HR HATI KUDUS YESUS: Hos 11:3-4.8c-9; Ef 3:8-12.14-19; Yoh 19:31-37
"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
DUA BELAS JANJI HATI KUDUS YESUS
Margareta Maria Alacoque
(1647-1690) menerima tugas Kristus yang menampakkan diri-Nya beberapa
kali kepadanya, untuk menyebarluaskan kebaktian HATINYA YANG KUDUS.
Kepada siapa-siapa yang menghormati HATI KUDUS secara istimewa, KRISTUS menjanjikan rahmat-rahmat berikut:
Kepada siapa-siapa yang menghormati HATI KUDUS secara istimewa, KRISTUS menjanjikan rahmat-rahmat berikut:
1. Aku akan menganugerahkan kurnia yang dibutuhkan dalam suatu keadaan yang mendesak.
2. Aku akan mengaruniakan damai dalam keluarga-keluarga mereka.
3. Aku akan menghibur mereka dalam segala penderitaan.
4. Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup, khususnya pada saat menghadapi maut.
5. Aku akan mencurahkan berkat atas segala usaha mereka.
6. Para pendosa akan menemukan dalam hati-Ku sumber dan samudera belas kasihan yang tak terbatas.
7. Orang-orang yang dingin hati akan memperoleh karunia semangat kerajinan untuk berbuat baik.
8. Orang-orang yang bersemangat dan rajin akan berkembang dengan cepat menuju kesempurnaan yang tinggi.
9. Para imam akan memperoleh kurnia-kurnia, agar mereka sanggup melunakkan hati yang paling keras dalam dosa.
10. Aku akan memberkati rumah-rumah dimana patung/gambar hati-Ku yang terkudus ditempatkan dan dihormati.
11. Nama setiap orang yang menyebarluaskan penghormatan ini akan tertulis dalam hati-Ku dan tak akan pernah terhapus.
12. Aku tak akan membatalkan sedikit pun kurnia-kurnia bagi semua orang yang ingin memperoleh-Nya dalam hati-Ku.
Apa yang saya tulis di atas merupakan
kutipan dari buku doa “Doa adalah Sumber Kekuatan”, hal 45, dan kiranya
baik kita renungkan, resapkan dan cecap dalam-dalam pada Hari Raya Hati
Yesus Yang Mahakudus hari ini. Hemat saya hati lebih awal berfungsi
dalam diri manusia daripada otak atau pikiran. Perhatian alias
memberikan hati kepada saudara-saudari kita sungguh penting, apalagi
perhatian orangtua terhadap anak-anaknya, para guru terhadap para
peserta didiknya, pamong terhadap anak-anak asuhannya dst..
"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." (Yoh 19:37)
Memandang atau melihat dalam Injil
Yohanes memiliki arti atau makna yang sungguh mendalam. Sebagaimana
terjadi dalam aneka pengalaman, misalnya mereka yang tergerak menjadi
imam/mendaftarkan diri untuk menjadi siswa di Seminari Menengah
Mertoyudan, salah satu motivasi utama yang mendorong mereka adalah
karena ‘melihat dengan mata kepala’ apa yang ada di Seminari Menengah
Mertoyudan maupun apa yang dilakukan oleh imam atau pastor yang mereka
kenal. Mereka ‘melihat’ dan kemudian tergerak untuk membaktikan diri
sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi imam atau pastor.
Kita yang beriman kepada Yesus Kristus diajak untuk ‘memang kepada Dia yang telah mereka tikam’, Hati
Yesus yang tergantung di kayu salib, yang ditusuk dengan tombak dan
kemudian mengalirkan darah dan air segar, lambang kehidupan dan
kesegaran atau sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Maka baiklah
jika dalam kehidupan masa kini anda merasa berat, lesu, berbeban berat
dst.. kami ajak untuk ‘memandang Dia yang tergantung di kayu salib’,
karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dan disegarkan.
Penderitaan atau kesengsaraan yang kita alami di dunia ini sungguh
sangat kecil jika dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan Tuhan
kita Yesus Kristus. Kepada siapapun yang berdosa dan merasa kurang
diperhatikan kami harapkan memandang Dia yang tergangung di kayu salib,
karena Ia penuh belas kasih dan perhatian.
Sebagai orang-orang yang beriman
kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk saling memperhatikan, yang
secara konkret dapat kita wujudkan dengan saling menghadirkan diri alias
saling memboroskan waktu dan tenaga. Ada pepatah ‘jauh di mata dekat di
hati’, yang berarti meskipun saling berjauhan tempat tinggal atau
berada, karena harus melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban tetap
saling memperhatikan, antara lain dengan saling mendoakan atau saling
memandang foto yang harus diperhatikan. Dalam hal ini saya sangat
terkesan dengan seorang sopir taksi Blue Bird di Jakarta yang memasang
foto istteri bersama anak-anaknya di depan kemudinya, sehingga sambil
menyopir dia dapat memperhatikan isteri dan anak-anaknya. Maka kepada
mereka yang saling berjauhan tempat tinggal atau kerja kami harapkan
tidak lupa membawa foto dari mereka yang harus dikasihi dan
diperhatikan. Pandanglah foto mereka sambil mendoakannya. Demikian juga
kami ingatkan kepada rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti, imam,
bruder atau suster, yang karena tugas dan panggilan harus tinggal jauh
dari sahabat-sahabatnya, untuk tetap bersatu dalam hati dan budi dengan
sahabat-sahabatnya.
“Aku berdoa supaya Ia, menurut
kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di
dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu
berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya
dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat
mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku
berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” (Ef 3:15-19)
Kasih Allah melalui Yesus Kristus
kiranya sulit kita pikirkan atau fahami, dan kiranya hanya dapat kita
imani dan hayati. KasihNya memuncak dalam penyerahan Diri secara total,
dengan menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan
kebahagiaan umat manusia di bumi ini. Mungkin para suami-isteri yang
saling mengasihi lebih dapat memahami kasih Kristus, karena mereka telah
mengalami dengan saling memberikan diri dalam keadaan telanjang bulat
ketika sedang berkasih-kasihan dalam hubungan seksual, dimana sang
isteri menyerahkan keperawanannya yang sangat berharga untuk ditusuk
oleh kemaluan suaminya yang telah menjadi tegang karena kasih. Sakit dan
penderitaan sang isteri karena robek selaput daranya serta mengalirkan
darah segar kiranya sungguh merupakan kebahagiaan yang sulit
diterangkan. Konon kebahagiaan mereka berdua juga sulit dijelaskan
dengan kata-kata.
Kami berharap para suami-isteri dapat
menjadi saksi kasih yang luar biasa dalam hidup sehari-hari, berdasarkan
pengalaman yang telah dinikmatinya. Kasih yang demikian itu hendaknya
berakar dalam Allah, sehingga sungguh tak terbatas oleh ruang dan waktu,
dan memang kasih tidak terbatas alias bebas. Hidup dalam kasih tidak
ada sedikitpun yang ditutup-tutupi atau disembunyikan dan semuanya. Kita
semua ada, diciptakan dan dibesarkan oleh dan karena kasih, dan kita
semua adalah buah kasih, maka marilah kita hayati diri kita
masing-masing sebagai yang terkasih, sehingga bertemu dengan siapapun
berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian
otomatis saling mengasihi.
“Aku
tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan
membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang
Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan”
(Hos 11:9), demikian firman Allah kepada bangsaNya melalui nabi Hosea,
kepada kita semua umat beriman. Allah memang tidak pernah marah, karena
Ia sungguh maha kasih dan maha pengampun, kasih dan pengampunanNya telah
kita nikmati sejak kita dilahirkan di dunia ini. Ingatlah dan sadari
bahwa ketika kita masih bayi atau usia balita pasti merepotkan orangtua
dan saudara-saudari kita, namun demikian kita tak pernah dimarahi,
melainkan tetap dikasihi, dan bahkan kasih mereka semakin mendalam dan
luar biasa. Demikian juga kiranya kita juga sering mempersulit orang
lain atau mengecewakan orang lain, namun kita dibiarkan saja; bukankah
hal itu juga merupakan kasih dan
pengampunan.
Sebagai orang-orang yang telah
menerima kasih dan pengampunan secara melimpah ruah, kita semua
dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni,
kapan pun dan dimana pun. Kasih dan pengampunan hemat saya sungguh
mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa
kini, mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang saling
membenci dan balas dendam alias bermusuhan. Orang yang tak hidup saling
mengasihi dan mengampuni berarti ingkar diri, tidak mengakui dan
menghayati diri sebagai ‘yang terkasih’.
“Roh TUHAN akan ada
padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh
pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan
TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau
menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi
orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan
terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan
menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan
nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.Ia tidak akan menyimpang
dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada
pinggang. Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan
berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan
rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya”
(Yes 11:2-6)
Ign 15 Juni 2012
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar