Minggu, 05 Februari 2012

“Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”

Mg Biasa V: Ay 7:1-4.6-7; 1Kor 9:16-19;22-23; Mrk 1:29-39
“Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
Para artis yang sungguh terkenal dan favorit pada umumnya lalu menjadi sombong, karena kemana pun ia pergi dan tampil senantiasa dikerumuni oleh banyak orang. Sebaliknya ketika mereka tidak menerima pujian atau sanjungan dapat stress atau murung atau bahkan putus asa. Demikian juga terjadi pada para imam, bruder atau suster atau penceramah/pengkotbah yang bersikap mental artis. Kesuksesan dalam tugas atau karir memang dapat menggiring atau memotivasi orang untuk sombong, lupa diri, kurang menghayati jati diri atau panggilan utamanya. Dalam melaksanakan tugas pengutusanNya, Yesus membuat aneka macam mujizat sehingga banyak orang datang kepadaNya serta mengganggu kinerja roh jahat alias setan. Karena kagum dan terpesona atas apa yang dikerjakan oleh Yesus dalam aneka penyembuhan orang-orang sakit, maka mereka tergerak untuk menahanNya di tempat mereka sebagai ‘tabib yang ulung dan unggul’. Maklum mereka belum sampai memahami bahwa Yesus adalah Almasih, yang diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Untuk menghindari salah faham dan pemujaan DiriNya yang tidak benar, Yesus perlu menjalin relasi dengan Dia yang mengutusNya, ”Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk 1:35). Marilah kita meneladan Yesus dalam melaksanakan tugas pengutusan maupun menghayati panggilan, antara lain tidak pernah melupakan doa dan refleksi harian setiap hari.
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk 1:35)
Di Indonesia ini hampir di semua wilayah di pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, dikumandangkan suara adzan dari masjid atau surau, ajakan untuk berdoa, memuji dan memuliakan Allah Yang Maha Besar dan Maha Mulia. Namun sayang ada sementara orang mengeluh dan menggerutu atau bahkan marah-marah ketika pagi-pagi benar mendengar suara adzan tersebut, karena merasa terganggu kenikmatan tidurnya. Ajakan untuk berdoa ditanggapi dengan marah-marah, mengeluh dan menggerutu, itulah yang sering terjadi dalam diri sementara orang. Di dalam komunitas biara, lebih-lebih yang kotemplatif, kiranya juga berlangsung doa atau ibadat bersama di pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap: mengawali hari dan hidup baru dengan berdoa, agar apa yang dilakukan kemudian sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan alias sesuai dengan charisma pendiri tarekat yang bersangkutan.
Barangsiapa bekerja berat maka butuh istirahat, sebaliknya barangsiapa tidak butuh istirahat, jangan-jangan ia telah istirahat terus-menerus alias bermalas-malasan terus-menerus”, demikian kata seorang bijak. Jika kita sungguh-sungguh bekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan kita, maka selayaknya menyisihkan waktu untuk beristirahat atau penyegaran diri kembali, entah itu yang bersifat harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Yang bersifat harian misalnya istirahat siang jam kantor/pabrik maupun doa pribadi, sedangkan yang bersifat mingguan misalnya berwisata atau berkumpul bersama seluruh anggota keluarga di hari week-end, termasuk beribadat bersama di hari Minggu bagi umat Kristen dan Katolik atau hari Jum’at bagi umat Islam, bersifat bulanan antara lain disediakan waktu satu hari untu penyegaran diri entah dengan rekoleksi atau ceramah-ceramah yang menyegarkan, sedangkan bersifat tahunan berarti cuti tahunan atau retret tahunan.
Setelah atau selama penyegaran diri ada kemungkinan kita menerima pencerahan atau inspirasi baru guna memperbaharui cara hidup maupun cara bertindak kita atau bahwa yang mendorong kita untuk merubah strategi kerja atau pelayanan, sebagaimana dilakukan oleh Yesus dengan mengajak para muridNya: ”Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." (Mrk 1:38). Apa yang dilakukan oleh Yesus ini kiranya juga dapat menjadi inspirasi dalam hal mutasi atau perpindahan tempat tugas atau bahkan promosi, artinya orang dianugerahi kenaikan pangkat atau jabatan. Karena kemampuan, kecakapan dan keterampilan kita berbeda satu sama lain, maka mutasi atau pertukaran tempat tugas sungguh penting dan dibutuhkan agar kemampuan, kecakapan dan keterampilan kita juga dapat dibaktikan di tempat lain, tidak terikat pada suatu tempat saja. Di lain pihak kita yang dimutasikan kiranya juga dapat memperoleh aneka kecakapan dan keterampilan baru di tempat tugas yang baru.
Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” (1Kor 9:16-18)
Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah”, kutipan inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Injil adalah kabar atau warta gembira, maka memberitakan Injil berarti memberitakan apa-apa yang menggembirakan. Hemat saya ketika kita memberitakan apa-apa yang menggembirakan maka banyak orang menjadi gembira dan kita sendiri semakin gembira juga, itulah artinya upah boleh memberitakan apa-apa yang menggembirakan.
Memberitakan apa-apa yang menggembirakan merupakan tugas pengutusan kita semua umat beriman. Memang agar kita dapat memberitakan apa-apa yang menggembirakan kita sendiri harus dalam keadaan gembira. Maka bergembiralah selalu dalam keadaan atau kondisi apapun. Meskipun punya masalah, hutang atau perkara berat tetaplah bergembira, karena dengan tetap bergembira kita akan mempesona, menarik dan memikat orang lain. Coba cermati: orang gila senantiasa bergembira dan senyum-senyum terus, karena masalah dan perkaranya sudah terlewati, dan dengan demikian ia senantiasa menarik bagi siapapun, ia juga tidak akan menyakiti siapapun. Punya masalah, hutang atau perkara tetap bergembira, maka pasti ada orang lain yang mempertanyakan mengapa kita gembira. Jawab saja pertanyaan mereka bahwa anda punya masalah, hutang atau perkara, maka mereka pasti akan segera membantu atau menolong anda.
Dalam kegembiraan dan keceriaan berarti ada celah dan peluang untuk mencari jalan guna mengatasi masalah, hutang atau perkara, sebaliknya ketika kita punya masalah, hutang dan perkara menjadi sedih dan murung maka akan tertutuplah kemungkinan untuk mengatasi masalah, hutang maupun perkara. “Saat sukses kita bersyukur, saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan sejati ada di dalam rasa bersyukur” (Andrie Wongso). Bersyukurlah bahwa anda dianugerahi masalah, hutang maupun tantangan, karena dengan demikian akan memperoleh aneka pembaharuan dalam cara hidup dan cara bertindak.
"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan.Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari” (Ay 7:1-4). Kutipan ini kiranya menjadi cermin bagi orang yang mudah putus asa. Jika anda memiliki pengalaman demikian, baiklah tetap bersyukur dan berterima kasih, karena dengan demikian anda disadarkan akan jati diri anda sebagai orang yang lemah dan rapuh. Jika anda sampai dengan kesadaran demikian maka terbukalah terhadap penyelenggaraan ilahi atau anugerah Tuhan.
“Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga” (Mzm 147:1-5)
Ign 5 Februari 2012
*) Sumber Millis KD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar