Rabu, 12 September 2012

"Berbahagialah hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”

(1Kor 7:25-31; Luk 6:20-26) “ Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” (Luk 6:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Orang miskin yang baik, bermoral atau berbudi pekerti luhur pada umumnya memiliki keterbukaan yang baik terhadap segala kemungkinan dan kesempatan untuk melakukan apa yang baik, menyelamat-kan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia. Sikap mental macam itulah kiranya yang dimaksudkan oleh Yesus dalam sabda-sabdaNya di atas ini. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama untuk sungguh ‘berjiwa miskin’, senantiasa memiliki keterbukaan terhadap aneka sentuhan dan kasih Allah melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama melalui sesama manusia. Orang yang berjiwa miskin juga rendah hati dan rendah hati merupakan keutamaan yang terutama dan dasar di antara keutamaan-keutamaan lainnya. Keterbukaan atau kerendahan hati pada umumnya juga dimiliki oleh anak-anak kecil atau bayi-bayi, maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua atau bapak itu yang memiliki anak kecil atau bayi untuk mengisi keterbukaan anak atau bayinya dengan apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, lebih -lebih pada masa balita anak-anak. Suarakan dan perilhatkan apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur dihadapan anak-anak balita, sehingga anak-anak kemudian juga akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tentu saja kami juga berharap kepada para orangtua maupun para guru atau pendidik juga memiliki kerendahan hati dan keterbukaan: mendengarkan dengan rendah hati suka-duka anak-anak atau peserta didik untuk selanjutnya ditanggapi sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita semua, umat beriman dan beragama, berlomba untuk berjiwa miskin dan rendah hati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. · “Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.” (1Kor 7:29-31). Masa hidup kita semua memang singkat, dan kapan saja serta dimana saja masa hidup kita dapat berakhir alias sewaktu-waktu kita dapat meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Paulus mengingatkan kita semua untuk menghayati dan menyikapi segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sebagai anugerah Tuhan yang harus digunakan atau difungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Suami maupun isteri adalah anugerah Tuhan, maka para suami-isteri hendaknya setia pada kehendak Tuhan alias setia pada janji yang telah diikrarkan untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Hendaknya kita semua memfungsikan anggota-anggota tubuh kita sedemikian rupa sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita, demikian juga menggunakan aneka kekayaan dan sarana-prasarana untuk semakin memuliakan, memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan. Semakin tua, semakin kaya, semakin pandai, semakin terampil, dst.. hendaknya juga semakin rendah hati dan suci. Marilah kita sadari dan hayati bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan berlalu dengan cepat, termasuk tubuh kita yang kekar, sexy, mempesona dan menawan karena tampan atau cantik. “Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya! Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas. Dengan pakaian bersulam berwarna-warna ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia” (Mzm 45:11-12.13-15) Ign 12 September 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar