Kamis, 05 Juli 2012

"Apa urusanMu dengan kami hai Anak Allah?”

(Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34)
“ Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka” (Mat 8:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penjahat ketiika tertangkap basah atas tindakan jahatnya pada umumnya sebelum dibekuk untuk diamankan akan berteriak guna mengancam penangkapnya. Penjahat berusaha melindungi diri dengan menakut-nakuti orang lain. Ada penguasa yang berusaha melindungi kejahatan dengan mengalihkan perhatian rakyat, misalnya dengan mengadakan kerusuhan antar agama, sebagaimana pernah terjadi dengan adanya kerusuhan berwarna agama yang terjadi di Pandeglang dan Temanggung tahun lalu, yang tidak lain adalah merupakan permainan penguasa untuk mengalihkan perhatian rakyat dari korupsi ke agama. Kerusahan yang dalam rangka singkat dapat diselesaikan adalah merupakan permainan penguasa atau pejabat, sedangkan kerusuhan sejati pada umumnya tak kunjung henti. Sabda hari ini mengingatkan kita semua perihal ciri orang baik dan orang jahat. Orang baik pada umumnya tampil atau menghadirkan diri dengan tenang, sedangkan orang jahat senantiasa merasa dirinya terancam dan ketika diketahui kejahatannya ia berusaha menggertak atau menakut-nakuti. Sekeras atau sekuat apapun usaha penjahat menakut-nakuti hendaknya dihadapi dengan tenang, jangan gegabah. “Pergilah”, demikian satu kata yang keluar dari Yesus menghadapi teriakan setan atau penjahat; satu kata yang sungguh wibawa dan kuasa. Kami berharap kepada anda sekalian ketika menghadapi ancaman hendaknya tenang dan tidak gegabah, seraya berdoa mohon kekuatan dan terang dari Allah dalam menghadapi ancaman. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan dengan mudah dan enak menghadapi aneka ancaman atau persoalan.
·   Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat” (Am 5:21-23). Tuhan memang sungguh memberi kebebasan kepada kita, manusia. Dalam kenyataan sering kita lihat ada orang-orang yang menyalahgunakan kebebasannya, yaitu untuk menjadi kesenangan atau kenikmatan pribadi saja dan kurang memperhatikan keselamatan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Marilah kita gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga kita menjadi orang yang sungguh menikmati kebebasan sejati, bukan kebebasan semu, kebebasan abadi bukan kebebasan sementara atau sesaat. Kepada siapapun yang menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan alias  hidup dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi, kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri: berjalan di jalan Tuhan. Marilah kita hayati kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa, bukan untuk melakukan sesuatu mengikuti selera pribadi. Hanya mengikuti selera pribadi pasti akan terjebak dalam kesesatan dan akhirnya menderita untuk selama-lamanya. Marilah kita jauhkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi, dan kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan agar selamat dan bahagia jiwa-raga kita. Kepada mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi kami ajak untuk segera bertobat dan memperbaharui diri: hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang berlaku.
"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung.” (Mzm 50:7-10)
Ign 4 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar