Senin, 24 September 2012

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan”

(Ams 3:27-34; Luk 8:16-18) "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.” (Luk 8:16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat, hobby dst.. semakin difungsikan dan disumbangkan kepada orang lain pasti akan semakin bertambah dan handal, sebaliknya jika tak difungsikan akan segera musnah atau hilang. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk bermurah hati menyalurkan atau memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby kepada saudara-saudarinya. Memang pertama-tama dan terutama kita sendiri harus sungguh mencintai ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby yang kita miliki serta kemudian mewujudkan atau memfungsikannya, entah dibayar atau tidak dibayar, dipuji atau tidak dipuji. Marilah kita sadari dan cermati bahwa mereka yang sukses dalam kerja atau usaha adalah orang-orang yang pertama-tama sungguh mencintai kerja atau usahanya, tanpa kenal lelah mengerjakannya. Berbagai komisi pastoral di dalam lingkungan Gereja Katolik berawal dari seseorang yang begitu tekun dan kerja keras mengembangkan bakatnya. Demikian juga anda yang saat ini menjadi suami-isteri, bukankah pada masa pacaran sungguh tekun dan kerja keras memperkembangkan benih-benih cintakasih, sehingga kemudian terampil dalam saling mengasihi sebagai suami-isteri? Kami berharap kepada kita semua: sekecil atau sesederhana apapun ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby yang kita miliki, hendaknya difungsikan dan jika mungkin disumbangkan kepada orang lain. Jangan pelit untuk membagikan apa yang kita miliki kepada saudara-saudari kita. · “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu” (Ams 3:27-28). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak menunda-nunda memberikan sesuatu kepada orang lain, yang berhak menerimanya. Secara khusus kami ingatkan pertama-tama kepada para pemberi kerja dalam memberikan imbal jasa, hendaknya diberikan pada waktunya. Yang tak ketinggalan perlu saya ingatkan adalah mereka yang harus menyalurkan sumbangan atau dana bagi para korban bencana alam: kami percaya aneka barang dan uang yang anda kumpulkan berasal dari orang-orang yang baik hati dan tulus hati memberikan sebagian miliknya bagi mereka yang sungguh membutuhkan, maka hendaknya ketika menerima sumbangan tersebut segera disalurkan. Memang hal ini hemat saya perlu dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua, antara lain anak-anak dididik untuk segera mengerjakan atau menanggapi tugas atau kebutuhan. Mungkin secara konkret anak-anak perlu dididik dalam hal disiplin: disiplin diri pada saat bangun pagi, disiplin diri dalam tugas belajar dst… Tentu saja hal ini harus ada teladan konkret dalam relasi antar bapak dan ibu, suami dan isteri: hendaknya saling tanggap akan kebutuhan masing-masing. Hendaknya cermati dan perhatikan sungguh-sungguh bahasa tubuh saudara-saudari anda, dan tanggapi sebaik mungkin. Dalam hal bahasa tubuh hemat saya para suami-isteri lebih berpengalaman dan mahir, maka hendaknya disalurkan atau diteruskan kepada anak-anaknya. Marilah kita belajar dari atau bercermin pada anggota-anggota tubuh kita, yang saling tanggap satu sama lain setiap kali harus melakukan sesuatu. Misalnya dalam hal makan: mata melihat, tangan mengambil dan kemudian memasukkannya ke mulut dan mulut mengunyah seperlunya untuk seterusnya disalurkan ke perut melalui leher dst… “Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (Mzm 15:2-5) Ign 24 September 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar