Rabu, 05 September 2012

"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."

(1Kor 3:18-23; Luk 5:1`-11) “ Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.” (Luk 5:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Para rasul memang berasal dari nelayan-nelayan, penjala ikan, yang setiap hari kesibukan atau pekerjaannya mencari atau menjala ikan. Mereka dipanggil oleh Tuhan untuk ditingkatkan atau diperdalam keterampilan sebagai ‘penjala’, dari penjala ikan ke penjala manusia, setelah melaksanakan sabdaNya : "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.". Melaksanakan sabda atau perintah Tuhan akhirnya memperoleh hasil yang melimpah ruah. Maka marilah kita sebagai umat beriman setia melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan dalam hidup dan kerja kita dan hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Kita hayati ‘bertolaklah ke tempat yang dalam’ dengan bekerja keras membaktikan diri pada tugas dan kewajiban serentak mengandalkan diri para rahmat atau pendampingan Tuhan. Bekerja keras bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam aneka tugas dan kewajiban akan menghasilkan buah yang melimpah ruah, dan dalam kerja atau usaha senantiasa akan lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami berharap kepada anda sekalian, lebih-lebih kepada para orangtua maupun pendidik atau guru untuk senantiasa lebih mengutamakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, yang secara konkret berarti senantiasa lebih berusaha agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, bukan cerdas secara intelektual, melainkan cerdas secara spiritual. · “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah”(1Kor 3:21-23). Kita semua adalah ciptaan Allah dan menjadi milik Allah, maka hendaknya menyadari dan menghayati diri dengan konkret sebagai milik Allah. Tentu saja sebagai milik Allah harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, tidak mengikuti keinginan atau kemauan pribadi. Apapun yang dikehendaki atau diperintah oleh Allah dalam keadaan atau situasi apapun senantiasa dilaksanakan atau dihayati, tidak pernah melawan atau menghindar dari perintah dan kehendak Allah. Karena kita sama-sama milik Allah, maka selayaknya kita semua, tanpa pandang bulu hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati, kita adalah sama-sama saudara. Perbedaan yang ada di antara kita lebih bersifat fungsional, agar kehidupan bersama lebih berkualitas dan mendalam. Maka hendaknya jangan ada iri hati di antara kita, dan marilah masing-masing bangga atas apa yang dimiliki, entah itu berupa keterampilan, kepandaian atau kecerdasan. Hendaknya kita senantiasa hidup dalam kerjasama atau gotong-royong, mengingat dan memperhatikan bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama, sehingga tanpa kerjasama kita tak akan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Kita juga diingatkan oleh Paulus untuk tidak memegahkan diri alias sombong, melainkan hendaknya senantiasa rendah hati. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 24:1-4) Ign 6 September 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar