Kamis, 22 Desember 2011

“Namanya adalah Yohanes”

(Mal 3:1-4; 4:5-6; Luk 1:57-66)
Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.” (Luk 1:57-66), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catataan sederhana sebagai berikut:
·   Waarta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua akan pentingnya merubah gaya hidup demi keselamatan atau kebahagiaan kita. Kita semua dapat merubah atau memperbaharui gaya hidup kita dengan merubah pikiran kita. Dalan tradisi anak laki-laki yang baru saja dilahirkan harus diberi nama seperti nama ayahnya, demikian seharusnya anak yang dilahirkan oleh Elisabeth harus diberi nama Zakharias seperti ayahnya, sebagaimana juga berlaku di suku-suku tertentu di Indonesia. Namun ternyata sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan ia tidak diberi nama Zakharias, melainkan Yohanes. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal nama yang dikenakan kepada kita, lebih-lebih atau terutama yang telah mengganti nama, entah itu imam, bruder, suster atau suami-isteri. Kami percaya nama baru yang kita kenakan tidak datang begitu saja, tetapi cukup lama dipikirkan dan direnungkan serta kemudian diputuskan. “Menjadi apakah anak ini nanti”, demikian pertanyaan banyak orang terhadap nama anak yang baru saja dilahirkan Elisabeth. “Tangan Tuhan menyertai dia”, maka anak itu akan tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak atau panggilan Tuhan. Kami percaya sebagai orang beriman kita juga disertai oleh Tuhan, maka marilah kita konsekwen atau konsisteen perihal nama yang dikenakan pada kita masing-masing. Hendaknya kita hidup dan bertindak sesuai dengan dambaan, harapan atau impian yang muncul menjelang nama dikenakan pada diri kita masing-masing. Mungkin sebagai anak kita hanya sekedar menerima nama dari orangtua kita masing-masing, maka marilah dengan rendah hati kita bertanya kepada orangtua kita perihal dambaan, kerinduan dan impian terhadap diri kita masing-masing.
·   “ Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam” (Mal 3:1). Kutipan ini kiranya dapat kita kenakan pada diri kita masing-masing. Seperti Yohanes dilahirkan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia, demikian juga kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Persiapan merupakan sesuatu yang penting, jika kita mendambakan kesuksesan segala sesuatu yang kita impikan, cita-citakan, dambakan dan rencanakan , hendaknya kita sungguh mempersiapkan semuanya dengan sebaik dan seoptimal mungkin. Hidup ini adalah suatu persiapan untuk dipanggil Tuhan, dimana kita akan berhadapan dengan Tuhan secara pribadi; kita siap untuk dipanggil Tuhan jika kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Dalam keadaan, kondisi dan situasi apapun kita hendaknya senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, senantiasa berkehendak dan melakukan apa yang benar, mulia, luhur dan baik. Dengan kata lain hendaknya kita setia pada dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh janji yang pernah kita ikrarkan. Para pelajar atau mahasiswa hendaknya setia belajar, para pekerja hendaknya setia bekerja, yang sedang mencinta hendaknya setia saling mencintai dst.. Secara khusus kami mengingatkan anda semua: siapkah kita untuk merayakan pesta kelahiran Penyelamat Dunia yang segera akan tiba? Siapkah kita didatangi oleh Tuhan kapan pun dan dimana saja?
“TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya” (Mzm 25:8-10)
Ign 23 Desember 2011
*) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar