(Flp 4:4-9; Yoh 17:20-26)
“
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam
mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar
dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau
supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan
Aku, mereka
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku
sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal
Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada
mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan
kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” (Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Filipus Neri,
imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Terpanggil
menjadi imam kiranya boleh dikatakan sebagai yang sungguh dikasihi oleh
Tuhan dan juga ada kemungkinan dikasihi oleh umat yang digembalakan
atau dilayaninya melalui berbagai cara dan bentuk. Maka sebagai imam
kami harapkan dapat menjadi teladan bagi umatnya sebagai ‘yang terkasih’
sehingga senantiasa hidup penuh syukur dan terima kasih, serta kemudian
menyalurkan kasih dan syukur itu kepada umat yang dilayani maupun warga
masyarakat. Imam berasal dari umat/masyarakat dan akhirnya menjadi
pelayan bagi umat/masyarakat. Rekan-rekan
imam hendaknya menyadari dan mengingat bahwa selama dalam masa
pendidikan atau pembinaan sebagai persiapan untuk menjadi imam
senantiasa didukung dan didoakan oleh umat, dukungan itu antara lain
melalui harta dan uang guna penyelenggaraan proses pendidikan calon
imam. Maka marilah kita, para imam, meneladan Yesus yang
mendoakan para murid setelah Ia menyampaikan kehendak dan perintah Allah
agar para murid setia melaksanakan kehendak dan perintah Allah. Kami
percaya rekan-rekan imam setiap hari berdoa, entah dengan
mempersembahkan Perayaan Ekaristi bagi umat maupun mendoakan Ibadat
Harian, maka kami harapkan dalam doa-doa tersebut senantiasa mendoakan
umat dan warga masyarakat, lebih-lebih mereka yang harus kita doakan,
yaitu para pemimpin serta mereka yang miskin dan berkekurangan. Selain
berdoa para imam hendaknya dengan besar hati dan semangat berkorban
berani memboroskan waktu dan tenaga bagi umat yang
harus dilayaninya.
· “Bersukacitalah
senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur” (Flp 4:4-6), demikian ajakan Paulus kepada
umat di Filipi. Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi kita, maka
tidak ada alasan sedikitpun untuk tidak bersukacita. Hidup sekali
hendaknya untuk
bersukacita dan bergembira terus menerus, dan tentu saja juga kemudian
senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun, sehingga kebaikan
hati kita diketahui semua orang, dengan kata lain kita dikenal sebagai
orang yang baik hati. Memang ada orang yang tidak senantiasa bersukacita
atau bergembira atau sebenarnya mayoritas dari kita demikian adanya
karena adanya kekhawatiran atau ketakutan tertentu. Misalnya: mereka
yang sedang belajar khawatir tidak naik klas atau lulus ujian, yang
sedang bekerja khawatir dikeluarkan, yang sedang menjadi penumpang dalam
kendaraan khawatir kecelakaan dst.. Orang yang khawatir atau takut
memang rentan terhadap aneka penyakit alias dengan mudah jatuh sakit.
Marilah kita senantiasa bersukacita dan bergembira, sehingga menarik,
memikat dan mempesona siapapun, sehingga ketika kita dalam kesulitan
akan didekati oleh orang lain yang siap membantu kita. Sebaliknya jika
kita sedih dan muram tentu orang lain akan enggan
mendatangi kita atau bahkan menjauhi kita, sehingga kita senantiasa
dalam kesedihan dan kemuraman terus menerus.
“Aku
hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di
dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang
rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama
dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah
mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala
kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan
berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.” (Mzm 34:2-6)
Ign 26 Mei 2012*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar