Rabu, 06 Juni 2012

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"

(2Pet 3:12-15a; 17-18; Mrk 12:13-17)
“Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia” (Mrk 12:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonifasius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Taat setia kepada Allah sekaligus kepada pemimpin dunia masa kini kiranya sungguh merupakan tantangan berat alias tidak semua orang dapat mengatasi tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Memang pertama-tama dan terutama harus taat setia kepada Allah, karena dalam iman kita imani bahwa para pemimpin dunia ini juga wakil atau utusan Allah. Maka kami mengingatkan para pemimpin dunia untuk senantiasa setia sebagai wakil atau utusan Allah, sehingga mereka yang dipimpin akan mentaatinya. Sebagai warga masyarakat yang beriman atau beragama kiranya kita jarang sekali berurusan dengan para pemimpin dunia, namun hemat saya selama dua puluh empat jam sehari kita senantiasa berurusan dengan Allah, maka kami harapkan kita semua lebih taat kepada Allah daripada kepada pemimpin dunia. Allah berkarya terus-menerus, siang malam, menyertai dan mendampingi perjalanan hidup dan panggilan kita; meskipun kita tidur pulas Allah tetap bekerja. Memang secara konktet taat kepada Allah akhirnya harus mentaati aneka tata tertib dan aturan sebagaimana  diundangkan oleh para pemimpin agama, maka hendaknya kita setia melaksanakan aneka tata tertib atau aturan hidup beragama. Tata tertib atau aturan dibuat dan diundangkan demi kepentingan dan keselamatan serta kebahagiaan umum/bersama, maka tidak taat setia pada tata tertib atau aturan berarti kurang atau tidak memperhatikan kepentingan atau kebahagiaan umum, sebagaimana dilakukan oleh para koruptor, yang hanya mencari dan mengusahakan kepentingan pribadi. Taat setia kepada Allah berarti juga setia berdoa setiap hari, untuk berrelasi dengan Allah dalam kasih.
·   Kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”(2Pet 3:17-18), demikian peringatan dan ajakan Petrus, Pempimpin para murid atau pengikut Yesus Kristus, yang pertama alias Paus pertama. Kutipan ini kiranya juga dapat menjadi acuan bagi para gembala Gereja Katolik, para uskup, beserta para pembantunya, yaitu para imam atau pastor. Sebagai gembala Umat Allah dipanggil dan diutus untuk mengingatkan segenap Umat Allah agar waspada dan ‘jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum’. Tentu saja para gembala Umat Allah diharapkan dapat menjadi teladan dalam pengenalan aneka hukum atau tata tertib maupun dalam pelaksanaan atau penghayatan hidup setiap hari dimana pun dan kapan pun. Taat setia pada aneka hukum dan aturan pada masa kini hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan rahmat atau panggilan kemartiran, yang berarti senantiasa bersikap terbuka dan siap sedia untuk tumbuh berkembang terus-menerus, dibina, diatur, dilecehkan dst.. dan akhirnya ada kemung-kinan untuk ‘disalib’.  Para orangtua atau bapak ibu kami harapkan juga dapat menjadi teladan taat setia pada aneka hukum dan aturan bagi anak-anaknya. Kepada para penggerak, pejuang dan penegak aturan dan hukum kami harapkan untuk tetap tabah dan bekerja keras melaksanakan tugas dan kewajibannya, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan.
Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.” (Mzm 90:2-4)
Ign 5 Juni 2012    
*) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar