“Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”
“Bila kita merasa rikuh, makan saja nasi di tempat. Bila kita sombong dan angkuh, Roh Tuhan tiada tempat”, demikian bunyi salah satu bait pantun karya Bp.Paulus Lion BA. Hari ini adalah Hari Raya Pentakosta. Pentakosta adalah “Hari
raya Yahudi yang disebut demikian agak belakangan (abad II SM), karena
dirayakan pada hari kelima puluh sesudah Paskah. Ia bertepatan waktunya
dengan hari raya ‘tuaian, sebuah hari syukuran pada hari itu, sehabis
tujuh pekan (inilah kira-kira waktu penuaian) dipersembahkan ‘hasil
pertama bumi’; inilah ‘pesta buah-buah pertama, hari raya ketujuh pekan.
Hari itu menjadi kesempatan untuk ‘berziarah ke Yeerusalem’, yang
menggemakan dan memahkotai ziarah Paskah. Para nabi akan
memandangnya kemudian sebagai peringatan tahunan akan ’Perjanjian, akan
hari pemberian Hukum di Sinai” ( Xavier-Dufour: Ensiklopedi Perjanjian Baru, Penerbit Kanisius 1990, hal
251-252). Bagi kita saat ini Hari Raya Pentakosta adalah pemahkotaan
masa Paskah dan novena Roh Kudus, yang kemudian kita akan memasuki masa
Biasa dalam tahun Liturgi. Marilah kita renungkan sabda-sabda Tuhan di
Hari Raya Pentakosta ini.
“Mereka
semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka
semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita
masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri,
yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:kita orang Partia,
Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan
dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,baik orang Yahudi maupun
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan
besar yang dilakukan Allah.” (Kis 2:7-11)
Sebagaimana
kami kutipkan di atas bahwa tradisi perayaan Pentakosta telah
dikenangkan cukup lama oleh bangsa Yahudi sebagai syukur dan terima
kasih kepada Allah atas panenan atau hasil bumi yang melimpah. Mereka
merayakannya di kota suci Yerusalem dan segala suku bangsa yang ada
waktu itu datang ke Yerusalem, berkumpul bersama sebagai
saudara dan sahabat. Apa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul di atas ini
kiranya meneguhkan dan memperdalam syukur dan terima kasih: “Kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah”, demikian tanggapan aneka suku bangsa atas kesaksian para rasul perihal kisah tentang Penyelamat Dunia, Yesus
Kristus.
Selama
lima puluh hari kita telah mengenangkan Yesus Kristus, yang telah wafat
dan bangkit demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Kita
mempersiapkan Pesta Pentekosta dengan novena Roh Kudus selama sembilan
hari dengan dambaan dan harapan menerima anugerah Roh Kudus, sehingga
kita hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan atau dorongan Roh Kudus.
Hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan atau dorongan Roh Kudus
berarti menghayati atau melaksanakan keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”
(Gal 5:22-23). Marilah keutamaan-keutamaan ini pertama-tama dan
terutama kita hayati dengan dan melalui ‘bahasa tubuh’ sehingga suku
atau
bangsa apapun dengan mudah dapat saling memahami dan berkomunikasi dan
dengan demikian terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati di
antara semua suku dan bangsa di dunia ini.
Bagi
anggota Gereja atau paguyuban orang-orang yang beriman kepada Yesus
Kristus, Pentakosta hari ini juga dihayati sebagai awal berdirinya
Gereja, yang satu, katolik dan apostolik. Katolik berarti umum, maka
sebagai anggota Gereja Katolik kami harapkan menghayati diri fungsional
demi kepentingan atau kesejahteraan umum/bersama, bukan diri sendiri
atau kelompok atau golongan, suku dan bangsa sendiri. Dengan kata lain
jika kita sungguh menghayati keutamaan sebagai anugerah Roh Kudus dengan
dan melalui bahasa tubuh, maka cara hidup dan cara bertindak kita
dimana pun dan kapan pun akan difahami dan dimengerti orang lain, dan
dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membangun,
memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau
persahabatan sejati.
“Apabila
Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan
memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterima-Nya dari pada-Ku.” (Yoh 16:13-15)
Roh
Kudus telah mendatangi kita, maka kita yang beriman kepadaNya
diharapkan hidup dan bertindak dalam kebenaran, karena Ia adalah Roh
Kebenaran. Hidup dan bertindak dalam kebenaran berarti senantiasa
melaksanakan perintah dan sabda Tuhan, dan kita yang beriman kepada
Yesus Kristus berarti melaksanakan semua sabdaNya sebagaimana tertulis
di dalam Kitab Suci atau Injil. Marilah kita baca, renungkan,
refleksikan dan hayati sabda-sabdaNya setiap hari, dan kiranya kita
dapat berpedoman pada apa yang tertulis di dalam Kalendarium Liturgi
sebagaimana saya usahakan setiap hari.
Aneka
macam rahmat dan anugerah Allah telah kita terima setiap hari melalui
aneka macam kebaikan dan perhatian saudara-saudari kita, maka marilah
kita senantiasa hidup dengan penuh syukur. “Saat sukses kita
bersyukur, saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan dan
kebahagiaan sejati ada di dalam rasa bersyukur”, demikian salah satu
motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Kami berharap rasa
bersyukur ini senantiasa dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak di
dalam keluarga sedini mungkin dengan teladan konkret dari para orangtua,
dan kemudian dilanjutkan dan diperdalam serta diperkembangkan di
sekolah-sekolah oleh para guru/pendidik bagi para peserta didiknya.
Sebagai
orang beriman kita diharapkan tidak berkata-kata atau bertindak
mengikuti keinginan atau kehendak sendiri/pribadi, melainkan sesuai
dengan iman kita masing-masing, sehingga dalam semangat iman kita hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kami berharap para pemimpin
masyarakat, bangsa dan Negara dapat menjadi teladan dalam penghayatan
iman, dan di Indonesia masa kini antara lain dengan hidup dan bertindak
disiplin serta jujur, tidak melakukan korupsi sedikitpun. Tindakan
korupsi adalah tindakan pembusukan atau perusakan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sehingga hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara berbau busuk sebagaimana adanya pada saat ini. Marilah kita
berantas aneka macam bentuk korupsi tanpa takut dan gentar, karena
dengan rahmat atau
anugerah Roh Kudus kita pasti mampu mengalahkan para koruptor; kita
dukung para pejuang dan pembela kebenaran-kebenaraan di negeri tercinta
ini.
“Apabila
Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi
debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi. Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk
selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena
perbuatan-perbuatan-Nya!Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya!
Aku hendak bersukacita karena TUHAN.” (Mzm 104:9bc-31.34)
Ign 27 Mei 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar