Jumat, 31 Agustus 2012

“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana”

(1Kor 1:1-9; Mat 24:42-51) “ Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 24:42-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa sewaktu-waktu, kapan saja, kita dapat dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kita diharapkan senantiasa siap sedia dipanggil Tuhan. Tentu saja kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan langsung menikmati hidup bahagia dan mulia selamanya di sorga, maka marilah kita hidup dan bertindak menunjukkan bahwa kita sungguh siap sedia dipanggil Tuhan. Untuk itu kita hendaknya setia melaksanakan tugas pengutusan dan kewajiban atau menghayati panggilan. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah diikat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Tak bosan-bosannya saya mengangkat makna setia ini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak atau kurang setia pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Perkenankan pertama-tama saya mengingatkan mereka yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri: hendaknya suami-isteri setia sampai mati saling mengasihi, karena pengalaman anda sebagai suami-isteri akan terwariskan pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anda berdua, dan pada gilirannya anak-anak kelak ketika tumbuh berkembang menjadi dewasa dan terpanggil dalam cara hidup apapun pasti akan setia menghayati panggilannya maupun melaksanakan tugas pengutusannya. · “Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus” (1Kor 1:4-7). Apa yang dikatakan oleh Paulus di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Baiklah kita sadari dan hayati bahwa kita semua telah menerima aneka macam nasihat, saran, tuntunan, pengetahuan, dst..yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan kita sebagai umat beriman atau beragama. Hendaknya segala macam yang telah kita terima tersebut tidak disia-siakan, melainkan hendaknya difungsikan dan diperkembangkan sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada pada diri kita masing-masing. Marilah kita tunjukkan bahwa cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menunjukkan sebagai orang yang menantikan saat dipanggil Tuhan. Dengan kata lain hidup kita ini merupakan persiapan untuk dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Cirikhas orang yang hidup dalam persiapan pada umumnya bergairah, gembira, tekun, teliti dan rajin dalam melakukan segala sesuatu, maka baiklah apapun yang sedang kita kerjakan atau dimanapun kita berada hendaknya kita tetap bergairah, gembira, tekun, teliti dan rajin. Hendaknya jangan menyia-nyiakan waktu yang ada untuk bermalas-malas, dan juga tidak perlu bersandiwara atau bekerja dan bertindak diluar kemampuan kita, melainkan tugas dan pekerjaan biasa setiap hari hendaknya dikerjakan sebaik mungkin. Kerjakan tugas dan pekerjaan sekecil apapun dengan cinta yang besar. Yang penting bukan besarnya tugas dan pekerjaan, melainkan cinta yang besar dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan. Segala sesuatu dilakukan dengan cinta yang besar pasti akan menarik, mempesona dan menawan. “Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan” (Mzm 145:2-5) Ign 30 Agustus 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar