(1Raj 21:17-29; Mat 5:45-48)
“Karena
dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang
menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya
memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada
perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun
berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Setiap
dari kita ketika baru saja dilahirkan ke dunia ini, keluar dari rahim
ibu kita masing-masing, dalam keadaan suci dan bersih adanya, memikat,
mempesona dan menarik. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh
lingkungan maupun kelemahan dan kerapuhan kita ternyata tambah
pengalaman dan usia juga tambah dosa dan kekurangannya, kita menolak
kasih Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Yesus bahwa matahari
diterbitkan dan hujan diturunkan bagi orang benar dan orang jahat, dalam
kenyataan sering orang yang mengaku dirinya benar dan baik anti
matahari dan hujan, yang ditandai ada sinar matahari sedikit saja lalu
pakai payung dan halaman-halaman rumah dibeton. Bukankah hal ini berarti
menolak rahmat dan kehidupan? Orang jahat memang membenci matahari agar
kejahatan mereka tak terlihat, namun mungkin mereka mencintai hujan,
karena dengan demikian lebih bebas bepergian dan melakukan kejahatan.
Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi sempurna
sebagaimana Allah telah menciptakan dan menghendaki kita. Salah satu
wujud mengusahakan kesempurnaan hidup antara lain dengan mengasihi
siapapun dan apapun yang diciptakan oleh Allah, maupun buah-buah
ciptaanNya. Kita juga dipanggil untuk tetap mengasihi mereka yang
membenci atau memusuhi kita. Pelatihan yang baik dalam hal ini hemat
saya adalah pembiasaan sedini mungkin, sejak bayi, untuk mengkonsumsi
aneka makanan dan minuman yang sehat, meskipun tidak enak dan nikmat di
lidah. Marilah kita hayati bahwa semua ciptaan lain selain manusia
di bumi ini diperuntukkan bagi manusia untuk mengusahakan keselamatan
jiwa manusia.
· "Sudahkah
kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia
telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan
malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan
mendatangkan malapetaka atas keluarganya." (1Raj 21:29), demikian firman Allah kepada Elia, perihal Ahab. Ahab
setelah menerima peringatan dan tegoran keras dari nabi Elia, tergerak
untuk bertobat, menyadari diri yang berdosa serta mohon kasih
pengampunan Allah. Ahab diampuni, namun anak-anaknya tidak menerima
kasih pengampunan. Jika dipikirkan hal ini kelihatan bahwa Allah tidak
maha pengasih dan pengampun, dan begitulah yang terjadi dalam alam
pikiran Perjanjian Lama. Pendosa besar akan diampuni namun dampak dari
dosa-dosanya ternyata sudah melebar atau mempengaruhi anak-anak beserta
orang-orang di lingkungan hidupnya, yang kiranya mereka tidak menyadari
sebagai yang telah berdosa. Dengan kata lain hal ini merupakan
peringatan bagi kita semua, para pemimpin, atasan atau orangtua, dan
khususnya orangtua. Dalam kenyataan sering kita dengar bahwa
orangtua/ibu yang kena penyakit HIV maka ketika memiliki anak secara
otomatis anak kena penyakit HIV yang tak tersembuhkan. Penyakit inilah
yang tak mungkin disembuhkan, dan mungkin orangnya bertobat atau
baik-baik saja, tetapi warisan HIV tak dapat disingkirkan dari dirinya.
Secara khusus kami mengingatkan mereka yang mungkin suka berselingkuh
alias
ganti pasangan dalam hubungan seksual atau pergi ke pelacuran: ingatlah
virus HIV mengancam anda, dan jika anda terjangkit virus tersebut serta
kemudian mengadakan hubungan seksual dengan pasangan hidup anda, maka
pasangan hidup anda kena virus HIV, demikian juga anak yang akan
dilahirkan, yang tak mungkin disembuhkan. Hemat saya tidak hanya dalam
hal virus HIV, tetapi juga dalam cara hidup dan cara bertindak: cara
hidup dan cara bertindak orangtua sangat berpengaruh pada cara hidup dan
cara bertindak anak-anaknya, maka kami harapkan para orangtua memiliki
cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur.
“Kasihanilah
aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku
menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari
kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar
akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap
Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang
Kauanggap jahat” (Mzm 51:3-6a)
Ign 19 Juni 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar