Selasa, 25 September 2012

“Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”

(Ams 30:5-9; Luk 9:1-6) “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.” (Luk 9:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Sebagai umat beragama atau beriman kita memiliki tugas merasul atau pewartaan, yaitu mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang meraja. Tentu saja pertama-tama dan terutama kita sendiri senantiasa dirajai atau dikuasai oleh Allah, sehingga kita sungguh menjadi gambar atau citra Allah. Sesuai dengan sabda Yesus hari ini hendaknya dalam melaksanakan tugas merasul atau mewartakan Kerajaan Allah kita lebih mengandalkan pribadi kita, bukan aneka macam jenis sarana-prasarana atau peralatan maupun bekal berupa makanan atau uang. Dengan kata lain kehadiran, cara hidup dan cara bertindak kapan pun dan dimana pun hendaknya memikat, mempesona dan menarik orang lain untuk semakin beriman, semakin suci, semakin tergerak untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Aneka bentuk penyakit social telah menguasai banyak orang masa kini, karena kemajuan dan perkembangan aneka jenis teknologi, antara lain sarana-prasarana komunikasi, seperti HP atau internet. Karena HP orang merasa tidak perlu lagi bertatap muka dalam berkomunikasi atau curhat. HP juga dapat disalahgunakan untuk penipuan atau melakukan kejahatan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kit semua pentingnya tatap muka, silaturahmi, antar kita, saudara, sesama umat beriman atau warga masyarakat. Tentu saja sekali lagi saya mengingatkan orangtua atau bapak-ibu: hendaknya tatap muka atau curhat secara langsung setiap hari tidak dilupakan, didiklah anak-anak anda untuk tidak menggantungkan diri atau dikuasai oleh HP atau internet dalam berkomunikasi. Hemat saya anda sebagai suami-isteri memiliki pengalaman yang mendalam perihal tatap muka dan curhat secara fisik atau langsung, maka teruskan pengalaman tersebut kepada anak-anak anda. Secara khusus juga kami mengingatkan para pewarta, pastor/kyai/pendeta dst.. untuk melupakaan sapaan langsung kepada umat yang harus dilayani,. Datangi dan sapa dengan rendah hati dan kasih umat anda. · “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku” (Ams 30:8-9). Kutipan ini kiranya sangat bagus untuk kita renungkan dan refleksikan serta kemudian kita hayati. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk menjauhkan diri dari tindak curang atau bohong. Kecurangan dan kebohongan pada masa ini masih marak dan memprihatinkan, lebih-lebih yang terjadi di lingkungan Departemen Pendidikan dan Departemen Agama. Di lingkungan dua departemen yang seharusnya membina warga agar semakin beriman dan berbudi pekerti luhur, ternyata terjadi sebaliknya. Aneka bentuk korupsi melalui aneka proyek masih berlangsung terus, entah itu berupa mark-up anggaran atau kebohongan dalam pelaporan. Sebagai contoh proyek BOS di lingkungan pendidikan dikorupsi seenaknya oleh para pegawai atau pelayan pendidikan. Kalau mereka yang bekerja di jajaran pendidikan korupsi dan berbohong, lalu bagaimana nasib para peserta didik. Sudah dapat diduga bahwa para peserta didik pun belajar korupsi antara lain dengan menyontek dalam ulangan atau ujian, dan hal ini dibiarkan oleh para pendidik/guru atau pengawas. Manipulasi dan kebohongan pembangunan rumah ibadat dan sarana-prasarana ibadat juga masih marak terjadi. Jika dalam hal urusan yang suci saja orang masih korupsi, apalagi dalam hal urusan duniawi. Marilah sedini mungkin anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kecurangan dan kebohongan, dan tentu saja orangtua dapat menjadi teladan dalam tindakan baik dan jujur. “Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.” (Mzm 119:72.89) Ign 26 September 2012 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar