(2Tim 4:1-8; Mrk 12:38-44)
“Dalam
pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat
yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima
penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah
ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah
janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang
panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat." Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu.
Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang
janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka
dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda
ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh
nafkahnya." (Mrk 12:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Dalam
kehidupan bersama bidang pelayanan atau kebersamaan macam atau jenis
apapun sering diadakan gerakan pengumpulan dana atau sumbangan, sebagai
wujud penghayatan sosial, demi kepentingan atau kebutuhan bersama. Pada
umumnya orang-orang kaya atau berduit secara nominal akan memberi dana
atau sumbangan lebih besar daripada orang-orang miskin dan berkekurangan
akan harta benda atau uang, atau bahkan mereka tidak mampu memberikan
sumbangan harta benda atau uang melainkan tenaga dan waktunya. Hemat
saya persembahan tenaga dan waktu memang sulit diuangkan begitu saja,
maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa “janda miskin sungguh memberikan persembahan
seluruh nafkahnya dan kebanyakan orang lain hanya sebagian kecil dari kekayaan atau hartanya”. Maka
dengan ini kami mengharapkan anda sekalian untuk meneladan janda miskin
yang memberi dari kekurangannya bukan dari kelebihannya dalam rangka
memberi sumbangan atau derma. Memberi drri kelebihan berarti membuang
sampah, dengan kata lain menjadikan si penerima sebagai tempat sampah.
Secara khusus kami mengajak rekan-rekan imam atau pastor untuk
memberikan diri dari kekurangannya, dengan kata lain secara total
mempersembahkan diri kepada umat yang harus dilayani.
· “Mengenai
diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat
kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku
telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.Sekarang telah
tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh
Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku,
melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2Tim 4:6-8), demikian sharing iman Paulus kepada Timoteus, kepada kita semua umat beriman. “Aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”, inilah
yang kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan.
Memelihara iman sampai garis akhir bagi kita berarti senantiasa
mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita
sampai mati atau dipanggil Tuhan. Dengan kata lain hidup dan bertindak
kapan pun dan dimana pun senantiasa dijiwai oleh iman. Dijiwai oleh iman
berarti senantiasa setia melaksanakan atau menghayati perintah-perintah
atau sabda-sabda Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab
Suci. Maka marilah kita baca dan renungkan serta kita hayati apa yang
tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Bacalah Kitab Suci dari
halaman pertama sampai halaman terakhir dengan penuh khidmat disertai
dengan doa-doa. Kita semua dipanggil sebagai orang-orang yang merindukan
kedatanganNya, maka cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya
senantiasa layak untuk didatangi oleh Tuhan, yang berarti senantiasa
dalam keadaan baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah menyakiti dan
mengecewakan orang lain sedikitpun. Kepada para
orangtua kami harapkan senantiasa berusaha agar anak-anak yang
dianugerahkan oleh Tuhan senantiasa diusahakan selamat dan bahagia,
sesuai dengan panggilan dan jati diri masing-masing. Kebahagiaan sejati
orangtua terhadap anak-anak hemat saya adalah jika anak-anak bahagia dan
sejahtera dalam hidup dan panggilannya, maka untuk itu perlu disiapkan
atau dididik sedini mungkin dalam hal panggilan hidup, yang sesuai
dengan bakat dan rahmat yang dianugerahkan oleh Tuhan bagi anak-anak.
“Aku
senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu; mulutku
akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu
sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Aku datang dengan
keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya
keadilan-Mu saja! Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan
sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib” (Mzm 71:14-17)
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar