keluarga, antara suami dan isteri, orangtua dan anak-anak serta
seluruh anggota keluarga. Keluarga damai, bahagia dan sejahtera baik
secara fisik maupun spiritual itulah damban semua umat beriman. Jika
kita semua di dalam keluarga kita masing-masing
memiliki pengalaman mendalam perihal penghayatan iman, maka dengan
mudah kita dapat menghayati iman di dalam komunitas yang lebih luas. Kesaksian
atau penghayatan iman dalam hidup sehari-hari meruapakan bentuk
penghayatan tugas rasuli atau missioner yang paling utama dan terutama
dan tak mungkin dapat digantikan oleh cara apapun. Semoga para pemuka
agama lebih mengutamakan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dalam
membina dan mengarahkan umatnya, tidak hanya sebatas pengetahuan agama
saja.
“Pujilah
TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk
selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)
Ign 3 Juli 2012*) Sumber Millis KD
Senin, 02 Juli 2012
“Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya."
(Am 2:6-10.13-16; Mat 8:18-22)
“Ketika
Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke
seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya:
"Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus
berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai
sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata
kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang
mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berreflkesi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Yesus
adalah Penyelamat Dunia dan memiliki tugas pengutusan untuk
menyelamatkan seluruh dunia. Ia memang telah berusaha keras untuk
berkeliling kemana-mana, namun Ia juga membutuhkan tenaga atau bantuan
orang lain untuk meneruskan dan menyebarluaskan tugas pengutusanNya,
dengan kata lain Ia membutuhkan orang-orang yang bersedia untuk menjadi
pengikut atau muridNya. Pengajaran maupun kepribadianNya menyentuh dan
mempesona banyak orang, maka cukup banyak orang akhirnya menjadi
pengikutNya. Untuk menjadi pengikut Yesus harus dengan besar hati dan
sukarela meninggalkan segala sesuatu atau segala yang dimilikiNya serta
siap sedia untuk diutus kemanapun tanpa syarat. Dalam kisah hari ini
ada seseorang ingin mengikuti Yesus, namun ketika menerima jawaban Yesus
bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya,
ia pun mengundurkan diri karena kelekatannya pada sesuatu yang tak dapat
ditinggalkan. Alasan ‘menguburkan ayah’ atau melayat merupakan sesuatu
yang tak mungkin dibantah, dengan kata lain merupakan alasan yang tak
mungkin dapat dibicarakan atau didiskusikan. Itulah yang sering disebut
sebagai kelekatan tak teratur. Maka dengan ini kami mendambakan anda
sekalian yang menjadi pengikut Yesus Kristus untuk sungguh melepaskan
diri dari aneka kelekatan yang tak teratur, entah itu berupa harta benda
atau sifat pribadi atau kenikmatan-kenikmatan tertentu yang berlawanan
dengan kehendak Allah. Menjadi pengikut Yesus Kristus harus bebas
merdeka secara
total.
· “Karena
TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi
perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan
keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau
akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap
jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan
pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;” (Ams 2:6-10). Jika kita sungguh secara total
meninggalkan kelekatan-kelekatan tak teratur, maka kita akan mampu menerima anugerah Tuhan, yaitu “mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik”. Kami
percaya bahwa kita semua mendambakan untuk tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang baik dan kami berharap para orangtua maupun para pengelola
dan pelaksana karya pendidikan/sekolah lebih mengutamakan agar anak-anak
atau para peserta didiknya lebih tumbuh berkembang menjadi pribadi yang
baik daripada pandai, cerdas secara spiritual daripada cerdas secara
intelektual. Memang mendidik anak-anak atau peserta didik untuk tumbuh
berkembang menjadi pribadi yang baik lebih sulit daripada mendidik agar
lebih pandai. Jika orang sungguh memiliki kecerdasan spiritual alias
baik, hemat saya kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, fisik dapat diusahakan dengan mudah.
Kecerdasan spiritual merupakan
landasan atau dasar kecerdasan-kecerdasan lainnya. Apa yang disebut
dalam kutipan diatas, yaitu kebenaran, keadilan dan kejujuran hemat saya
sungguh penting dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada
masa kini, mengingat kebohongan, ketidak-adilan dan korupsi masih
merebak di sana-sini dan lebih sungguh memprihatinkan bahwa hal itu
terjadi dalam diri para tokoh atau pemuka hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara di negeri kita tercinta ini. Sekali lagi saya angkat
salah satu usaha yang hendaknya dikerjakan bersama-sama
adalah peraturan dilarang menyontek di sekolah-sekolah, karena
membiarkan para peserta untuk menyontek berarti mempersiapkan mereka
untuk menjadi pembohong-pembohong dan koruptor-koruptor.
"Apakah
urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku
dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan
mengesampingkan firman-Ku? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau
berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu
kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya.
Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu.Itulah
yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa
Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa
perkara ini ke hadapanmu” (Mzm 50:16-21)
Ign 2 Juli 2012
*) Sumber Millis KD
"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”
(Rat 2:2.10-14.18-19; Mat 8:5-17)
“
Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan
Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena
sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku
akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya:
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja
sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang
bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah
seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi:
Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka
ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan
berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun
di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang
dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak
dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan
dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu:
"Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada
saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun
melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka
dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun
bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus
banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir
roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu
terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi
Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit
kita.” (Mat 5:8-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Yesus
adalah Penyelamat Dunia, Ia datang ke dunia untuk menyelamakan seluruh
dunia seisinya, tentu saja terutama manusia. Maka mereka yang sakit
disembuhkan, yang berdosa diampuni, yang kesepian diperhatikan, yang
lapar dan haus diberi makan dan minum dst.. Dalam kisah Warta Gembira
hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit serta mengusir
setan. “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”, demikian
firman yang disampaikan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia. Maka
baiklah kita semua yang beriman kepadaNya hidup dan bertindak
meneladanNya: hendaknya kita senantiasa siap sedia memikul kelemahan dan
menanggung penyakit orang lain. Yang lemah kita kuatkan dan yang sakit
kita sembuhkan, tentu saja tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga
secara spiritual, yaitu mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit
akal budi. Pertama-tama dan terutama marilah kita perhatikan mereka yang
sakit hati dan sakit jiwa, dimana pada umumnya mereka mudah ngambeg
atau marah-marah. Tentu saja menghadapi mereka yang mudah ngambeg dan
marah-marah dibutuhkan kerendahan hati serta kasih pengampunan. Mereka
yang mudah ngambeg atau marah-marah pada umumnya mengalami krisis
afeksi, merasa kurang dikasihi dan terancam terus-menerus, maka
hendaknya jangan dilecehkan atau direndahkan lagi, entah dengan
kata-kata maupun tindakan. Angkatlah apa yang baik dan mengesan di hati
mereka agar mereka sembuh dari sakit hati atau sakit jiwanya. Jika
kita tak mampu membantu menyembuhkan, baiklah meneladan perwira
sebagaimana dikisahkan hari ini, marilah kita datang menghadap Tuhan
artinya mendoakannya.
· “Berteriaklah
kepada Tuhan dengan nyaring, hai, puteri Sion, cucurkanlah air mata
bagaikan sungai siang dan malam; janganlah kauberikan dirimu istirahat,
janganlah matamu tenang! Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada
permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di
hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu,
yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!” (Rat
2:18-19). Kutipan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siang
malam, kapan
pun dan dimana pun tidak melupakan doa. Doa yang benar dan baik hemat
saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh,
melainkan hati yang terarah kepada Yang Ilahi, sehingga cara hidup dan
cara bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak Yang Ilahi. Maka
baiklah kita senantiasa membuka hati, jiwa dan akal budi kita akan aneka
masukan kehendak baik saudara-saudari kita sebagai kepanjangan kehendak
Yang Ilahi. Tentu saja secara konkret kita juga harus membuka diri
terhadap mereka yang sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan kita,
yaitu mereka yang miskin dan berkekurangan dalam aneka hal kebutuhan
hidup sehari-hari yang layak. Kami ingatkan juga bahwa meskipun kita
dalam keadaan sendirian di jalanan atau di rumah untuk tidak melakukan
hal-hal yang jahat atau tak bermoral, ingatlah dan sadari mungkin tidak
ada orang lain yang tahu, tetapi Tuhan mengetahui semuanya.
“Mengapa,
ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu
terhadap kambing domba gembalaan-Mu? Ingatlah akan umat-Mu yang telah
Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu
sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. Ringankanlah
langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah
dimusnahkan musuh di tempat kudus.” (Mzm 74:1-3)
Ign 30 Juni 2012
*) Sumber Millis KD
Langganan:
Postingan (Atom)