(2Tim 2:22b-26; Yoh 17:20-26)
“Dan
bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di
dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada
mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi
satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di
dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa
Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama
seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku
berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku
sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal
Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada
mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan
kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka”(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Ireneus, Uskup
dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· Terpanggil
sebagai uskup maupun pastor/imam sebagai pembantu uskup serta para
pembantu pastor/imam di paroki dst…seperti anggota/pengurus dewan
paroki, pengurus stasi dan linkungan, para pendeta atau pemuka umat
beragama, hemat saya memiliki tugas atau panggilan sebagai
pemersatu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan Yang Mulia
para uskup, rekan-rekan imam beserta para pembamtunya untuk senantiasa
mengusahakan persatuan umat yang harus dilayaninya.
Usahakan agar terjadi kesatuan hati dan budi di kalangan umat Allah,
karena kehidupan hidup bersama yang dijiwai oleh kesatuan hati dan budi
pada dirinya sendirinya bersifat missioner, memikat, mempesona dan
menarik bagi banyak orang untuk mendekat bergabung. Pertama-tama kami
mengajak para pastor paroki yang tinggal bersama dan bekerja bersama
melayani umat di parokinya untuk menghayati kebersamaan hidup dan karya:
hendaknya yang muda maupun yang tua saling menghormati, menghargai dan
mengasihi satu sama lain. Para pengurus atau anggota dewan paroki kami
harapkan juga menghayati kebersamaan hidup, demikian juga para ketua
stasi atau lingkungan. Salah satu usaha yang hendaknya tidak
ditinggalkan dan dapat dikerjakan setiap hari adalah berdoa: berdoalah
bagi seluruh umat Allah agar merekapun juga hidup bersama dijiwai oleh
kesatuan hati dan budi; anta umat Allah kami harapkan juga saling
mendoakan dan mengujungi. Tak ketinggalan kami juga mengingatkan
para suami-isteri atau bapak-ibu dapat menjadi teladan persatuan hidup
bersama sampai mati, saling mengasihi sampai mati sebagaimana telah
diikrarkan ketika mengawali bersama hidup sebagai suami-isteri.
· “Seorang
hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua
orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat
menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar
kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka
pada kehendaknya.” (2Tim 2:24-26). Kutipan ini
sangat bagus untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para ‘hamba Tuhan’. Yang
disebut seorang hamba pada umumnya sungguh melayani dengan baik mereka
yang harus dilayani. Marilah kita ingat dan sadari bahwa para gembala
Gereja senantiasa berusaha untuk hidup melayani serta menyatakan diri
sebagai hamba yang hina dina, meneladan Yesus yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Para hamba Tuhan dipanggil untuk saling ramah, sabar dan lemah lembut. “Sabar
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula
dalam menghadapi berbagai rangsangan dan masalah” (Prof Dr Edi
Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –
Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak sabar pada masa kini hemat
saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan
sebarluaskn dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kapan
pun dan dimana pun. Berbagai masalah dan rangsangan pada masa kini
memang marak serta mengundang dan merayu orang untuk marah dan
menggerutu serta tergesa-gesa menanggapi tanpa dipikirkan dan
direnungkan lebih dahulu.
“TUHAN,
Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah
menyembuhkan aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati,
Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan
persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia
murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan,
menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm 30:3-6)
Ign 28 Juni 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar