Jumat, 27 Juli 2012

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”

(2Kor 4:7-15; Mat 20: 20-28)
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat 20:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yakobus, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St Yakobus, termasuk dalam 12 (dua belas) rasul yang dipilih oleh Yesus, dan jabatan atau fungsi rasul masa kini diteruskan atau diemban oleh para uskup. Uskup kita imani sebagai pribadi yang terbesar dan tertinggi alias termasuk dalam jajaran primat Gereja Katolik. Salah satu cirikhas fungsi uskup adalah sebagai pelayan dan senantaiasa berusaha menghayati panggilan dan fungsinya dengan melayani, menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan dan menanggapi suka duka umat Allah yang harus dilayani, maka tugas atau fungsinya sungguh berat dan mulia. Maka dengan ini kami mengharapkan segenap umat Allah untuk mendukung dan mendoakan uskup atau gembala masing-masing agar dapat melayani umat dengan baik sebagaimana didambakan atau dikehendaki Tuhan yang telah memanggil dan mengutusnya. Karena tugasnya begitu berat dan mulia, maka yang dapat dipilih menjadi uskup, sebagaimana digariskan dalam KHK kanon 378, diharapkan memiliki cirikhas kepribadian: “unggul dalam iman yang tangguh, moral yang baik, kesalehan, perhatian pada jiwa-jiwa, kebijaksanaan, kearifan dan keutamaan-keutamaan manusiawi, serta memiliki sifat-sifat lain yang cocok untuk melaksanakan jabatan, mempunyai nama baik, dst..”. Cirikhas kepridian macam ini hendaknya juga diusahakan untuk dimiliki oleh para pembantu-pembantunya, yaitu para pastor atau  imam. Maka kami berharap mereka yang terpanggil untuk menjadi imam alias para seminaris hendaknya dibina dan dididik dalam hal keutamaan-keutamaan atau cirikhas tersebut di atas. Tentu saja para formator di seminari-seminari juga memiliki cirikhas kepribadian tersebut di atas. Karena imam atau uskup berasal dari keluarga-keluarga, maka kami berharap para orangtua sungguh berusaha bersama-sama mendidik dan membina anak-anak agar memiliki cirikhas kepribadian di atas, yang dapat dipadatkan dalam keutamaan melayani dengan rendah hati.
·   Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2Kor 4:7-10), demikian kesaksian iman Paulus, rasul agung. Sebagai umat beriman kita semua memiliki hidup yang berdimensi rasuli, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, umat untuk berusaha menghayati panggilan rasuli tersebut dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai umat beriman hendaknya mengandalkan kekuatan rahmat Tuhan bukan menyombongkan atau mengandalkan kekuatan diri pribadi yang lemah dan rapuh ini. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika dipanggil Tuhan atau mati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, karena kita dianugerahi hidup, kekuatan, ketampanan/kecantikan, kecerdasan dst.. dan hendaknya semuanya difungsikan untuk melayani saudara-saudari kita, sehingga kita bersama-sama senantiasa hidup dan berindak saling melayani dimana pun dan kapan pun. Jika kita hidup dan bertindak dengan sombong, mengandalkan kekuatan pribadi berarti kita tidak beriman.
Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.” (Mzm 126:1-3)
Ign 25 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar