Jumat, 27 Juli 2012

“Yang ditaburkan di tanah yg baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu”

(Yer 3:14-17: Mat 13:8-23) “ Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu , dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Kami percaya bahwa kita semua ditaburkan alias dilahirkan dalam keluarga yang baik-baik dan senantiasa juga ditaburi aneka ajaran, nasihat, petuah, tegoran, didikan atau binaan yang baik, dan jarang sekali yang tidak baik. Maka selayaknya kita semua juga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Namun, mungkin karena kelalaian, ketidaktahuan, kesambalewaan orangtua atau para pendidik, kita tumbuh berkembang sebagaimana tidak dikehendaki oleh Allah. Dalam Warta Gembira hari ini kita diingatkan pentingnya keutamaan mendengarkan dan kemudian mengerti atau memahami. Keutamaan ini kiranya penting sekali untuk dihayati oleh siapapun yang sedang memiliki tugas pengutusan sedang belajar maupun anak-anak di dalam keluarga atau para anggota, bawahan, pekerja dalam hidup atau bekerja bersama dimana pun dan kapan pun. Maka baiklah pertama-tama kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal keutamaan ‘mendengarkan dengan baik’, yang kemudian diharapkan dapat mengerti atau memahami apa yang didengarkannya. Jika di dalam keluarga anak-anak dibina dan dididik dalam hal keutamaan ini, maka hemat saya ketika mereka kelak belajar di sekolah akan dapat dengan mudah mendengarkan pengajaran atau informasi yang disampaikan oleh para guru atau pendidik, dan dengan demikian mereka akan sukses dalam tugas belajar. Kita semua juga dipanggil untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik dalam hidup sehari-hari, mengingat dan memperhatikan bahwa setiap hari ada informasi baru yang baik dan berguna bagi hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita melalui aneka macam media massa atau pergaulan. Marilah kita perdalam keutamaan ‘mendengarkan dan mengerti atau memahami’ dalam hidup dan kerja kita sehari-hari. · “Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian” (Yer 3:14-15). Kutipan ini kiranya bagus sekali untuk dijadikan permenungan atau refleksi bagi mereka yang ‘murtad’, nakal, kurang ajar, kurang terdidik atau terbina. Memang dari diri mereka sendiri kiranya sangat sulit diharapkan untuk bertobat atau memperbaiki diri tanpa turun tangan atau bantuan para ‘gembala’ (orangtua, guru, pendidik dst..). Maka kepada mereka yang berfungsi dalam tugas pengutusan penggembalaan, kami harapkan dengan rendah hati dan cintakasih ‘menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian’. Yang nakal dan kurang ajar kita beri ajaran, yang kurang tahu diberi tahu, yang kurang mengerti diberi pengertian dst… Dalam memberikan hendaknya dalam semangat cintakasih dan kebebasan sejati, karena dengan demikian yang menerima akan membuka diri dengan suka rela dan berjiwa besar serta rendah hati, sehingga mampu menerima, mengerti dan memahami apa yang diberikan dalam dan dengan cara apapun. Kepada mereka yang ‘murtad’, bodoh, kurang ajar, kurang terdidik dst…kami harapkan ketika didekati oleh para ‘gembala’ kami harapkan dengan rendah hati menerimanya, serta berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang akan disampaikan oleh para gembala. Secara khusus kami ingatkan segenap umat yang berpartisipasi dalam ibadat, hendaknya mendengarkan dengan rendah hatik kotbah atau ajaran yang disampaikan dalam ibadat oleh pengkotbah, sebaliknya kepada para pengkotbah kami harapkan menyampaikan kotbahnya sedemikian rupa sehingga dapat didengarkan seluruh umat yang hadir. “Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.” (Yer 31:10-11) Ign 27 Juli 2012 *) Sumber Millis KD

“Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”

(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17) “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yoakim dan St.Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Ada orangtua calon seminaris di Seminari Mertoyudan, ketika berwawancara dengan Tim Finansial untuk membicarakan sumbangan bagi anaknya yang diterima di Seminari Mertoyudan, begitu pelit dan alot untuk memberi sumbangan, dan memang kesediaan untuk memberi sumbangan akhirnya memang tidak sesuai dengan kemampuannya. Namun setelah beberapa bulan ketika seminaris memperoleh kesempatan berlibur ke rumah ada suatu perubahan yang mengesan. Orangtua sangat terkesan bahwa anaknya yang baru beberapa bulan di Seminari Mertoyudan telah berubah: rajin, siap sedia membantu orangtua untuk mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan rumah dst.. Dan dengan rendah hati akhirnya orangtua tersebut datang ke Seminari Mertoyudan seraya minta maaf dan menyatakan diri akan memberi sumbangan lebih dari apa yang disanggupkan sebelumnya, bahkan secara nominal melebihi rata-rata beaya per seminaris per bulan. Benarlah bahwa “melihat dan mendengarkan” sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak seseorang. Hari ini kita kenangkan St.Yoakim dan St Anna, orangtua SP Maria; kiranya sebagai orangtua sungguh bahagia ketika melihat dan mendengar anaknya terpilih untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, dengan hamil karena Roh Kudus dan akan melahirkan Penyelamat Dunia yang dinantikan kedatanganNya oleh seluruh umat manusia. Pada hari pesta St.Yoakim dan St.Anna hari ini kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mawas diri perihal sikap terhadap anak-anaknya. Kebahagiaan sejati orangtua terhadap anak-anaknya hemat saya terletak ketika orangtua melihat dan mendengar bahwa anak-anaknya tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman, dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka kami berharap para orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman, dan ketika ada anaknya yang terpanggil khusus untuk menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya didukung dan difasilitasi, tidak dipersulit dan dihambat. · “Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun” (Sir 44:10-14). Para orangtua kiranya memiliki dambaan atau harapan bahwa kelak anak-cucunya maupun keturunannya senantiasa mengenangnya, seperti santo-santa di lingkungan Gereja Katolik atau para pahlawan bangsa yang namanya dikenang dengan digunakan sebagai nama jalan, bangunan maupun taman dst.. Jika anda mendambakan atau mengharapkan yang demikian itu kami harapkan anda mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak sekarang, sedini mungkin. Salah satu usaha persiapan yang baik adalah orangtua senantiasa mengasihi anak-anaknya, mendidik dan membinanya sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi umat manusia adalah manusia senantiasa dalam keadaan baik sebagaimana ketika mereka diciptakan, sebagai gambar atau citra Allah, sehingga senantiasa dalam keadaan selamat dan bahagia, terutama jiwa dan hatinya. Kebahagiaan sejati jiwa dan hati manusia kiranya terletak ketika yang bersangkutan hidup sesuai dengan panggilan Allah. Maka kami berharap kepada para orangtua agar mendidik dan membina anak-anaknya dalam dan dengan semangat cintakasih dan kebebasan sejati, sebagaimana anda berdua menjadi suami-isteri juga karena cintakasih dan kebebasan sejati. Setiap manusia juga diciptakan dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati, maka akan tumbuh berkembang dengan baik jika dididik dan dibina dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati. Mau jadi apakah anak nanti setelah dewasa, berilah kebebasan dan cintakasih untuk memilih dan menentukannya sesuai dengan kehendak Allah. “TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.” (Mzm 132:11.13-14) Ign 26 Juli 2012 *) Sumber Millis KD

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”

(2Kor 4:7-15; Mat 20: 20-28)
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat 20:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yakobus, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St Yakobus, termasuk dalam 12 (dua belas) rasul yang dipilih oleh Yesus, dan jabatan atau fungsi rasul masa kini diteruskan atau diemban oleh para uskup. Uskup kita imani sebagai pribadi yang terbesar dan tertinggi alias termasuk dalam jajaran primat Gereja Katolik. Salah satu cirikhas fungsi uskup adalah sebagai pelayan dan senantaiasa berusaha menghayati panggilan dan fungsinya dengan melayani, menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan dan menanggapi suka duka umat Allah yang harus dilayani, maka tugas atau fungsinya sungguh berat dan mulia. Maka dengan ini kami mengharapkan segenap umat Allah untuk mendukung dan mendoakan uskup atau gembala masing-masing agar dapat melayani umat dengan baik sebagaimana didambakan atau dikehendaki Tuhan yang telah memanggil dan mengutusnya. Karena tugasnya begitu berat dan mulia, maka yang dapat dipilih menjadi uskup, sebagaimana digariskan dalam KHK kanon 378, diharapkan memiliki cirikhas kepribadian: “unggul dalam iman yang tangguh, moral yang baik, kesalehan, perhatian pada jiwa-jiwa, kebijaksanaan, kearifan dan keutamaan-keutamaan manusiawi, serta memiliki sifat-sifat lain yang cocok untuk melaksanakan jabatan, mempunyai nama baik, dst..”. Cirikhas kepridian macam ini hendaknya juga diusahakan untuk dimiliki oleh para pembantu-pembantunya, yaitu para pastor atau  imam. Maka kami berharap mereka yang terpanggil untuk menjadi imam alias para seminaris hendaknya dibina dan dididik dalam hal keutamaan-keutamaan atau cirikhas tersebut di atas. Tentu saja para formator di seminari-seminari juga memiliki cirikhas kepribadian tersebut di atas. Karena imam atau uskup berasal dari keluarga-keluarga, maka kami berharap para orangtua sungguh berusaha bersama-sama mendidik dan membina anak-anak agar memiliki cirikhas kepribadian di atas, yang dapat dipadatkan dalam keutamaan melayani dengan rendah hati.
·   Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2Kor 4:7-10), demikian kesaksian iman Paulus, rasul agung. Sebagai umat beriman kita semua memiliki hidup yang berdimensi rasuli, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, umat untuk berusaha menghayati panggilan rasuli tersebut dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai umat beriman hendaknya mengandalkan kekuatan rahmat Tuhan bukan menyombongkan atau mengandalkan kekuatan diri pribadi yang lemah dan rapuh ini. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika dipanggil Tuhan atau mati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, karena kita dianugerahi hidup, kekuatan, ketampanan/kecantikan, kecerdasan dst.. dan hendaknya semuanya difungsikan untuk melayani saudara-saudari kita, sehingga kita bersama-sama senantiasa hidup dan berindak saling melayani dimana pun dan kapan pun. Jika kita hidup dan bertindak dengan sombong, mengandalkan kekuatan pribadi berarti kita tidak beriman.
Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.” (Mzm 126:1-3)
Ign 25 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Jumat, 13 Juli 2012

“Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan”

(Hos 11:1.3-4.8c-9; Mat 10:7-15)
Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pada umumnya ketika orang memperoleh tugas baru senantiasa mempertanyakan apakah di tempat tugas baru tersedia aneka macam sarana-prasarana yang memadai guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Demikian juga ketika orang mau bepergian, lebih-lebih rekan-rekan perempuan, pada umumnya juga ribut atau sibuk mempersiapkan aneka bekal perjalanan. Dengan kata lain secara jujur dalam diri kita pasti akan ketakutan atau kekhawatiran setiap kali ada hal-hal atau tugas-tugas baru. “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”, demikian sabda atau pesan Yesus. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk mengimani bahwa jika kita menerima tugas pengtusan dari atasan atau pemimpin kita, percayalah kepada Penyelenggaraan Ilahi. Jika kita senantiasa berusaha berbuat baik, percayalah pasti senantiasa ada orang-orang baik yang siap membantu kita dalam melaksanakan tugas pengutusan. Saya pribadi memiliki banyak pengalaman dalam hal tersebut: setiap kali kami merencanakan dan mengusahakan apa yang baik dan demi kepentingan umum ada-ada saja yang membantu dan akhirnya apa yang diusahakan dan direncanakan menjadi kenyataan alias terwujud. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk tidak khawatir setiap kali menerima tugas baru: sikapi dan laksanakan dengan baik dan percayalah jika anda senantiasa mengusahakan apa yang baik dan menyelamatkan past akan menerima uluran bantuan dari orang-orang yang baik.  Jika kita khawatir atau takut, sebenarnya dari diri kita sendiri juga kurang total atau sepenuhnya dalam melaksanakan tugas pengutusan, sehingga boleh dikatakan sebagai kalah sebelum perang.
·   Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan” (Hos 11:8c-9), demikian belas kasih Allah kepada orang-orang pilihannya sebagaimana dilukiskan oleh nabi Hosea. Allah memang penuh belaskasih dan pengampunan, Allah senantiasa mengasihi dan mengampuni manusia yang membuka diri terhadap PenyelenggaraanNya. Maka kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa membuka diri terhadap PenyelenggaraanNya dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan apapun dan dimanapun. Secara konkret marilah dengan rendah hati kita lihat dan imani apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam semua ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Setiap manusia pasti dapat menjadi kepanjangan atau penyalur belaskasih dan pengampunan Allah. “Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu”, inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Allah hadir di tengah-tengah kita untuk menguduskan kita semua, mendorong dan memungkinkan kita untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap juga masing-masing dari kita dapat menjadi penyalur Penyelenggaraan Ilahi juga, artinya senantiasa juga mengasihi dan mengampuni siapapun. Ingatlah dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan melimpah dari Allah, sehingga untuk mengasihi dan mengampuni kita tinggal menyalurkannya saja.
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju” (Mzm 51:3-4.8-9)
Ign 12 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Selasa, 10 Juli 2012

“Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit.”

(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)
“Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.
·   Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!” (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa ‘pekerja’ hanya sedikit. Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.
Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” (Mzm 115:3-8)
Ign 10 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Senin, 09 Juli 2012

“Asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh."

(Hos 2:13.14b-15.18-19: Mat 9:18-26)
“ Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu” (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agustinus Zhao Rong, imam, martir Cina, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pribadi Yesus memang sungguh penuh kuasa dan wibawa, sehingga siapapun yang beriman kepadaNya pasti akan hidup berbahagia, selamat dan damai sejahtera, dan mereka yang sakit akan disembuhkan, sedangkan yang loyo dan lesu akan digairahkan, sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini. Hal senada kiranya juga terjadi dalam diri seorang martir, yaitu darah yang telah ditumpahkan demi dan karena iman akan membangkitkan dan menggairahkan hidup orang beriman. Maka baiklah saya mengajak semua umat beriman untuk meneladan kepala rumah ibadat maupun perempuan yang sakit pendarahan sebagaimana dikisahkan di atas. Iman mereka telah membangkitkan dan menyembuhkan, sehingga apa yang terjadi karena iman dalam waktu singkat menyebar ke mana-mana. Jika kita sungguh beriman, maka kitapun akan mampu dengan mudah membangkitkan mereka yang lesu dan loyo maupun menyembuhkan mereka yang sakit, terutama sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Memang pertama-tama dan terutama kita harus memperdalam dan memperteguh iman kita, yang berarti sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang yang sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan akan memiliki kewibawaan luar biasa dan siapapun yang mendekat dan menyentuh kita akan tergerak juga untuk semakin beriman. “Imanmu telah menyelamatkan engkau”, demikian sabda Yesus yang hendaknya juga menjadi acuan dan pedoman hidup kita. Kita semua mendambakan keselamatan, terutama keselamatan jiwa kita, maka marilah kita perteguh dan perdalam iman kita.
·   Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.” (Hos 2:18-19), demikian firman Tuhan kepada Hosea. Tuhan begitu mengasihi orang yang sungguh beriman, sehingga Ia memperlakukan orang yang bersangkutan bagaikan isteriNya. Memang dikasihi oleh Tuhan akhirnya tidak dapat tinggal diam, melainkan diutus untuk mewartakan ‘keadilan, kebenaran, kasih setia, kasih sayang dan kesetiaan’. Menjadi saksi atau pewarta keutamaan-keutamaan di atas ini hemat saya pada masa kini berarti menghayati rahmat kemartiran yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, mengingatkan ketidak-adilan, pemalsuan dan kebohongan, ketidak-setiaan dst..masih merebak di sana-sini. Para suami-isteri dengan mudah saling bercerai, para pekerja atau pelajar tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya, dan aneka bentuk pemalsuan terjadi di sana-sini. Keaslian diri kita masing-masing adalah sebagai citra atau gambar Tuhan Allah, dan untuk itu berarti senantiasa hidup dan bertindak dengan adil, benar, setia dan mengasihi dimana-mana dan kapan pun juga. Mungkin baik pada masa kini kita utamakan keutamaan kesetiaan, mengingat dan mempertimbangkan cukup banyak orang tidak atau kurang setia dalam hidup dan panggilannya. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap para suami-isteri dapat setia pada janji perkawinannya serta kemudian mendidik dan membiasakan anak-anak dalam hal kesetiaan, sehingga kelak mereka akan terpanggil apapun akan menjadi orang yang setia dalam menghayati panggilannya.
Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.”
(Mzm 145:2-5)
Ign 9 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."

Mg Biasa XIV: Yeh 2:2-5; 2Kor 12:7-10; Mrk 6:1-6
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada umumnya yang terpilih menjadi kepada daerah atau pemerintahan adalah putera/puteri daerah yang terbaik. Sebaliknya yang menjadi pastor kepala paroki belum tentu putera daerah atau bahkan berasal dari daerah jauh, maklum fungsi atau peran pastor paroki kiranya berbeda dengan kepala daerah. Pastor paroki memiliki panggilan kenabian dalam fungsi dan tugasnya, yaitu menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran-kebenaran sebagaimana diwahyukan oleh Tuhan melalui aneka pembelajaran dan permenungan atas apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Perbedaan pemimpin agama dan pemimpin daerah ini sering kelihatan jelas, misalnya saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Yogyakarta bagi umat wilayah Keuskupan Agung Semarang khususnya dan warga propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dalam waktu berhimpitan ada kunjungan kerja Presiden RI di Semarang dalam rangka membuka Lokakarya Kebudayaan Jawa. Kunjungan Paus meskipun ada beberapa yang menentang, namun lebih banyak orang atau warga masyarakat ikut menikmati buahnya, yaitu kesejahteraan, sementara dalam kunjungan Presiden di Semarang cukup banyak warga masyarakat, khususnya mereka yang miskin, para tukang becak dan asongan di pinggir jalan tak boleh bekerja alias harus berpuasa.
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." (Mrk 6:5)
Karena seorang nabi memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kebenaran-kebenaran atau pembaharuan cara hidup dan cara bertindak, maka jika yang terpanggil untuk menjadi ‘nabi’ adalah teman yang telah lama dikenal pada umumnya orang kurang percaya kepadanya. Menghormati rekan sendiri memang lebih sulit daripada menghormati orang lain, namun hemat saya jika kita terhadap saudara-saudari dekat tidak dapat saling menghormati, maka menghormati orang lain yang jauh merupakan pelarian tanggungjawab. Marilah dengan rendah hati kita saling menghormati saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita.
Jika salah seorang dari saudara atau kenalan dekat kita terpanggil untuk menjadi orang baik, apalagi tokoh penting dalam masyarakat atau bangsa atau agama, hendaknya kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan secara konkret menghormati orang yang bersangkutan selayaknya. Kami berharap kita mendoakan saudara-saudari kita yang terpanggil menjadi ‘nabi’ karena yang bersangkutan pasti harus menghadapi tantangan dan hambatan berat dalam rangka memperjuangkan kebenaran-kebenaran, mengingat dan mempertimbangkan kebohongan-kebohongan masih merebak di sana-sini dalam hidup dan bekerja bersama. Sebaliknya kepada mereka yang terpanggil menjadi ‘nabi’ dan kurang atau tidak dihormati oleh saudara-saudari serta kenalan-kenalan dekatnya, kami harapkan untuk tetap tabah dan setia mengemban tugas panggilan kenabian.
Dalam hidup dan bekerja bersama yang masih sarat dengan kebohongan dan perilaku amoral seperti korupsi masa ini menghayati rahmat atau panggilan kenabian sungguh penting dan mendesak. Sebagai umat beriman kita semua memiliki tugas panggilan kenabian, maka kami harapkan kita senantiasa setia pada panggilan ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Miliki keteguhan hati dalam mengemban tugas panggilan kenabian, dan pecayalah dengan keteguhan hati anda pasti sukses menghayati panggilan kenabian, dan mungkin kesuksesan tidak sempat kita nikmati, melainkan orang lain yang akan menikmatinya. Nasib seorang nabi memang pada umumnya dibenci dan dikejar-kejar untuk disingkirkan dan ada kemungkinan juga dibunuh secara halus, sebagaimana pernah dialami oleh ‘Munir’ yang diracun dalam perjalanan dengan pesawat Garuda  ke luar negeri. Darah nabi akan menjadi pupuk yang menyuburkan iman umat Allah.
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor 12:9-10)
Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya dapat menjadi pegangan atau kekuatan kita dalam penghayatan iman yang ditandai oleh tugas pengutusan kenabian. “Aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus (Tuhan)” ,kata-kata inilah yang selayaknya menjadi pedoman atau pegangan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai umat beriman. Hidup dan terpanggil menjadi nabi memang harus mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan dan rahmat Tuhan serta tidak mengandalkan atau menyombongkan kekuatannya sendiri, yang sebenarnya lemah dan rapuh.
Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka tantangan, masalah dan hambatanm, bahkan baik tantangan, masalah dan hambatan justru akan semakin membuat diri kita lebih handal dalam menghayati panggilan kenabian, sebagaimana ‘Pendowo Limo’(Lima bersaudara): Puntodewo, Werkudoro, Janoko, Nakulo dan Sadewo yang dibuang dan  disiksa di tengah hutan belantara oleh saudara-saudaranya di Astino, tidak hancur melainkan justru semakin handal dan tangguh sebagai kesatria. Maka jika anda baik, benar, jujur dan tulus hati harus menghadapi masalah, tantangan dan hambatan, hendaknya hal itu dijadikan wahana untuk semakin mendewasakan diri dan membuat diri semakin handal dan tangguh.
"Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak -- sebab mereka adalah kaum pemberontak -- mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.” (Yeh 2:3-5), demikian firman Tuhan Allah kepada nabi Yeheskiel, yang kiranya juga baik kita jadikan firmanNya kepada kita semua, umat beriman. Marilah kita hadapi dan sikapi orang yang keras kepala dan tegar hati dengan lemah lembut dan rendah hati seraya mengandalkan rahmat dan kekuatan Tuhan. Sekeras kepala dan setegar hati apapun jika kita dekati dengan lemah lembut, rendah hati dan kasih pasti akan takluk. Bukankah binatang buas pun dapat ditaklukkan dengan kasih dan lemah lembut, apalagi manusia.
Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan;jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.”
 (Mzm 123)
Ign 8 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Sabtu, 07 Juli 2012

“Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua”

(Am 9:11-15; Mat 9:14-17)
“Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Tujuan utama berpuasa atau matiraga adalah untuk mengendalikan diri sedemikian rupa sehingga memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Matiraga pada masa kini memang kurang memperoleh perhatian dan orang lebih mengutamakan aneka macam bentuk kenikmatan fisik yang sebenarnya merusak tubuhnya maupun cara hidupnya. Jika kita dalam hal makan dan minum hanya mengikuti pedoman nikmat dan tidak nikmatm, yang berarti menyantap yang nikmat saja, maka kami percaya kita tidak sehat secara fisik dan dengan demikian juga tidak sehat secara moral, sosial maupun spiritual. Maka dalam hal makan dan minum kami harapkan kita semua berpedoman pada sehat dan tidak sehat: hendaknya kita senantiasa mengkomsumsi jenis makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak nikmat. Perhatikan, teliti dan cermati bahwa yang membuat makanan dan minuman menjadi enak dan nikmat tidak lain adalah bumbu-bumbu penyedap yang sarat dengan racun atau zat-zat yang merusak anggota tubuh kita. Marilah kita senantiasa berusaha mengkonsumsi makanan dan minuman yang organic bukan un-organic. Percayalah jika kita dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat serta dengan demikian senantiasa memilih dan mengkonsumi makanan dan minuman yang sehat, maka kita juga akan sehat pula dalam pergaulan maupun hidup beragama dan beriman. Jauhkan aneka macam jenis makanan instant yang tidak sehat di dalam keluarga atau tempat tinggal anda. Kita semua kiranya  sungguh masih perlu bermatiraga.
·   Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya. Perempuan bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu. Ia duduk di depan pintu rumahnya di atas kursi di tempat-tempat yang tinggi di kota, dan orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus jalannya diundangnya dengan kata-kata” (Am 9:12-15). Kutipan ini kiranya sangat bagus untuk kita refleksikan atau renungkan serta kemudian menjadi acuan dan peringatan cara hidup dan cara bertindak kita. Maaf jika dalam kutipan di atas lebih melihat perempuan daripada laki-laki karena mungkin secara umum perempuan memang lebih cerewet daripada laki-laki. Orang-orang cerewet pada umumnya merasa dirinya tidak aman dan terancam terus-menerus. Orang bijak pada umumnya berjalan lurus, berhati mulus, baik dan bermoral. Semua masalah atau persoalan hidup sehari-hari dihadapi dengan tenang, disikapi dengan bijak, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa juga selamat, damai sejahtera. Orang bijak pada umumnya juga sedikit bicara dan banyak bertindak atau bekerja. Marilah kita bersama-sama dan saling membantu untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijak. Jika kita senantiasa bertindak bijak maka akan tumbuh berkembang menjadi orang bijaksana. “Bijaksana adalah sikap dan perilaku yang dalam segala tindakannya selalu menggunakan akal budi, penuh pertimbangan dan tanggungjawab. Ini diwujudkan dalam perilaku yang cakap bertindak dan kehati-hatian dalam menghadapi berbagai keadaan yang sulit. Keputusan yang diambil berdasarkan pemikiran dan renungan yang mendalam sehingga tidak merugikan siapa pun dan dapat diterima oleh semua pihak” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 14-15). Kami berharap para pemimpin di tingkat dan bidang kehidupan bersama apapun senantiasa hidup dan bertindak dengan bijaksana.
Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.” (Mzm 85:11-14)
Ign 7 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Kamis, 05 Juli 2012

"Mengapa kamu memikirkan hal yang jahat di dalam hatimu?”

(Am 7:10-17; Mat 9:1-8)
“ Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia” (Mat 9:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kebanyakan orang pada umumnya lebih berpikiran jahat atau jelek daripada berpikiran baik terhadap saudara-saudarinya, apalagi yang sering dilakukan oleh para pengawas atau peneliti agar kelihatan berwibawa senantiasa berusaha lebih melihat kekurangan dan kelemahan daripada kelebihan dan kekuatan. Berpikiran jelek atau jahat berarti hidup dan bertindak mengikuti bisikan dan dorongan setan atau roh jahat. Sebagai orang beriman berarti berusaha hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan dan untuk itu senantiasa melihat dan mencari karya penyelenggaraan Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Beriman memang berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh karya penciptaan Tuhan, yang akhirnya senantiasa berusaha melihat apa yang baik dan berkembang dalam ciptaan-ciptaanNya. Marilah kita meneladan Yesus yang datang untuk mengampuni dosa manusia serta menggairahkan cara hidup dan cara bertindak manusia sesuai dengan kehendak dan perintahNya. Marilah kita senantiasa melihat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri saudara-saudari kita, sesama manusia. Kami berharap meneladan juga para orangtua yang pada umumnya lebih melihat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri anak-anaknya. Secara khusus kami berharap agar para guru, pendidik atau pembina dan pendamping anak-anak atau generasi muda untuk senantiasa melihat dan mengembangkan apa yang baik dalam diri anak-anak, peserta didik atau binaannya.
·   "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis” (Am 7:14-17). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan dan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam cara hidup dan cara bertindak kita, sebagai umat beriman. Suatu sikap positif terhadap orang lain itulah yang digambarkan dalam kutipan di atas ini, yang digambarkan sebagai seseorang yang sedang mempersiapkan tempat tidur bagi yang terkasih agar yang terkasih dapat tidur atau istirahat nyenyak; hal yang demikian ini kiranya juga sering dilakukan oleh pasangan suami-isteri yang baru saja menikah alias penganten baru di malam pertama maupun malam-malam berikutnya. Kami percaya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik daripada yang jelek, yang indah daripada amburadul, yang mulia daipada yang jorok dst.. Marilah kita hidup dan bertindak saling mengangkat dan memperkembangkan apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing, sehingga kehidupan bersama sungguh memikat, menarik dan mempesona serta nikmat dan bahagia, damai sejahtera dalam hidup bersama. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapanpun dan dengan siapapun tanpa pandang bulu/SARA. Para pemimpin dalam hidup bersama dalam bentuk apapun kami harapkan senantiasa berusaha melihat dan mengangkat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri mereka yang harus dipimpin serta kemudian memperkembangkannya. Berpikiran positif berarti ahli roh baik, sedangkan berpikiran jahat berarti ahli roh jahat.
Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah” (Mzm 19:8-11)
Ign 5 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

"Apa urusanMu dengan kami hai Anak Allah?”

(Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34)
“ Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka” (Mat 8:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penjahat ketiika tertangkap basah atas tindakan jahatnya pada umumnya sebelum dibekuk untuk diamankan akan berteriak guna mengancam penangkapnya. Penjahat berusaha melindungi diri dengan menakut-nakuti orang lain. Ada penguasa yang berusaha melindungi kejahatan dengan mengalihkan perhatian rakyat, misalnya dengan mengadakan kerusuhan antar agama, sebagaimana pernah terjadi dengan adanya kerusuhan berwarna agama yang terjadi di Pandeglang dan Temanggung tahun lalu, yang tidak lain adalah merupakan permainan penguasa untuk mengalihkan perhatian rakyat dari korupsi ke agama. Kerusahan yang dalam rangka singkat dapat diselesaikan adalah merupakan permainan penguasa atau pejabat, sedangkan kerusuhan sejati pada umumnya tak kunjung henti. Sabda hari ini mengingatkan kita semua perihal ciri orang baik dan orang jahat. Orang baik pada umumnya tampil atau menghadirkan diri dengan tenang, sedangkan orang jahat senantiasa merasa dirinya terancam dan ketika diketahui kejahatannya ia berusaha menggertak atau menakut-nakuti. Sekeras atau sekuat apapun usaha penjahat menakut-nakuti hendaknya dihadapi dengan tenang, jangan gegabah. “Pergilah”, demikian satu kata yang keluar dari Yesus menghadapi teriakan setan atau penjahat; satu kata yang sungguh wibawa dan kuasa. Kami berharap kepada anda sekalian ketika menghadapi ancaman hendaknya tenang dan tidak gegabah, seraya berdoa mohon kekuatan dan terang dari Allah dalam menghadapi ancaman. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan dengan mudah dan enak menghadapi aneka ancaman atau persoalan.
·   Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat” (Am 5:21-23). Tuhan memang sungguh memberi kebebasan kepada kita, manusia. Dalam kenyataan sering kita lihat ada orang-orang yang menyalahgunakan kebebasannya, yaitu untuk menjadi kesenangan atau kenikmatan pribadi saja dan kurang memperhatikan keselamatan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Marilah kita gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga kita menjadi orang yang sungguh menikmati kebebasan sejati, bukan kebebasan semu, kebebasan abadi bukan kebebasan sementara atau sesaat. Kepada siapapun yang menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan alias  hidup dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi, kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri: berjalan di jalan Tuhan. Marilah kita hayati kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa, bukan untuk melakukan sesuatu mengikuti selera pribadi. Hanya mengikuti selera pribadi pasti akan terjebak dalam kesesatan dan akhirnya menderita untuk selama-lamanya. Marilah kita jauhkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi, dan kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan agar selamat dan bahagia jiwa-raga kita. Kepada mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi kami ajak untuk segera bertobat dan memperbaharui diri: hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang berlaku.
"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung.” (Mzm 50:7-10)
Ign 4 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."

(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)
Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Thomas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:
·   Percaya atau beriman berarti mempersembahkan diri pada sesuatu yang tak kelihatan dengan jelas oleh indera mata fisik kita, namun mata hati melihatnya dengan jelas. Kita semua kiranya memiliki pengalaman konkret dalam hal percaya ini, yaitu dalam hal makan dan minum, yang disediakan bagi kita dan kemudian kita santap. Bukankah sebelum menikmati makanan atau minuman kita percaya bahwa kita tidak diracuni alias makanan dan minuman tersebut baik adanya, meskipun kita belum pernah menyelidikinya? Maka dalam rangka mengenangkan St.Thomas, rasul, hari ini saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal penghayatan iman atau kepercayaan kita dalam hidup sehari-hari. Orang yang tak menghayati iman atau kepercayaannya dengan baik dan benar pada umumnya akan membuat saudara-saudarinya tidak tenang atau gusar dan dengan demikian kehidupan bersama terganggu. Makan, minum, bekerja, belajar, bergaul atau bertindak apapun dengan dan dalam iman itulah panggilan kita semua segenap kaum beriman. Memang pertama-tama dan terutama sebagai sesama umat beriman kita harus saling percaya satu sama lain dan tidak saling curiga, maka masing-masing dari kita memang harus layak untuk dapat dipercaya. Salah satu cara untuk menjadikan diri pribadi sebagai orang yang dapat dipercaya tidak lain adalah kita senantiasa berkehendak baik serta berusaha untuk melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Marilah kita renungkan dan hayati bersama sabda Yesus:“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.".
·   “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:19-20). Sebagai orang beriman kita tak pernah terlepas dari Allah yang menganugerahkan iman, dan dengan demikian semua umat beriman menjadi ‘anggota-anggota keluarga Allah’, orang-orang yang cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Maka baiklah sebagai sesama anggota keluarga Allah atau umat beriman kita saling membantu dan mendukung dalam kehidupan kita bersama-sama; ketika ada salah seorang anggota atau rekan beriman hidup tidak baik dan tidak benar, hendaknya segera kita tegor dan ingatkan, karena jika ada salah satu orang anggota rusak atau tidak baik hidupnya berarti seluruh keluarga akan menderita. Kami berharap kesadaran dan penghayatan sebagai sesama anggota keluarga Allah ini dapat dihayati dalam komunitas yang terkecil dan dasar, yaitu di dalam keluarga-keluarga, antara suami dan isteri, orangtua dan anak-anak serta seluruh anggota keluarga. Keluarga damai, bahagia dan sejahtera baik secara fisik maupun spiritual itulah damban semua umat beriman. Jika kita semua di dalam keluarga kita masing-masing memiliki pengalaman mendalam perihal penghayatan iman, maka dengan mudah kita dapat menghayati iman di dalam komunitas yang lebih luas.  Kesaksian atau penghayatan iman dalam hidup sehari-hari meruapakan bentuk penghayatan tugas rasuli atau missioner yang paling utama dan terutama dan tak mungkin dapat digantikan oleh cara apapun. Semoga para pemuka agama lebih mengutamakan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dalam membina dan mengarahkan umatnya, tidak hanya sebatas pengetahuan agama saja.
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)
Ign 3 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

Senin, 02 Juli 2012

“Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya."

(Am 2:6-10.13-16; Mat 8:18-22)
Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berreflkesi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Penyelamat Dunia dan memiliki tugas pengutusan untuk menyelamatkan seluruh dunia. Ia memang telah berusaha keras untuk berkeliling kemana-mana, namun Ia juga membutuhkan tenaga atau bantuan orang lain untuk meneruskan dan menyebarluaskan tugas pengutusanNya, dengan kata lain Ia membutuhkan orang-orang yang bersedia untuk menjadi pengikut atau muridNya. Pengajaran maupun kepribadianNya menyentuh dan mempesona banyak orang, maka cukup banyak orang akhirnya menjadi pengikutNya. Untuk menjadi pengikut Yesus harus dengan besar hati dan sukarela meninggalkan segala sesuatu atau segala yang dimilikiNya serta siap sedia untuk diutus kemanapun tanpa syarat. Dalam kisah hari ini ada seseorang ingin mengikuti Yesus, namun ketika menerima jawaban Yesus bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya, ia pun mengundurkan diri karena kelekatannya pada sesuatu yang tak dapat ditinggalkan. Alasan ‘menguburkan ayah’ atau melayat merupakan sesuatu yang tak mungkin dibantah, dengan kata lain merupakan alasan yang tak mungkin dapat dibicarakan atau didiskusikan. Itulah yang sering disebut sebagai kelekatan tak teratur. Maka dengan ini kami mendambakan anda sekalian yang menjadi pengikut Yesus Kristus untuk sungguh melepaskan diri dari aneka kelekatan yang tak teratur, entah itu berupa harta benda atau sifat pribadi atau kenikmatan-kenikmatan tertentu yang berlawanan dengan kehendak Allah. Menjadi pengikut Yesus Kristus harus bebas merdeka secara total.
·   Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;” (Ams 2:6-10). Jika kita sungguh secara total meninggalkan kelekatan-kelekatan tak teratur, maka kita akan mampu menerima anugerah Tuhan, yaitu “mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik”. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan kami berharap para orangtua maupun para pengelola dan pelaksana karya pendidikan/sekolah lebih mengutamakan agar anak-anak atau para peserta didiknya lebih tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik daripada pandai, cerdas secara spiritual daripada cerdas secara intelektual. Memang mendidik anak-anak atau peserta didik untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik lebih sulit daripada mendidik agar lebih pandai. Jika orang sungguh memiliki kecerdasan spiritual alias baik, hemat saya kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti kecerdasan intelektual, sosial, emosional, fisik dapat diusahakan dengan mudah. Kecerdasan spiritual merupakan landasan atau dasar kecerdasan-kecerdasan lainnya. Apa yang disebut dalam kutipan diatas, yaitu kebenaran, keadilan dan kejujuran hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat kebohongan, ketidak-adilan dan korupsi masih merebak di sana-sini dan lebih sungguh memprihatinkan bahwa hal itu terjadi dalam diri para tokoh atau pemuka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negeri kita tercinta ini. Sekali lagi saya angkat salah satu usaha yang  hendaknya dikerjakan bersama-sama adalah peraturan dilarang menyontek di sekolah-sekolah, karena membiarkan para peserta untuk menyontek berarti mempersiapkan mereka untuk menjadi pembohong-pembohong dan koruptor-koruptor.
"Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu.Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu” (Mzm 50:16-21)
Ign 2 Juli 2012
*) Sumber Millis KD

"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”

(Rat 2:2.10-14.18-19; Mat 8:5-17)
“ Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Mat 5:8-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia datang ke dunia untuk menyelamakan seluruh dunia seisinya, tentu saja terutama manusia. Maka mereka yang sakit disembuhkan, yang berdosa diampuni, yang kesepian diperhatikan, yang lapar dan haus diberi makan dan minum dst.. Dalam kisah Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit serta mengusir setan. “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”, demikian firman yang disampaikan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia. Maka baiklah kita semua yang beriman kepadaNya hidup dan bertindak meneladanNya: hendaknya kita senantiasa siap sedia memikul kelemahan dan menanggung penyakit orang lain. Yang lemah kita kuatkan dan yang sakit kita sembuhkan, tentu saja tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga secara spiritual, yaitu mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Pertama-tama dan terutama marilah kita perhatikan mereka yang sakit hati dan sakit jiwa, dimana pada umumnya mereka mudah ngambeg atau marah-marah. Tentu saja menghadapi mereka yang mudah ngambeg dan marah-marah dibutuhkan kerendahan hati serta kasih pengampunan. Mereka yang mudah ngambeg atau marah-marah pada umumnya mengalami krisis afeksi, merasa kurang dikasihi dan terancam terus-menerus, maka hendaknya jangan dilecehkan atau direndahkan lagi, entah dengan kata-kata maupun tindakan. Angkatlah apa yang baik dan mengesan di hati mereka agar mereka sembuh dari sakit hati atau sakit jiwanya. Jika kita tak mampu membantu menyembuhkan, baiklah meneladan perwira sebagaimana dikisahkan hari ini, marilah kita datang menghadap Tuhan artinya mendoakannya.
·   Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai, puteri Sion, cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam; janganlah kauberikan dirimu istirahat, janganlah matamu tenang! Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!” (Rat 2:18-19). Kutipan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siang malam, kapan pun dan dimana pun tidak melupakan doa. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah kepada Yang Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak Yang Ilahi. Maka baiklah kita senantiasa membuka hati, jiwa dan akal budi kita akan aneka masukan kehendak baik saudara-saudari kita sebagai kepanjangan kehendak Yang Ilahi. Tentu saja secara konkret kita juga harus membuka diri terhadap mereka yang sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan kita, yaitu mereka yang miskin dan berkekurangan dalam aneka hal kebutuhan hidup sehari-hari yang layak. Kami ingatkan juga bahwa meskipun kita dalam keadaan sendirian di jalanan atau di rumah untuk tidak melakukan hal-hal yang jahat atau tak bermoral, ingatlah dan sadari mungkin tidak ada orang lain yang tahu, tetapi Tuhan mengetahui semuanya.
Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu? Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus.” (Mzm 74:1-3)
Ign 30 Juni 2012
*) Sumber Millis KD