Rekan-rekan yang baik!
Dalam
Yoh 10:11-18 Yesus mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan
dombanya. Sebagai gembala, ia takkan lari bila ada serigala menyerang
domba-dombanya. Tidak seperti orang upahan yang tak bertanggung jawab.
Ia mengenal domba-dombanya dan mereka mengenalnya. Sebelum mulai
membicarakan ibarat "gembala" dalam petikan yang dibacakan pada hari
Minggu Paskah IV tahun B ini, baiklah dicatat bahwa dalam Injil Yohanes
gagasan "gembala" sama dengan yang empunya kawanan domba. Tidak semua
yang menggembalakan kawanan dibicarakan sebagai "gembala" yang juga
menjadi pemilik kawanan tadi..
IBARAT
Bagaimana orang yang
lahir dan besar di tengah kota besar bisa mengerti bahwa tokoh
panutannya ialah gembala? Atau sebaliknya, apakah ibarat itu akan
dimengerti dengan benar oleh orang yang mengenal kehidupan di desa dan
yang tiap hari melihat orang yang menggembalakan kambing dan menuntun
kerbau? Sering terdengar anggapan bahwa pelbagai ibarat Yesus mengenai
dirinya sendiri dan mengenai Kerajaan Allah mudah ditangkap orang dulu
tetapi perlu dijelaskan bagi orang sekarang. Salah satu dari ibarat
seperti itu ialah gembala. Apa betul demikian?
Salah satu
halangan memahami ibarat "gembala" datang dari praanggapan bahwa ibarat
tertentu itu mudah ditangkap oleh kelompok anu yang "tentunya" biasa
dengan kehidupan gembala menggembalakan. Padahal yang terjadi justru
kebalikannya. Pada zaman Yesus pun ibarat gembala tidak dipakai dalam
cara selugu itu. Pertama-tama karena latarnya bukan kehidupan para
penggembala yang masih bisa dilihat di luar kota. Latar sebenarnya ialah
teks-teks Perjanjian Lama yang dikenal oleh para pendengarnya. Yesus
sendiri dan para muridnya kiranya juga tidak hidup bersama kaum gembala
atau berasal dari kalangan mereka. Ia tahu tentang gembala dari
teks-teks Alkitab. Bukan dari amatan mengenai kehidupan gembala
sungguhan. Justru inilah yang ditampilkan Injil. Rujukan dan ibarat yang
mereka pakai itu berdasarkan teks-teks agama, yaitu Taurat, Nabi-Nabi
dan Mazmur dan bukan kehidupan dari hari ke hari. Tak perlu pernyataan
ini diherani. Justru dengan mendasarkan diri pada teks-teks itu
pembicaraan bisa lebih umum, dan bisa dikaji, dibaca kembali dan dipetik
hikmatnya.
Baik diingat pula bahwa pembicaraan Yesus dalam Yoh
10 ditempatkan Yohanes dalam konteks percakapan Yesus dengan orang
Farisi (lihat bagian akhir Yoh 9:40-41), yakni kaum intelek dalam
masyarakat Yahudi waktu itu. Mereka dalam Yoh 9 menguji sahih tidaknya
penyembuhan orang buta sejak lahir. Rujukan pemikiran mereka ialah
kitab-kitab tadi. Juga dalam Yoh 10:6 dikatakan dengan jelas bahwa Yesus
berbicara dengan "mereka" - yang dimaksud ialah orang-orang Farisi
tadi. Dalam Yoh 10:19 disebutkan ada orang-orang Yahudi yang
mempertanyakan uraian Yesus mengenai gembala. Mereka itu sekelompok
dengan orang Farisi tadi.
"GEMBALA YANG BAIK"
TANYA: Yoh
10 berbicara mengenai gembala yang baik dan menerapkannya kepada Yesus.
Rasa-rasanya Yohanes mendapat ilham dari Perjanjian Lama?
JAWAB: Benar! Perjanjian Lama acap kali menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang menjaga domba-dombanya
TANYA: Maksudnya seperti Mzm 23? "Tuhanlah Gembalaku, takkan aku kekurangan..."?
JAWAB:
Begitulah! Orang yang berada di dekat-Nya tak perlu merasa khawatir
menghadapi bahaya. Lihat juga Mzm 28:2; 77:21; 78:52; Yer 23:3; 50:19.
TANYA:
Teringat nih nabi Yehezkiel yang berbicara mengenai Tuhan sebagai
gembala yang membela umat dari para gembala yang menyalahgunakan kuasa,
yakni para pemimpin yang hanya memperkaya diri, tidak peduli akan
penderitaan rakyat dan bahkan menghisap, berlaku kejam dan membiarkan
mereka kehilangan rasa aman (Yeh 34:1-10).
JAWAB: Persis begitu, dan
selanjutnya dalam Yeh 34:11-22 dikatakan Tuhan sendiri akan mengumpulkan
mereka yang tercerai berai, membebat luka, memberi rasa aman. Memang
dalam seluruh bab itu Yehezkiel mengutarakan prinsip-prinsip moral
sosial dan pengaturan masyarakat zamannya.
TANYA: Dapatkah dikatakan Yoh 10 menerapkan gagasan Yehezkiel tadi bagi keadaan murid-murid Yesus?
JAWAB:
Ya, tetapi Yohanes juga menaruhnya dalam arah baru. Dalam Yoh 10, Yesus
tidak memperlawankan diri dengan gembala yang jahat, melainkan dengan
"pencuri dan perampok" (ay. 1), dengan "orang asing" (ay. 5) dan dengan
"orang upahan" (ay. 12-13). Tidak dimunculkan olehnya dua macam gembala
seperti pada Yehezkiel. Hanya ada satu gembala saja, yakni Yesus
sendiri. Memang ada orang-orang yang diminta mengurusi domba-domba. Ada
yang sungguh baik, tapi ada yang bertindak sebagai orang upahan.
TANYA: Penjelasannya?
JAWAB:
Yehezkiel mengamati kehidupan sosial politik di Israel pada zaman
pembuangan. Dikecamnya para pemimpin yang tak banyak berbuat bagi umat
yang sedang kehilangan pegangan. Masalah yang dihadapi Yohanes berbeda.
Banyak pengikut Yesus generasi pertama merasa kurang aman hidup di
tengah-tengah masyarakat Yahudi. Terintimidasi.
TANYA: Jadi betulkan
bila dikatakan bahwa Yohanes memakai keadaan itu untuk menjelaskan apa
itu "percaya" kepada Yesus dan bagaimana mereka bisa tetap berteguh bila
mereka memang memilih mau tetap bersamanya.
JAWAB: Memang Yohanes
menekankan Yesus sebagai gembala yang baik untuk menunjukkan bahwa
percaya kepada Yesus tidak sia-sia karena ia sendiri akan melindungi
murid-muridnya dengan mempertaruhkan hidupnya. Semacam analisis teologi
hidup rohani. Kelanjutan dari perkara ini ada dalam penugasan Petrus
agar mengurusi domba-domba dalam Yoh 21:15-19 yang pernah beberapa kali
dibicarakan dalam forum ini.
TANYA: Lalu apa arti penegasan bahwa tak ada yang dapat merenggut domba-domba dari Yesus?
JAWAB:
Di situ ada pernyataan perihal mengikuti dia yang mau merujukkan
kemanusiaan kembali dengan Yang Maha Kuasa, yang disebut sebagai Bapa
itu. Artinya, membuat orang makin menemukan diri, makin merasa dimiliki
oleh Yang Maha Kuasa dan bukan dibawahkan kepada kuasa lain. Kiasannya,
gembala yang baik berusaha membuat orang makin sadar akan hal itu. Orang
upahan tidak. Pencuri dan perampok menjauhkan orang dari sana. Orang
yang tak dikenal juga tidak menimbulkan rasa percaya.
SALING KENAL
Gembala
yang baik tidak akan memperlakukan kawanan dombanya secara anonim.
Beberapa ayat sebelum bacaan ini menyebutkan bahwa sang gembala
memanggil kawanan satu persatu (Yoh 10:3). Maksudnya, masing-masing
domba dikenalinya. Mereka tidak dianggap barang kodian belaka, hanya
nomor saja. Hubungan antara pemilik dan kawanan itu hubungan yang hidup.
Tidak akan ada hubungan antara pemilik atau gembala dengan kawanan tadi
bila tidak terjalin hubungan saling mengenal yang memberi rasa aman dan
rasa percaya.
Yohanes menjelaskan rasa saling percaya tadi
dengan gagasan saling mengenali. Dalam Yoh 10:14-15 ditegaskan "Akulah
gembala yang baik dan aku mengenal domba-dombaku dan domba-dombaku
mengenal aku sama seperti Bapa mengenal aku dan aku mengenal Bapa dan
aku memberikan nyawaku bagi domba-dombaku". Pernyataan ini berisi ajakan
agar orang jadi percaya dan merasa aman.
Ada sebuah adegan dalam
Injil Yohanes yang dapat ikut menjelaskan hal tadi. Ketika disapa Yesus
dengan kata-kata "Bu, kenapa menangis? Siapa yang kaucari?", Maria
Magdalena malah mengira sedang berhadapan dengan penjaga taman
pekuburan. Tetapi ketika Yesus memanggilnya dengan namanya, "Maria!"
(Yoh 20:16), maka ia langsung mengenalinya. Begitulah sapaan pribadi
membuatnya mengenali siapa yang mendatanginya. Sapaan perorangan yang
dialami dalam batin juga akan membuat orang mengenali kehadiran ilahi.
Ia bukan orang yang tak dikenal yang membuat waswas. Pengalaman Maria
Magdalena bisa pula menjadi pengalaman para pengikut Yesus di sepanjang
zaman.
PENERAPAN
Mengikuti bukan berarti meniru-niru,
melainkan meniti jalan yang dirintis oleh yang berjalan di muka. Di
dalam kesadaran para pengikut Yesus, pemimpin bukanlah dia yang meniru
gembala empunya kawanan tadi, apalagi mengambil alih kedudukannya
sebagai pemilik kawanan. Yang diberi kedudukan memimpin juga mengikuti
dia yang menyapa satu persatu tadi. Mereka ini membantu agar kawanan
bisa lebih melihat siapa yang berjalan di muka. Siapa saja yang merasa
diajak memimpin juga akan memberi tahu sang empunya kawanan bila ada
dari antara kawanan yang tertinggal dan tak menemukan jalan. Dalam Injil
lain gembala yang empunya kawanan itu dikatakan akan mencarinya sampai
ketemu (Luk 15:1-7 Mat 18:12-14).
Tadi disebutkan bahwa hubungan
erat antara gembala dan kawanan seperti hubungan Yesus dengan Bapanya.
Apa artinya? Yang Maha Kuasa disebut Bapa karena dapat dirasa dekat dan
tampil sebagai asal kehidupan. Yesus hendak mengatakan bahwa ia
sedemikian dekat dengan asal kehidupan itu sendiri. Ia mengajak para
pengikutnya agar berani melihat ke sana. Ketergantungan kepada Bapa
bukan sikap mengandalkan kebaikannya belaka, melainkan pengakuan bahwa
Dia itu sumber kehidupan. Yesus berani menyerahkan kehidupannya karena
ia sadar bahwa ia takkan kehabisan, karena ia dekat dengan sang sumber
itu sendiri. Maka ia dapat berbagi sumber yang tak kunjung habis itu
kepada orang lain. Inilah cara Yohanes menerangkan komitmen Yesus kepada
para pengikutnya.
Salam hangat,
A. Gianto
ROMA
*) Sumber Millis KD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar