Selasa, 22 Januari 2013

"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat”

(Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28) “ Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk 2:23-28),demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Jika diperhatikan dan dicermati dalam hidup bersama: semakin banyak peraturan hemat saya berarti menunjukkan bahwa warganya semakin kurang bermoral atau berbudi pekerti luhur. Dari aneka pemberitaan melalui mass media dapat kita lihat bahwa kesibukan para anggota DPR RI lebih pada membuat atau merubah peraturan daripada melayani rakyat, yang telah memilihnya. Hal itu kiranya menunjukkan bahwa manusia untuk peraturan bukan peraturan untuk manusia. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama, untuk menghayati bahwa manusia bukan untuk peraturan, melainkan peraturan untuk manusia. Memang hal ini tidak mudah kita hayati, mengingat dan memperhatikan bahwa di Indonesia ini kelihatan lebih mengedepankan manusia demi hukum atau peraturan alias mencari dan mengusahakan uang dengan memainkan aneka peraturan dan hukum, dimana manusia dibuat sibuk dan pusing oleh peraturan atau hukum. Manusia demi atau untuk peraturan atau hukum berarti senantiasa mengedepankan cintakasih dalam menghadapi dan melaksanakan peraturan, karena peraturan dibuat dan diberlakukan demi dan untuk cintakasih. Dengan kata lain ketika dalam kenyataan peraturan melanggar atau melawan cintakasih, maka kita harus berani melawannya atau memperbaikinya segera. Hendaknya manusia, keselamatan jiwa manusia lebih diutamakan daripada peraturan atau hukum. Memang, meneladan Yesus, kita dapat melanggar peraturan ketika dalam segala hal kita setia dan taat pada peraturan yang berlaku, sehingga tahu persis dimana peraturan tersebut tidak memadai lagi dalam kenyataan. Pendek kata hendaknya cintakasih sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. · “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” (Ibr 6:19-20). Kita diingatkan dan diajak untuk memiliki pengharapan akan Penyelenggaraan Ilahi/Allah, maka ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan kehidupan hendaknya senantiasa tetap ceria dan gembira, karena dengan demikian akan mampu menghadapi atau mengatasinya. Memang apa yang kita harapkan untuk dapat menjadi kenyataan atau terwujud tergantung 100% dari anugerah atau Penyelenggaraan Ilahi dan 100% dari kerja keras atau usaha kita. Kiranya yang perlu kita perhatikan adalah usaha atau kerja keras kita, karena Penyelenggaraan Ilahi tak diragukan lagi, sebaliknya tidak semua dari kita siap sedia untuk bekerja keras. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal pengharapan sejati: 100% tergantung dari Allah dan 100% dari usaha pribadi, sebagaimana juga pernah dicanangkan oleh Mgr.Soegijapranata SJ dengan mottonya 100% katolik dan 100% warganegara. Pengharapan akan Yang Ilahi sungguh menjadi ‘sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita’. Tanda atau bukti bahwa kita berpengharapan kepada Yang Ilahi adalah secara rutin kita berkomunikasi denganNya alias berdoa. Maka hendaknya jangan melupakan doa harian yang menjadi sauh dan kekuatan langkah-langkah hidup kita sehari-hari. Kepada mereka yang sedang mengalami frustrasi atau putus asa kami ajak untuk mengarahkan diri kepada Yang Ilahi, secara khusus kepada yang beriman kepada Yesus Kristus, silahkan memandang Dia yang tergantung di kayu salib. Bukankah setiap hari kita membuat tanda salib, mengawali hari, pekerjaan atau tugas, maka semoga senantiasa hidup dan bertindak dengan semangat Yang tersalib. “Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.” (Mzm 111:1-2.4-5) Ign 22 Januari 2013 *) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar