Rabu, 15 Agustus 2012

“Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu”

(Yeh 9:1-7;10:18-22; Mat 18:15-20) "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Ketika orang sedang berduaan, entah sejenis atau antar jenis, pada umumnya akan omong-omong dengan mesra atau curhat. Dua orang yang sedang saling mengasihi pasti akan lebih melihat kebaikan dan keunggulan masing-masing, tetapi juga ada kemungkinan mereka sedang ngrumpi atau ngrasani orang lain, yang pada umumnya membicarakan kesalahan dan kekurangan orang lain. Ketika semua kiranya memiliki kecenderungan mudah untuk membicarakan kesalahan atau kekurangan orang yang tidak ada di hadapan kita. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak dengan mudah membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain, apalagi menjadikannya bahan rekreasi. Jika kita melihat kekurangan atau kelemahan orang lain serta berminat untuk memperingatkannya, diharapkan ‘menegor di bawah empat mata’, artinya secara langsung disampaikan kepada orang yang bersangkutan. Membicarakan kekurangan atau kelemahan orang yang tidak ada di hadapan kita hemat saya merupakan pelanggaran hak asasi manusia alias melecehkan harkat martabat manusia. Yang sering terjadi adalah entah suami atau isteri sering menceriterakan kekurangan pasangan hidupnya dengan rekan sekantor yang berbeda jenis kelamin, dan rekan yang bersangkutan mendengarkan dengan baik serta kemudian dirasakan dapat menerima keluh kesahnya. Maka dampak berikutnya dapat terjadi perselingkuhan. Memang secara khusus saya ingin mengingatkan rekan-rekan yang ada daalm satu komunitas atau suami-isteri: hendaknya jangan membicarakan kekurangan atau kelemahan rekan sekomunitas atau pasangan hidup kepada orang lain. · “Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. Itulah makhluk-makhluk hidup yang dahulu kulihat di bawah Allah Israel di tepi sungai Kebar. Dan aku mengerti, bahwa mereka adalah kerub-kerub” (Yeh 10:18-20). Yang dimaksudkan dengan kerub-kerub adalah makhluk-makhuk sorgawi yang misterius dan menggambarkan kemuliaan Allah, maka kutipan di atas ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua agar kita senantiasa melihat kemuliaan Allah, baik yang ada di dalam diri kita masing-masing maupun saudara-saudari kita atau orang lain. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap diri kita maupun orang lain. Marilah kita ingat dan sadari bahwa kita adalah manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, maka hendaknya senantiasa dilihat dan diimani karya Allah dalam tiap diri manusia. Karya Allah dalam diri kita, manusia, antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik kita, dan kami percaya bahwa masing-masing dari kita memiliki kehendak baik. Marilah kita saling membagikan kehendak baik kita serta kemudian kita sinerjikan sehingga menjadi kehendak baik bersama, serta kemudian kita wujudkan bersama-sama. Marilah kita saling mengabdi, saling melayani, saling menghormat dan saling memuliakan serta memuji, sehingga kehidupan bersama sungguh menarik, mempesona dan memikat, karya Allah tinggal dan berkarya dalam kebersamaan kita. Semoga sabda Yesus bahwa ‘dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu’ dapat menjadi nyata dalam kebersamaan kita dengan orang lain, siapapun dan dimana pun. “Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?” (Mzm 113:1-6) Ign 15 Agustus 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar