Selasa, 28 Agustus 2012

"Jangan menangis!"

(Sir 28:1-4.16-21; Luk 7:10-17) “Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya” (Luk 7:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Monika hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Monika sebagai isteri maupun ibu sungguh harus mengalami banyak penderitaan dan tantangan, yang berasal dari suaminya, Patricius, maupun anaknya, Agustinus. Suaminya menentang dan mengejeknya ketika Monika mendidik Agustinus agar menjadi anak Kristen yang baik, demikian pula Agustinus muda juga membuat tindakan yang membuatnya menderita karena kenakalannya. Namun karena ketekunannya serta penyerahannya kepada Tuhan, akhirnya Monika berhasil mendidik Agustinus, bahkan Agustinus yang cerdas itu akhirnya juga menjadi tokoh penting dalam Gereja Katolik. Monika kiranya seperti seorang ibu yang dihibur oleh Yesus sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira hari ini, dimana karena kekuatan dari Yesus ia tidak mengeluh dan menangis meskipun harus menderita serta menghadapi tantangan berat. St. Monika menjadi pelindung para janda katolik, yang kiranya harus menghadapi tugas dan tantangan berat sebagai janda. Pada masa kini selain harus mendidik dan membesarkan anak-anaknya, para janda juga sering menerima cemoohan atau sindiran dari warga masyarakat, antara lain sering dicurigai ‘menjual diri’ atau ‘melacurkan diri’, apalagi ketika sebagai janda masih tergolong muda serta cantik. Maka dengan ini kami berharap secara khusus kepada para janda untuk tetap tabah dan ceria menghayati kejandaannya, dan kepada para ibu hendaknya meneladan St.Monika yang dengan tekun dan setia mendidik anak-anaknya. Kepada kita semua kami harapkan tidak dengan mudah mencurigai para janda melakukan hal-hal yang tak terpuji, melainkan marilah kita belajar dari ketabahannya serta mendoakan agar para janda sungguh meneladan St.Monika yang menjadi pelindungnya. · “Barangsiapa membalas dendam akan dibalas oleh Tuhan. Tuhan dengan saksama mengindahkan segala dosanya. Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa.Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia?Bolehkah ia berdoa karena dosa-dosanya, kalau tidak menaruh belas kasihan terhadap seorang manusia yang sama dengannya?” (Sir 28:1-4). Kutipan ini kiranya baik menjadi pegangan hidup para janda atau kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk tidak melakukan balas dendam dalam bentuk apapun ketika diperlakukan tidak baik oleh orang lain, melainkan hendaknya mengampuni dan mendoakan siapapun yang menyakiti atau melukai diri kita. Doa dan kasih pengampunan hemat saya merupakan cirikhas hidup beriman atau beragama, maka jika kita dengan mudah melakukan balas dendam berarti kita tidak setia pada iman atau ajaran agama kita. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita hayati isi doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus Kristus, yaitu “Ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena kasih pengampunan yang telah kita terima dari Tuhan melalui orangtua, saudara-saudari kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Ajakan dan panggilan untuk mengampuni hemat saya dengan mudah dapat kita lakukan jika kita menghayati diri sebagai orang yang terkasih serta telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah. Mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup saling mengasihi dan mengampuni. “Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?” (Mzm 130:1-3) Ign 27 Agustus 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar