Senin, 13 Agustus 2012

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut(LG 59). Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Puteranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain” (Katekismus Gereja Katolik no 966). Katekismus Gereja Katolik merupakan ajaran-ajaran perihal iman Katolik, dan mulai bulan Oktober 2012 ini selama setahun ke depan dinyatakan sebagai Tahun Iman, ajakan Pimpinan Gereja Katolik agar segenap umat Katolik mempelajari dan mendalami kembali aneka dokumen resmi Gereja Katolik. SP Maria Diangkat ke sorga merupakan salah satu iman Katolik, maka dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Diangkat ke sorga hari ini saya kutipkan dari Katekismus Gereja Katolik, dan marilah kita renungkan atau refleksikan bersama. “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:42-45) Kutipan di atas ini merupakan pujian Elisabeth, yang karena Roh Kudus dalam usia tuanya sedang mengandung anaknya yang pertama, kepada SP Maria yang juga sedang mulai mengandung karena Roh Kudus, mengandung dan akan melahirkan Penyelamat Dunia, yang kedatangan atau kelahiranNya sangat dinantikan oleh umat manusia yang mendambakan keselamatan abadi. Hemat saya rekan-rekan perempuan memang lebih menentukan nasib bangsa manusia, karena mereka yang mengandung anak-anak, generasi mendatang. Pribadi seorang ibu dengan segala cirikhas fisik, spiritual, emosional maupun sosialnya akan sangat mempengaruhi anak yang dikandung dan dilahirkannya. Maka kata-kata Elisabeth terhadap SP Maria “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”, kiranya layak menjadi permenungan rekan-rekan perempuan khususnya dan laki-laki pada umumnya. Di dalam rahim perempuanlah tumbuh dan berkembang berkat Tuhan, dan dari rahim perempuan lahirlah berkat Tuhan yang membahagiakan, anak manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Karena SP Maria diimani sebagai teladan hidup beriman, maka kami mengharapkan segenap umat beriman dapat meneladannya, antara lain dari cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa menjadi berkat atau kasih karunia bagi orang lain atau sesama manusia dimana pun dan kapan pun. Menjadi berkat atau kasih karunia antara lain kehadiran dan sepak terjangnya senantiasa mengundang dan memotivasi orang lain tergerak untuk memuji dan memuliakan Tuhan alias semakin beriman atau semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Dalam kutipan Katekismus di atas dikatakan bahwa SP Maria “sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya.”. Kiranya kita semua mendambakan bahwa sesudah menyelesaikan perjalanan hidup kita di dunia ini alias setelah meninggal dunia kita juga segera hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga, maka marilah kita sungguh-sungguh hidup dan bertindak sebagai orang yang memiliki dambaan atau kerinduan mulia tersebut. Untuk itu hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berusaha untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, tidak melakukan tindakan jahat atau amoral sekecil apapun. Marilah kita sadari dan hayati bahwa ketika baru saja dilahirkan dari rahim ibu, di dunia ini, kita dalam keadaan baik dan suci, maka hendaknya kita sungguh-sungguh mempertahankan dan memperteguh serta memperkembangkan kesucian hidup tersebut. Maka selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau kesaksian iman Paulus di bawah ini. “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan” (1Kor 15:22-24) Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita telah “dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”, maka marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menunjukkan bahwa kita berada dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Bersekutu dengan Yesus Kristus berarti menjadi ‘alter Christi’, karena kita sungguh meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun melaksanakan sabda-sabdaNya. Marilah kita tunjukkan persekutuan tersebut dengan hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun serta senantiasa mengusahakan persaudaraan atau persahabatan sejati di antara umat manusia di bumi ini. Persaudaraan atau persahabatan sejati pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Pada masa kini masih banyak orang yang menyombongkan kekuasaan dan kekuatannya dalam pemerintahan, serta menggunakan kuasa dan kekuatannya hanya untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya, sehingga menimbulkan ketegangan dan percekcokan di sana-sini. Marilah kita binasakan bersama Tuhan orang-orang yang demikian itu, karena mereka sungguh menjadi pemecah belah dan penghancur hidup bersama. Sikap mental bisnis atau materialistis memang masih begitu mendominasi hidup bersama di mana-mana, dan marilah kita hancurkan. “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. aka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” (Why 12:3-5). Penglihatan yang dilukiskan oleh penulis Kitab Wahyu di atas ini kiranya mengingatkan kita akan pepatah yang berbunyi “sorga ada di telapak kaki ibu”. Dengan kata lain jika kita mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera hendaknya jangan pernah melupakan kasih ibu yang luar biasa kepada kita, sebagaimana sebuah nyanyian mengenangkannya :”Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia” “Di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!” (Mzm 45:10-12) Ign 12 Agustus 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar