Selasa, 31 Januari 2012

"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"

(Fil 4:4-9; Mat 18:1-5)
“Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Yohanes Bosko, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St Yohanes Bosko oleh Gereja diangkat sebagai pelindung kaum muda/remaja, karena perhatian pelayanannya kepada kaum muda/remaja. Maka dalam mengenangkan St.Yohanes Bosko kami mengajak dan mengingatkan kita semua, terutama generasi tua atau orangtua untuk memberi perhatian kepada kaum muda/remaja atau anak-anak secara memadai, entah mereka masih berada di dalam keluarga maupun telah atau sedang belajar di sekolah-sekolah. Kepada anda semua kami ingatkan bahwa anda dapat menjadi pribadi atau orang sebagaimana adanya saat ini hemat saya karena pendidikan atau sekolah, maka dengan rendah hati kami harapkan anda juga memperhatikan pendidikan atau sekolah-sekolah tanpa pandang bulu. Alokasikan dana dan tenaga yang memadai bagi pendidikan, entah di dalam keluarga maupun pemerintahan. Jika anda termasuk orang yang kaya dan telah cukup membeayai pendidikan anak-anaknya, kami harapkan solider terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan, entah secara pribadi atau organisatoris. Secara pribadi berarti memperhatikan orang-orang miskin yang telah anda kenal, dan tentu saja terutama para pembantu anda yang mengabdi dan melayani keluarga anda: bantulah anak-anak pembantu anda agar dapat belajar di sekolah-sekolah. Secara organisatoris berarti membantu yayasan atau lembaga pendidikan yang mengalami kesulitan financial karena mayoritas peserta didiknya berasal dari keluarga miskin. Tidak melayani, mendidik, mendampingi anak-anak atau remaja dengan memadai berarti anda bunuh diri pelan-pelan. Marilah kita boroskan waktu, tenaga dan dana/uang kita untuk pendidikan anak-anak.
·   Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Ef 4:4-6). Kita diingatkan dan diajak untuk senantiasa bersukacita dan berbaik hati kepada orang lain dimana pun dan kapan pun; kegembiraan dan kebaikan hati kita hendaknya tidak disembunyikan, melainkan biarlah dilihat dan diperhatikan orang lain. Bagi kita orang beriman tidak ada alasan untuk tidak gembira karena kita telah menerima anugerah Tuhan secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan berbaik hati kepada kita melalui aneka cara dan bentuk. Pewartaan kegembiraan dan kebaikan hati merupakan bentuk penghayatan tugas missioner atau pewartaan yang handal, daripada aneka ceramah, omongan, kotbah atau nasihat dst..  Kegembiraan dan kebaikan hati merupakan wujud iman kita kepada Tuhan, yang akhirnya mendorong kita untuk senantiasa bersyukur dan berterima kasih selama hidup di dunia ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan masalah. Jika kita menginginkan sesuatu hendaknya dengan rendah hati mohon kepada Tuhan seraya mohon pencerahan apakah yang kita inginkan sungguh dibutuhkan dalam usaha menghayati iman atau panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan. Dalam bersukacita kita juga dingatkan agar tetap dalam Tuhan, sehingga tidak terjebak ke aneka bentuk kenikmatan yang merusak tubuh dan jiwa kita, misalnya lalu menikmati narkoba atau pergaulan seks bebas. Bukti atau tanda bahwa kita sungguh bersukacita dalam Tuhan antara lain kelihatan dalam buahnya, yaitu kita semakin beriman kepada Tuhan, semakin hidup penuh syukur dan terima kasih, tidak serakah dan tidak hidup sesuai keinginan atau nafsu pribadi.
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.” (Mzm 112:1-6)
Ign 31 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Senin, 30 Januari 2012

“Keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu”

(2Sam 15:13-14.30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20)
“Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.” (Mrk 5:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Para penjahat ketika terjebak untuk ditangkap pada umumnya lebih memilih mati daripada tertangkap hidup-hidup, maka mereka lalu berusaha menyerang atau melawan habis-habisan seraya membentak atau menakut-nakuti mereka yang berusaha menangkapnya. Begitulah yang sering terjadi: setan lebih berteriak keras daripada Roh, penjahat lebih seram mengancam daripada orang-orang baik. Para penjahat karena dalam ketakutan pada umumnya juga senantiasa bersembunyi atau mengasingkan diri. Dalam kisah warta gembira hari ini setan-setan minta diperintah oleh  Yesus untuk pindah dari manusia ke kawanan babi-babi dan hal itu sungguh terjadi sehingga menjadi bahan percaturan banyak orang perihal mujizat pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus. Hal lain yang mungkin baik saya angkat adalah perihal babi, yang bagi umat Muslim dikatakan najis dan mereka tidak boleh makan daging bagi sesuai dengan fatwa yang diberlakukan. Nampaknya perihal babi yang haram atau najis ini dilatarbelakangi oleh kisah pengusiran setan dari manusia ke kawanan babi-babi. Bagi yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak merenungkan dan menghayati sabda Yesus kepada orang yang telah dibebaskan dari kuasa setan: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (Mrk 5:19) Sabda ini mengajak dan memanggil kita semua untuk kembali ke ‘jati diri’ kita masing-masing yang benar, yaitu sebagai gambar dan citra Tuhan melalui penghayatan panggilan maupun pelaksanaan tugas pengutusan.
·   "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2Sam 16:11-12), demikian kata Daud kepada para pegawainya. Pasrah diri sang raja Daud ini kiranya muncul dari ketulusan hatinya, yang antara lain ia menyadari dan menghayati diri telah berdosa atau melakukan apa yang tidak berkenan pada Tuhan. Daud mengimani bahwa Tuhan itu Mahatahu dan Mahaadil, Dia akan mengampuni orang yang mengakui dengan rendah hati dosa-dosanya serta siap sedia untuk bertobat atau memperbaharui diri, dan menghukum orang yang tahu terima kasih serta kasih pengampunan, yang suka balas dendam terhadap orang lain. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk memiliki ketulusan hati dan kejujuran, tidak menutupi kesalahan dan kekurangan diri sendiri jika memang demikian adanya, dan juga tidak melawan mereka yang akan mempersalahkan dan mengancamnya. Persembahkan atau serahkan semuanya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi, dan hendaknya juga jangan mengadili orang lain menurut keinginan atau kemauan pribadi. Jauhkan dan berantas sikap mental dan perilaku mengadili orang lain dan hayati serta sebarluaskan kasih pengampunan Tuhan kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun dalam dan melalui kesibukan dan pelayanan kita setiap hari.
“Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku” (Mzm 3:2-7)
Ign 30 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Rabu, 25 Januari 2012

“Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahuliNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya”

(2Tim 1:1-8; Luk 10:1-9)
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus, uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Timoteus dan Titus adalah teman/sahabat dan pembantu Paulus dalam mewartakan Kabar Baik, dan kemudian dua sahabat ini diserahi tugas untuk menggembalakan umat Allah, orang-orang yang telah menerima pewartaan Kabar Baik serta dibaptis, alias mereka menjadi uskup. Hal ini kiranya yang menjadi inspirasi bagi para Gembala Gereja Katolik masa kini untuk menghayati kolegialitas dalam tugas penggembalaan, misalnya di Indonesia para Gembala/uskup tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kolegialitas atau kebersamaan dalam mengemban tugas pengutusan atau menghayati panggilan itulah yang diharapkan juga dihayati oleh siapapun yang berpartisipasi dalam penggembalaan umat Allah: para uskup, para pastor paroki, rektor, ketua stasi, ketua lingkungan dst..  Kolegialitas atau kebersamaan dalam tugas dan pengutusan ini penting sekali, mengingat dan memperhatikan godaan, masalah dan tantangan ada di mana-mana dan cukup besar, maka jika dihadapi bersama-sama kiranya kita akan mampu mengatasi godaan, masalah dan tantangan dalam rangka mewartakan Kabar Baik. Kebersamaan hidup bersama dalam komunitas atau paguyuban umat Allah/ beriman pada dirinya sudah merupakan Kabar Baik atau bersifat missioner. Siapapun yang melihat hidup bersama yang rukun, penuh dengan perdamaian dan persahabatan sejati pasti akan tergerak dan terpesona serta tertarik untuk menggabungkan diri. Kebersamaan atau persaudaraan merupakan salah satu bentuk ‘pre-evangelisasi’ atau jalan masuk yang mulus bagi kedatangan Tuhan, Yang Ilahi. 
·   Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah” (2Tim 1:6-8). Peringatan Paulus kepada Timoteus ini kiranya juga terarah kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk “mengobarkan karunia Allah yang ada pada kamu”. Jika kita berani dan dengan jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui dan menghayati bahwa kita telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah. Sebagai tanda bahwa kita sungguh mengobarkan kasih karunia Allah adalah ‘membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban’. Cara hidup dan cara bertindak orang yang telah menerima kasih karunia Allah serta mengobarkannya dalam hidup sehari-hari senantiasa membuat orang semakin kuat dalam iman, semakin kuat membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin hidup saling mengasihi satu sama lain serta semakin tertib dalam hidupnya. Tertib dalam cara hidup dan cara bertindak pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak dan kurang tertib dalam cara hidup dan cara bertindaknya serta hanya mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri tanpa aturan dan tata tertib. Jika semua orang hidup dan bertindak tertib alias menghayati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, maka hidup bersama akan sungguh menarik, memikat dan mempesona, tidak ada permusuhan, iri hati, tawuran dan kebencian.
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya” (Mzm 96:1-3.7-8a)
Ign 26 Januari 2012
*) Sumber: Millis KD

“Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

(Kis 22:5-16; Mrk 16:15-18)
“ Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pertobatan St.Paulus, rasul agung, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setiap mengenangkan pertobatan St.Paulus saya senantiasa teringat akan ceritera perihal Sejarah Serikat Yesus, yang saya terima ketika masih di Novisiat Serikat Yesus di Girisonta, Ungaran. Konon Serikat Yesus yang baru berdiri, dimana anggota-anggotanya tersebar dan kurang tinggal bersama maupun doa bersama ditegor oleh pejabat Vatikan/Kepausan:”Bagaimana para Yesuit itu, katanya menyatakan diri sebagai religious atau hidup membiara, lha kok jarang berdoa bersama dan bahkan para anggotanya pergi terus?”. Sekretaris Serikat Yesus pun menjawab:”Ya kami mengikuti jejak St.Paulus, yang berkeliling dunia untuk mewartakan Injil/Kabar Baik”. St.Paulus memang berkeliling dunia dan menghayati sabda Yesus “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahhluk”. Sabda ini tidak hanya bagi Paulus, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua mengakui bahwa kita setiap hari juga bepergian, artinya keluar dari rumah atau tempat tinggal untuk melaksanakan tugas pengutusan atau kewajiban. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya bepergian ke manapun dan sedang melakukan tugas apapun kita senantiasa juga mewartakan Injil atau Kabar Baik. Dengan kata lain semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa tersiarkan atau terberitakan apa-apa yang baik dalam diri kita, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik, semua tugas dan kewajiban dapat kita lakukan dan selesaikan dengan baik. Jika kita semua melakukan apa yang baik, maka akan terjadilah kesatuan dan persaudaraan sejati di antara kita; doa-doa kita di Pekan Doa bagi Kesatuan Umat Kristen terkabul.
·   Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kis 22:16), demikian kutipan dari kotbah Paulus. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Seruan Paulus tersebut terutama diarahkan kepada mereka yang ragu-ragu atau kurang atau  tidak mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan alias kurang atau tidak beriman. Kepada mereka diajak dan dipanggil untuk bertobat, memperbaharui  diri: yang terbiasa melakukan dosa hendaknya segera meninggalkannya, yang kurang disiplin hendaknya segera mendisiplinkan diri, yang tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan hendaknya segera berusaha untuk setia dst… Selanjutnya hendaknya kita senantiasa “berseru kepada nama Tuhan”, artinya mengawali dan mengakhiri aneka tugas dan pekerjaan dengan berdoa. Bagi umat Katolik mungkin hanya diawali dengan membuat tanda salib kiranya sudah cukup, asal kemudian melakukan tugas dan pekerjaan dalam dan dengan terang Yang Tersalib. Jika terpaksa akan marah atau menegor orang lain, hendaknya diawali dengan membuat tanda salib. Di Indonesia ini setiap hari kita dapat mendengarkan suara azan, seruan untuk memuliakan dan memuji Tuhan, dari masjid-masjid. Semoga setiap kali mendengar suara tersebut kita tidak merasa terganggu, melainkan hendaknya menyatukan diri dengan rekan-rekan umat Islam yang sedang mendengarkan suara atau ajakan tersebut seraya menghayati diri berada di hadirat Tuhan. Maka entah di dalam perjalanan karena sedang bepergian atau berada di rumah atau tempat kerja ketika mendengar suara azan dari masjid-masjid tersebut kita bersyukur dan berterima kasih karena diingatkan agar kita senantiasa harus hidup dan bertindak dalam dan bersama Tuhan. Hendaknya suara tersebut sungguh disikapi sebagai ajakan untuk bersama-sama memuliakan dan memuji Tuhan. Semoga di dalam perjalanan ke manapun kita senantiasa dapat mengusir dan mengalahkan setan yang terus merayu dan menggoda kita untuk berbuat dosa.
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)
Ign 25 Januari 2012
 *) Sumber millis KD

Jumat, 20 Januari 2012

“Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat?”

(1Sam 17:32-33.37.40-51; Mrk 3:1-6)
“ Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.” (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari ‘Sabat’ dalam tradisi Yahudi adalah hari istirahat dan dipersembahkan kepada Allah. Pada hari Sabat , yang berarti hari Sabtu,  ini masa kini di daerah Yahudi memang kegiatan kantor dan sekolah-sekolah libur dan masyarakat menikmati hari itu untuk berrekreasi dengan seluruh anggota keluarga. Mereka memang tidak boleh bekerja pada hari Sabat, maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat orang-orang Yahudi mempersalahkanNya. Menanggapi sikap orang-orang Farisi tersebut Yesus bersabda;” Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?”. Orang yang waras dan berbudi pekerti luhur atau bermoral kiranya akan memilih untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa. Perbuatan baik dan penyelamatan nyawa atau jiwa mengatasi aneka tata tertib atau kebiasaan-kebiasaan hidup. Hemat saya aneka tata tertib dan kebiasaan hidup pada umumnya bertujuan untuk melakukan apa yang baik, dan memang ada keterbatasan apa yang terjadi dalam kata-kata atau rumus-rumus tata tertib. Untuk berani mengatasi atau ‘melanggar’ tata tertib memang mengandaikan pengetahuan dan pemahaman tata tertib dengan baik dan benar serta berwawasan luas. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan agar anak-anak kita sedini mungkin untuk melakukan apa yang baik seraya diberitahukan aneka tata tertib yang berlaku maupun aneka pengetahuan yang perlu untuk hidup bersama. Keselamatan jiwa hendaknya menjadi barometer atau tolok ukur dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
·    "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.” (1Sam 17:45-47), demikian kata Daud kepada orang-orang Filistin. Berperang dalam nama Tuhan semesta alam itulah yang dihayati oleh Daud, bukan ‘dengan pedang dan tombak dan lembing’. Kita semua dalam hidup sehari-hari juga dipanggil untuk berperang, tetapi berperang melawan kejahatan-kejahatan. Dalam hal ini saya teringat apa yang terjadi di Filipina dalam revolusi rakyat untuk menggulingkan presiden Marcos. Tank-tank dan persenjataan lengkap dan mutakhir yang dipakai oleh tentara-tentara yang gagah dan kekar dihadapi oleh para wanita, ibu-ibu dan anak-anak dengan memegang rosario seraya berdoa rosario. Pasukan tentara utusan Marcos pun akhirnya bertekuk lutut di hadapan para ibu, wanita dan anak-anak tersebut. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap pribadi orang ada kerinduan dan dambaan mendalam akan Tuhan di dalam hatinya?  Maka hendaknya menyikapi dan menghadapi siapapun, termasuk para penjahat, senantiasa di dalam dan bersama dengan Tuhan, artinya hadapi dan sikapi dalam dan dengan cintakasih. Setiap orang yang hidup serta masih hidup sampai saat ini hanya karena cintakasih, tanpa cintakasih mereka tak dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Mereka menjadi jahat dan berbuat jahat, hemat  kurang menyadari dan menghayati cintakasih yang telah diterimanya, maka marilah kita tolong untuk menyadari dan menghayati cintakasih dengan kita kasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh atau tenaga. Dalam dan dengan cintakasih Tuhan kita akan mampu menghadapi dan mengatasi aneka kejahatan yang ada di sekitar kita.
Engkau yang memberikan kemenangan kepada raja-raja, dan yang membebaskan Daud, hamba-Mu! Bebaskanlah aku dari pada pedang celaka dan lepaskanlah aku dari tangan orang-orang asing, yang mulutnya mengucapkan tipu, dan yang tangan kanannya adalah tangan kanan dusta.” (Mzm 144:10-11)
Ign 18 Januari 2012. Note: mulai hari ini kita diajak untuk berdoa bagi kesatuan umat Kristen/pengikut Yesus Kristus s/d tgl 25 Januari, Pesta Bertobatnya St.Paulus. 
*) Sumber Millis KD

Kamis, 19 Januari 2012

“Engkaulah Anak Allah”

(1Sam 18:6-9; 19:1-7; Mrk 3:7-12)
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.” (Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pengakuan akan Yesus sebagai ‘Anak Allah’ muncul dari setan atau penjahat, sementara itu para murid atau rasul belum sampai untuk mengimani Yesus sebagai ‘Anak Allah’, artinya menghayati iman akan Yesus, Penyelamat Dunia di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ada kemungkinan kita belum memahami sepenuhnya apa arti menjadi anak-anak Allah, maka marilah kita saling membantu dan bertukar pengalaman, sehingga kita semakin memahami dan diperkaya. Gambaran Allah di sini dijiwai oleh semangat paternailistis, yaitu penting dan mutlaknya peranan bapak di dalam keluarga, dimana anak-anak senantiasa taat kepada bapak serta meneladan cara hidup dan cara bertindak bapak. Maka menjadi anak-anak Allah berarti senantiasa mentaati kehendak Allah, sebagaimana juga dihayati oleh Yesus, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah. Kehendak dan perintah Allah antara lain agar kita mengusir setan, yang melayang-layang di permukaan bumi ini serta berusaha membujuk manusia untuk berbuat jahat. Setan-setan antara lain menggoda antara lain dalam tawaran-tawaran kenikmatan yang terkait dengan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi, yang sering dengan samar-samar atau halus menggoda kita. Maka kami berharap kepada anda semua untuk peka terhadap tawaran-tawaran kenikmatan tersebut, dan sekiranya ragu-ragu menghadapi tawaran tersebut segera tolaklah atau hindari, jangan coba-coba mengikuti, karena dengan demikian anda pasti akan terjatuh alias mengikuti godaan tersebut dan dengan demikian mengingkari diri sebagai anak-anak Allah.
·    "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.” (1Sam 19:2-3), demikian kata Yonatan kepada Daud. Kutipan di atas ini kiranya dapat menjadi contoh yang baik bagi kita semua dalam rangka menghadapi rayuan atau godaan setan. Untuk sementara jika kita tidak mampu menghadapi, hendaknya menyingkir mencari perlindungan atau penerangan. Dengan kata lain hendaknya menghadap kepada orang yang dapat memberi nasihat atau tuntunan dalam menghadapi godaan atau rayuan setan, misalnya kepada pembimbing rohani, entah itu awam, biarawan, biarawati, imam/pendeta/kyai dst.. Dengan rendah hati kita dengarkan nasihat atau tuntunannya. Selain menghadap pembimbing rohani ada kemungkinan lain, yaitu berdoa mohon pencerahan dari Tuhan. Jika anda masih anak atau remaja, baiklah minta penerangan atau tuntunan dari orangtua masing-masing, kami percaya bahwa orangtua anda memiliki pengalaman dalam menghadapi aneka godaan atau rayuan setan. Pendek kata hendaknya mencari nasihat atau tuntunan kepada orang yang dinilai cakap dan bijak dalam memberi nasihat atau tuntunan, jangan mencari nasihat atau tuntunan kepada teman sederajat, yang ada kemungkinan akan sama-sama tersesat. Para orangtua atau pembimbing rohani hendaknya meneladan Yonatan, yaitu ketika melihat anak-anaknya atau orang yang menjadi bimbingannya hendaknya proaktif memberi tahu mereka jika mereka dalam bahaya godaan atau rayuan setan. Jangan menunggu untuk memberi tahu, agar mereka tidak terjebak pada godaan atau rayuan setan. Cara lain untuk menghadapi godaan atau rayuan setan adalah membuka diri pada orang lain bahwa anda dalam godaan atau rayuan, karena dengan demikian orang lain tersebut pasti akan mendampingi dan menyertai anda, dan dengan anda membuka godaan atau rayuan setan sebenarnya setan akan mundur teratur, dan tak akan menggoda atau merayu lagi.
“Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.”
(Mzm 56:9-13)
Ign. 19 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Selasa, 17 Januari 2012

“Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21)
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat 19:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana  sebagai berikut:
·   Semua orang kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia selamanya di sorga bersama Tuhan, setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, sebagaimana didambakan dan ditanyakan oleh seseorang kepada Yesus dalam Warta Gembira hari ini. Jika kita sungguh mendambakan hidup kekal marilah kita hayati atau laksanakan sabda Yesus “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku”. Sabda ini kiranya telah dihayati atau dilaksanakan oleh St.Antonius, Abas, serta para pengikutnya. Sabda tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi Antonius dan para pengikutnya, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Maka marilah kita yang beriman kepada Yesus Kristus bekerjasama dan saling membantu untuk menghayati atau melaksanakan sabda tersebut. Memang tak mungkin bagi kita semua untuk menghayati sabda tersebut apa adanya, maka baiklah saya ajukan kurang lebih apa yang dimaksudkan bagi kita semua. Sabda tersebut terkait dengan masalah harta benda atau uang: hendaknya memfungsikan aneka jenis harta benda serta uang sedemikian rupa sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia alias juga semakin memiliki banyak sahabat. Kita juga diharapkan dan dipanggil untuk membantu mereka yang miskin atau melarat, entah karena kesalahan pribadi atau kesalahan orang lain. Prinsip hidup “preferential option for/with the poor”=keberpihakan bagi dan bersama yang miskin/melarat, hendaknya dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.
·   “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Ef 6:10-13), demikian nasehat Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Mengenakan senjata Allah berarti tidak bersikap materialistis sebagaimana dihayati oleh mayoritas manusia di bumi masa kini. Derap langkah pertumbuhan dan perkembangan teknologi dengan aneka macam produksinya telah mempengaruhi banyak orang bersikap mental materialistis, dan sikap mental ini juga merasuki umat beragama, termasuk para pemimpin agama (dalam Gereja Katolik: pastor, bruder dan suster). Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk tidak bersikap materialistis di dalam keluarga dengan teladan atau inspirasi dari para orangtua.  Mengenakan senjata Allah secara positif berarti memiliki kecerdasan spiritual, yang cirikkasnya, sebagaimana diketengahkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya “SQ” , adalah “mampu bersikap fleksibel(adaptif secara spontan dan aktif), memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, cenderung untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan ‘holistik’),cenderung untuk bertanya ‘mengapa’ atau ‘bagaimana jika’ untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi” (lih Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan, Bandung 2000, hal 14). Marilah kita berusaha bersama-sama menghayati apa yang menjadi cirikhas kecerdasan spiritual di atas ini.
Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia
(Mzm 89:20-22)
Ign 17 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Senin, 16 Januari 2012

“Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”

(1Sam 15:16-23; Mrk  2:18-22)
Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.” (Mrk 2:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Di dunia ini setiap hari ada yang baru dan pada umumnya orang senang dengan yang baru, berbahagia dengan yang baru. Apa yang baru itu? Misalnya; baju baru, teman baru, keluarga baru, imam/bruder/ suster baru, rumah baru, pekerjaan/tugas/jabatan, baru, baptisan baru dst.. Ketika memasuki atau memakai apa yang baru tersebut pada umumnya orang juga memiliki semangat baru yang menjanjikan masa depan yang cerah dan membahagiakan, apalagi untuk mencapai yang baru tersebut orang harus berjanji, misalnya janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, sumpah jabatan dst.. “Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula”, demikian sabda Yesus. Marilah kita renungkan dan hayati sabda ini. Sekali lagi saya tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk setia pada janji yang telah kita ikrarkan ketika memasuki hidup baru maupun tugas/ jabatan baru, sebagai agar kita sungguh menyimpan“anggur yang baru dalam kantong yang baru pula”. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis kami ajak untuk setia menghayati janji baptis, karena jika setia pada janji baptis dengan mudah kita akan setia pada panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban yang baru atau ‘hidup baru’ di rumah yang baru dengan teman yang baru dst.. Sebaliknya jika kita kurang atau tidak setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan, marilah kita melakukan lakutapa atau matiraga. Matiraga berarti mengendalikan seluruh anggota raga atau tubuh sehingga berfungsi untuk mengabdi, melayani, memuji dan menghormati Tuhan maupun saudara-saudari kita yang hidup dan bekerja bersama dengan kita.
·   TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka. Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"(1Sam 15:18-19), demikian kata nabi Samuel kepada raja Saul. Apa yang dilakukan oleh Saul ini kiranya juga sering dilakukan oleh para pemimpin atau raja di tingkat apapun atau dalam kehidupan bersama apapun. Menyeleweng atau berselingkuh dalam tugas dan pekerjaan itulah yang sering dilakukan. Sebagai contoh orang diberi tugas ke luar kota untuk beberapa hari karena kesepian lalu berselingkuh pergi ke tempat pelacuran. Tegoran Samuel di atas mengajak dan mengingatkan kita semua untuk ‘berujud lurus’ atau dalam hal penggunaan harta benda atau uang sesuai dengan motto ‘intentio dantis’ (=maksud pemberi). Ingatlah dan sadarilah jika kita menyeleweng atau berselingkuh mungkin untuk sementara tak ketahuan orang lain, tetapi Tuhan tahu, dan akhirnya penyelewengan atau perselingkuhan anda pada suatu saat akan ketahuan juga dan andapun akan malu serta kena hukuman yang memadai sesuai dengan penyelewengan atau kejahatan atau perselingkuhan anda. “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, demikian kata sebuah pepatah. Serapi-rapi dan seketat apapun anda menyembunyikan penyelewengan, perselingkuhan atau kejahatan anda akhirnya ketahuan juga. Hendaknya kita jujur dalam dan selama melaksanakan tugas pengutusan atau mengemban fungsi atau jabatan tertentu. Kejujuran pada masa kini sungguh dibutuhkan. “Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17)
"Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu.Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."
(Mzm 50:16b-17.21.23)
Ign 16 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

“Marilah dan kamu akan melihatnya”

Ketika saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang serta melayani beberapa yayasan pendidikan, saya sering berkeliling untuk mengunjungi paroki maupun sekolah-sekolah, lebih-lebih dan terutama yang miskin. Dalam suatu kunjungan ke daerah Wonosari saya mengajak dua rekan awam, pengusaha menengah di kota Semarang, sambil berziarah di goa Maria Singkil-Wonosari. Ketika kami berada di goa Maria Singkil, rekan saya ingin buang air kecil atau kencing, maka saya minta kencing saja di sekitar tempat goa ini, tidak apa-apa. Maklum memang waktu itu di kompleks goa Maria Singkil belum tersedia ‘toilet’. Melihat hal itu rekan saya tergerak untuk membangun atau membuat ‘toilet’, mengingat dan memperhatikan  yang berziarah juga banyak rekan-rekan perempuan, yang kiranya membutuhkan tempat khusus untuk buang air kecil alias ‘toilet’. Perjalanan dari Singkil kami ajak mengunjungi sekolah SD Sanjaya yang tak terlalu jauh dari Singkil. Setelah melihat dan mendengarkan apa yang diceriterakan oleh para guru, mereka pun tergerak untuk membantu sekolah tersebut. Dan memang tak lama kemudian ‘toilet’ dibangun di kompleks goa Maria Singkil dan setiap bulan mereka juga membantu atau memberi sumbangan untuk SD Sanjaya, yang miskin tersebut. Dengan mendatangi dan melihat langsung orang tergerak untuk melakukan sesuatu yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, itulah yang terjadi.
Marilah dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:39)
Jawaban Yesus terhadap Andreas dan temannya ini kiranya juga menjadi sabda Yesus bagi kita semua yang beriman kepadaNya, entah secara formal berarti resmi menjadi murid Yesus dengan dibaptis atau informal dalam arti baptis batin. Kita semua dipanggil untuk keluar dari diri sendiri, entah itu secara phisik maupun spiritual. Secara phisik berarti tidak hanya duduk-duduk di kamar saja ketika berada di rumah maupun di tempat kerja, melainkan hendaknya luangkan waktu dan tenaga sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan untuk melangkah keluar dari kamar, berjalan-jalan dan melihat apa yang terjadi di lingkungan hidup atau kerja anda. Sedangkan secara spiritual yang kami maksudkan antara lain hendaknya kita jangan hanya memikirkan kepentingan atau keinginan pribadi, melainkan kepentingan umum atuu bersama.
Jika kita memiliki hati, jiwa dan akal budi yang baik, maka ketika kita berjalan-jalan dan melihat apa yang ada dan terjadi dilingkungan hidup kita, percayalah anda pasti akan digerakkan untuk melakukan sesuatu serta diberi kesempatan untuk berubah lebih baik dari apa yang ada sekarang atau saat ini. Percayalah kita pasti akan dapat berkata-kata seperti Andreas jika kita sungguh melihat dalam dan dengan iman: “Kami telah menemukan Mesias (artinya Kristus)” atau  “Kami telah menemukan Tuhan, yang memanggil dan mengutus kami”. Ketika melihat dan bertemu dengan Tuhan, maka mau tak mau kita pasti akan diutusNya untuk menghayati iman kita akan Penyelamat Dunia. Kita dipanggil untuk mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk dunia dan dimana ada bagian dunia yang tidak selamat segera kita selamatkan.
Dalam hal melihat ini saya pribadi sangat terkesan dengan tegoran atau peringatan ayah saya (alm) ketika saya masih kecil, yaitu “Barang kathon wae ora biso nggarap, ojo maneh sing ora kathon” (=”Yang kelihatan saja tidak dapat mengerjakan, apalagi yang tidak kelihatan”). Tegoran atau peringatan ini sungguh membekali pribadi saya untuk senantiasa melihat apa yang tidak kelihatan, yang tak dapat diindrai dengan mata kepala kita ini, sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ‘ada udang di balik batu’, ada sesuatu yang lebih berharga atau bernilai dari apa yang kelihatan. Yang lebih berharga atau bernilai tersebut ada di balik aneka kejadian atau peristiwa, kata-kata atau perilaku yang dapat kita lihat dan dengar, maka marilah kita lihat dengan dan dalam kacamata iman. Melihat dengan dan dalam kacamata iman berarti kita sendiri sungguh beriman serta memiliki dambaan suci. Andreas dan temannya yang menanggapi ajakan Yesus untuk datang dan melihat, hemat saya mereka sungguh beriman serta memiliki dambaan suci. Orang yang sungguh beriman dan memiliki dambaan suci ketika melihat sesuatu pasti akan semakin beriman dan semakin suci, entah sukses atau gagal dalam tugas dan pekerjaan senantiasa akan bersyukur dan berterima kasih.
Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri” (1Kor 6:17-19)
Tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu” dan “Jauhkan dirimu dari percabulan”, inilah yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan serta kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Percabulan dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, entah sendirian atau bersama dengan orang lain, yang sejenis maupun lain jenis. Berbuat cabul sendirian misalnya masturbasi atau onani, sedangkan dengan orang lain misalnya dengan bermain-main alat kelamin orang lain, entah sejenis atau lain jenis. Percabulan merupakan perendahan atau pelecehan tubuh manusia atau diri pribadi manusia sebagai citra atau gambar Tuhan. Hendaknya anak-anak sedini mungkin dididik dan didampingi dalam hal atau seluk-beluk seksual: kenikmatan seksual adalah anugerah Tuhan untuk membangun dan memperdalam cintakasih kepada Tuhan dan sesama manusia.
Menghayati tubuh sebagai bait Roh Kudus berarti segala gerak-gerik anggota tubuh hendaknya senantiasa berfungsi untuk mendukung kita semakin beriman, berbakti sepenuhnya kepada Tuhan, semakin suci. Dengan kata lain hendaknya buah gerak-gerik anggota tubuh kita adalah apa-apa yang baik, menyealamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaaan jiwa. Kita juga diajak menghayati bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan, maka kita juga tidak mungkin seenaknya sendiri memperlakukan tubuh kita seperti sering dilakukan beberapa orang. Kami sering mendengar bahwa mereka yang mau menggugurkan kandungan memiliki alasan hak asasi, yaitu hak terhadap tubuh sendiri. Alasan ini kelihatan logis atau masuk akal, padahal muncul dari kebejatan moralnya, yaitu hubungan seks bebas.
Memang kita bebas memperlakukan anggota tubuh kita, tetapi hendaknya juga diingat bahwa kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Kita dapat memperlakukan anggota tubuh kita seperti apapun asal tidak melanggar cintakasih. Penghayatan cintakasih antara lain hormat dan menjunjung harkat martabat manusia sebagai gambar atau citra Allah. Menggunakan anggota tubuh hanya untuk kenikmatan pribadi yang mengarah ke egois hemat saya melanggar cintakasih. Kepada mereka yang dianugerahi kecantikan atau ketampanan tubuh kami harapkan tidak dengan mudah ‘menjual diri’, antara lain dengan berperilaku sedemikian rupa sehingga merangsang orang lain untuk berbuat jahat atau berdosa, memikirkan apa yang jahat dan berdosa. Untuk itu hendaknya diperhatikan cara berpakaian maupun pemakaian aneka assesori, sehingga tidak mudah merangsang orang lain untuk memikirkan yang jahat dan berdosa serta kemudian melakukan kejahatan atau berdosa.
Marilah kita fungsikan anggota-anggota tubuh kita sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga semua gerakan tubuh kita senantiasa merupakan ungkapan atau perwujudan  cintakasih, kita saling mengasihi. Misalnya mulut antara lain untuk mencium, maka jika mencium orang lain hendaknya sungguh merupakan perwujudan kasih bukan nafsu, sehingga yang kita cium pun akhirnya menikmati kasih yang luar biasa dan kemudian juga akan senantiasa mengasihi orang lain atau sesamanya.   
Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita” (Mzm 40:2-4b)
Ign 15 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Jumat, 13 Januari 2012

“Angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”

(1Sam 8:4-7.10-22a; Mrk 2:1-12)
“Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." (Mrk 2:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mujizat yang dibuat oleh Yesus membuat iri hati atau pikiran jahat para ahli Taurat, karena mereka merasa tersaingi dengan kehadiran dan karya Yesus. Sebaliknya orang-orang kebanyakan atau rakyat menjadi semakin percaya kepadaNya bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia yang telah dijanjikan oleh Allah, dan mereka pun berkata “Yang begini belum pernah kita lihat”. Mereka menyaksikan bagaimana orang lumpuh karena sabdaNya menjadi sembuh dan dapat berjalan normal. Mungkin di antara kita juga dengan mudah iri hati serta merasa disaingi ketika ada sesuatu yang baru dan lebih menarik, mempesona dan berpengaruh; jika demikian adanya kami ajak menghayati sabda Yesus kepada orang lumpuh yang baru saja disembuhkan, yaitu “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”. Pulang ke rumahmu artinya kembalilah ke jati dirimu sebagai ciptaan Allah, yang diciptakan untuk menghormati, mengabdi dan memujiNya melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban masing-masing. Dengan kata lain: sebagai orang yang katolik hendaknya menghayati kekatolikannya, sebagai orang beragama menghayati ajaran agamanya, sebagai suami/isteri, imam, bruder atau suster menghayati janji atau kaulnya dst… Hendaknya jangan saling iri hati atau merasa diisaingi oleh orang lain yang memang sungguh berbeda dengan kita.     
·   Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya; ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya” (1Sam 8:11-14), demikian kata Samuel kepada bangsanya. Apa yang digambarkan oleh Samuel perihal raja ini kiranya raja yang serakah dan ingin memperkaya diri, dan rasanya kebanyakan raja di dunia ini demikian adanya. Raja pada umumnya ingin disembah, dipuji dan dihormati serta kepadanya dipersembahkan upeti, tetapi tak pernah melayani. Hal ini kiranya kebalikan dalam Gereja Katolik dimana para pemimpin sungguh berhasrat dan berkehendak untuk melayani, meneladan Yesus yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Maka kami berharap kepada siapapun yang menjadi pemimpin dalam umat katolik di tingkat apapun kami harapkan bersemangat melayani. Bapak atau ibu keluarga hendaknya bersemangat melayani, yaitu melayani anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan yang dilayani, maka para orangtua kami harapkan sungguh berusaha membahagiakan anak-anaknya, dengan gembira dan ceria memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya disamping dana/uang atau harta benda. Kebahagiaan sejati para orangtua adalah jika anak-anaknya juga dalam keadaan bahagia masa kini maupun mendatang ketika mereka sudah dewasa dan mungkin juga berkeluarga, menjadi imam, bruder atau suster.
“Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu; karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah. Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi” (Mzm 89:16-18).
Ign 13 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Kamis, 12 Januari 2012

“Aku mau jadilah engkau tahir”

(1Sam 4:1-11; Mrk 1:41-45)
‘Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru” (Mrk 1:40-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pribadi Yesus, Penyelamat Dunia, memang sungguh berwibawa dan berkuasa, SabdaNya mampu menyembuhkan orang sakit, sehingga semakin banyak orang yang tergerak untuk datang kepadaNya serta mohon penyembuhan dari penyakitnya. Namun mereka salah faham atau tidak mengetahui siapa sebenarnya Yesus, dan Yesus pun juga menyadari hal itu, maka Ia mencoba menyingkir dengan “tinggal di tempat-tempat yang sepi” untuk berdoa dan menyadari Diri agar tidak terjebak pada dambaan kebanyakan orang yang salah faham perihal siapa Dia sebenarnya. Apa yang terjadi pada dan dilakukan oleh Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi, lebih-lebih bagi mereka yang menjadi favorit bagi banyak orang. Hendaknya jangan sampai kebanyakan orang terhenti pada pujian dan sanjungan pada diri anda yang favorit itu, sehingga ada kemungkinan anda menjadi sombong, tetapi berusahalah agar kebanyakan orang yang memperhatikan anda tidak terhenti pada diri anda, melainkan terarah kepada Dia yang telah menganugerahi kelebihan kepada anda, yaitu Tuhan. Dengan kata lain jika anda dianugerahi kelebihan yang membuat anda menjadi favorit, hendaknya anda tetap rendah hati serta berusaha mengarahkan mereka yang memuji dan memuja anda agar semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Secara khusus kami berharap kepada para pemimpin maupun artis, yang sering menjadi favorit bagi kebanyakan orang, untuk sering menyepi dan berdoa mohon kepada Tuhan agar tidak jatuh kepada kesombongan.
·   "Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu. Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun.” (1Sam 4:7-8), demikian kata-kata orang Filistin yang berkendak jahat terhadap bangsa terpilih serta ingin menghabisi bangsa terpilih. Bangsa terpilih yang jumlahnya sedikit dan kelihatan lemah ternyata disertai dan didampingi oleh Tuhan di dalam perjalanannya menuju tanah terjanji. Bukankah hal ini dapat menjadi cermin untuk mawas diri bagi siapapun yang merasa terpilih? Terpilih menjadi juara lomba, akreditasi sekolah atau lamaran pekerjaan dst.. Yang terpilih pada umum sedikit, dan mungkin sebagai yang terpilih membuat iri hati bagi yang tak terpilih, maka bagi yang terpilih kami harapkan untuk tetap dalam Tuhan: hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan agar tidak jatuh ke kebencian atau permusuhan karena membuat iri hati banyak orang. Kutipan diatas kiranya juga baik untuk menjadi permenungan bagi kita umat Kristen atau Katolik, yang dalam kenyataan secara kwantitas termasuk kelompok kecil di Indonesia ini. Kami berharap kepada rekan-rekan umat Kristen maupun Katolik untuk tetap setia pada imannya, senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan kapan pun dan dimana pun. Jika demikian adanya maka hendaknya tidak takut dan tidak gentar ketika menghadapi cemoohan, ejekan atau ancaman dari mereka yang tidak senang pada kita atau bahkan membenci kita.  Berdoalah kepadaNya dan biarkanlah Tuhan sendiri yang akan menegor dan mengingatkan mereka yang membenci atau mengancam kita. Percayalah bahwa sejelek-jelek orang di mata kita pasti dalam hatinya masih ada kerinduan akan Tuhan, dan ketika menerima tegoran atau peringatan dari Tuhan mereka pasti akan bertobat. Hendaknya menghadapi aneka ejekan, cemoohan atau ancaman dengan tenang seraya berdoa, sebagaimana pernah terjadi dalam revolusi di Filipina dimana para ibu sambil berdoa rosariyo menghadapi tentara dengan senjatanya yang canggih dan lengkap serta tank-tank tempurnya, dan akhirnya mereka pun mundur teratur.
“Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami. Engkau membuat kami mundur dari pada lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami mengadakan perampokan. Engkau membuat kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa-bangsa, menyebabkan suku-suku bangsa menggeleng-geleng kepala.” (Mzm 44:10-11.14-15)
Ign 12 Januari 2012
*) Sumber Millis KD
__._,_.___

“Semua orang mencari Engkau”

(1Sam 3:1-10.19-20; Mrk 1:29-39)
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan” (Mrk 1:29-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Ketika ada ‘dukun’ atau ahli mengobatan secara alternatif serta pengobatannya sungguh mujarab, pada umumnya banyak orang berbondong-bondong mencari dan mendatanginya. Mereka percaya terjadi mujizat melalui dukun atau ahli pengobatan yang bersangkutan. Memang kebanyakan orang zaman sekarang ini bersikap mental instant: cepat dan murah serta mudah; orang yang demikian ini berarti tidak mau bekerja keras, melainkan kerja ringan dan hasil melimpah, sebagaimana orang judi. Apa yang dilakukan oleh Yesus kiranya ditanggapi dengan cara yang demikian itu, sehingga mereka menyikapi Yesus sebagai dukun atau tabib, tidak sampai mengimani bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Mereka salah faham dan belum mampu mengimani Yesus sebagai Allah, maka Yesus berusaha menyingkir :”Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang”. Tugas utama Yesus adalah memberitakan Injil atau Kabar Baik, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang beriman kepada Yesus untuk meneladan Dia dengan mewartakan Kabar Baik/Injil, antara lain memang harus senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapanpun. Dan sekiranya dengan berbuat baik kemudian kita akan ditahan di satu tempat saja, hendaknya dengan rendah hati memberitahu mereka yang manahannya bahwa kita harus berbuat baik juga kepada orang lain, tanpa pandang bulu atau SARA dan tak terikat oleh ruang/tempat dan waktu.  
·   Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.” (1Sam 3:19-20). Semua orangtua kiranya mendambakan agar anak-anaknya ‘makin besar dan Tuhan menyertai dia’ , sehingga anak-anak senantiasa menghayati sabda atau firman Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindaknya, dan dengan demikian kelak boleh disebut sebagai nabi-nabi Tuhan. Jika anda sebagai orangtua mendambakan demikian, maka baiklah anak-anak sungguh didampingi dan dididik dengan baik, dalam suasana kebebasan dan cintakasih Injili, artinya di satu sisi orangtua sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya dan disisi lain membiarkan Tuhan sendiri yang telah menciptakan akan menganugerahi pertumbuhan dan arah masa depannya. Hendaknya tidak ada aneka macam bentuk ‘pemerkosaan atau penindasan’ pada anak-anak, dan marilah kita hayati sebagai orangtua tugasnya, setelah mengandung dan melahirkan, adalah ‘menyiram’ anak-anak dengan penuh kasih, merawatnya dalam kasih dan tekun. Penyiraman atau perawatan sifatnya merupakan bantuan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena yang menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan adalah Tuhan sendiri. Marilah kita perhatikan para petani yang dengan penuh kasih, sabar dan tenang merawat tanamannya.  Demi kesehatan dan kebugaran serta ketahanan anak-anak masa kini dan masa depan, hendaknya dijauhkan aneka intervensi  medis ataupun aneka jenis makanan dan minuman yang dapat memperlemah atau mengurangi daya tahan atau kebugaran anak-anak. Aneka makanan dan minuman instant dapat memperlemah dan mengurangi daya tahan dan kebugaran anak-anak: info ini saya peroleh dari sharing Pembina Akmil di Magelang. Konon para siswa Akmil masa kini memiliki daya tahan tubuh lebih lemah daripada para siswa masa lalu, dan setelah diteliti karena disebabkan oleh  jenis makanan dan minuman yang dikomsumsi. Bukankah kebanyakan anak-anak sekarang mengkomsumsi makanan dan minuman instant?
Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." (Mzm 40:7-9)
Ign 11 Januari 2012
*) Sumber Millis KD 

Selasa, 10 Januari 2012

“Tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea”

(1Sam 1:9-20; Mrk 1:21b-28)
“Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!"Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea” (Mrk 1:21b-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mulai hari ini secara liturgis kita memasuki masa biasa, setelah masa NATAL. Sesuai dengan kutipan Warta Gembira hari ini, sebagai umat beriman atau beragama kita dipanggil untuk menjadi saksi iman, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dapat mengusir setan atau aneka macam bentuk kejahatan. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita yang dijiwai oleh iman dengan cepat tersebar di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Orang yang sungguh beriman pada umumnya hidup dan bertindak dengan saleh dan tenang, sehingga kesalehan dan ketenangannya mengusik setan-setan yang hidup dalam diri seseorang, dan setan-setanpun berteriak karena ketakutan. Maka ketika dalam hidup sehari-hari kita tiba-tiba menghadapi orang-orang yang berteriak atau kelihatannya mengancam kita, hendaknya tetap tenang saja, karena mereka itu bagaikan anjing menggonggong yang ketakutan. Coba perhatikan anjing menggonggong itu tanda ketakutan, karena kalau tidak takut ia langsung menyerang atau menggigitnya tanpa menggonggong. Sikapi dan hadapi orang-orang yang takut dengan tenang, karena dengan demikian mereka akan diam dan selanjutnya akan mengagumi ketenangan anda serta kemudian mewartakan ketenangan anda kemana-mana. Dalam hidup biasa sehari-hari kiranya kita akan menghadapi orang-orang yang ketakutan dan kelihatan mengancam, maka sekali lagi jika menghadapi yang demikian itu tetap tenang saja.
·   "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” (1Sam 1:11), demikian permohonan Hana, seorang ibu yang belum dianugerahi anak. Semoga doa permohonan Hana ini juga menjadi doa permohonan para ibu kepada Tuhan: “ Jika Engkau memberikan kepada hambaMu ini seorang anak laki-laki, maka akan akan memberikan dia kepada TUHAN seumur hidupnya”. Dengan kata lain kami berharap kepada para orangtua, khususnya ibu yang pada umumnya lebih dekat pada anak-anak lelakinya, kami harapkan untuk berpartisipasi dalam promosi panggilan imamat, mengingat dan memperhatikan masa kini kurang jumlah imam dan juga kwalitasnya merosot. Kami berharap ketika anaknya laki-laki tergerak untuk menjadi imam hendaknya didukung dan didoakan. Dukungan dalam keluarga antara lain berupa pendidikan atau pendampingan anak-anak agar peka terhadap kepetingan orang lain atau kesejahteraan umum, atau diperhatikan perihal kepekaan sosialnya. Jauhkan anak-anak dari aneka bentuk pemanjaan. Kami juga berharap kepada anda sekalian untuk berdoa bagi para imam, agar para imam setia pada panggilannya, setia dalam melayani umat Allah dengan rendah hati. Kebiasaan berdoa bersama di dalam keluarga, saling mendoakan antar anggota keluarga, juga merupakan wujud pembibitan panggilan di dalam keluarga. Maka hendaknya jangan melupakan doa harian dan sedapat mungkin didoakan bersama. Pada masa kini rasanya, mengingat pekerjaan dan tugas para anggota keluarga, waktu yang paling baik untuk berdoa bersama adalah sore/malam hari setelah makan malam bersama. Sekiranya tidak mungkin berkumpul karena tugas dan pekerjaan, baiklah di tempat yang berpisah berdoa bersama; dengan kata lain membuat perjanjian kapan berdoa dalam waktu yang sama (catatan: komunikasi masa kini dengan HP atau email dengan mudah dapat dilakukan, maka fungsikan sarana komunikasi modern ini untuk saling mempererat dan meneguhkan relasi kasih seluruh anggota keluarga).
"Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu. Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.” (1Sam 2:1.4-7)
Ign 10 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Senin, 09 Januari 2012

“KepadaMulah Aku berkenan”

(Kis 10:34-38; Mrk 1:7-11)
“ Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Mrk 1:7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan ‘Pesta Pembaptisan Tuhan’ hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Baptis adalah “gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tak terhapuskan” (KHK kan 849). Dalam kutipan di atas ini kiranya dapat kita fahami bahwa ada baptis lahir dan baptis batin. Entah telah menerima baptis lahir atau batin, dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkenan pada Tuhan. Tuhan telah mengasihi kita dengan melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita, maka selayaknya kita tanggapi dengan hidup dan bertindak yang berkenan kepada Tuhan. Yang berkenan kepada Tuhan tidak lain adalah yang menghayati janji baptis dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, yaitu ‘hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan’. Abdi atau pelayan yang baik memang yang senantiasa melaksanakan perintah, arahan, nasihat dan tuntunan tuannya, maka mengabdi Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan yang utama, yaitu hidup dan bertindak saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Kita hendaknya juga menolak dengan tegas semua godaan setan tanpa ambil kompromi sedikitpun, termasuk hal-hal yang merangsang kita untuk melakukan dosa atau berbuat jahat.
·    "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang” (Kis 10:34-36), demikian kesaksian iman Petrus kepada para pendengarnya. “Allah tidak membedakan orang dan Yesus Kristus adalah Tuhan dari semua orang”, inilah yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mengusahakan, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita yang berbeda satu sama lain. Milyardan atau jutaan manusia di bumi ini tidak ada yang sama, melainkan berbeda satu sama lain, maka tidak mengherankan sering terjadi ketegangan dan tawuran sampai pembunuhan atau perusakan-perusakan karena orang lebih menekankan perbedaan daripada kesamaan. Untuk membangun, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati hendak lebih mengutamakan dan mengedepankan apa yang berbeda antar kita, sehingga apa yang berbeda antar kita akan memperteguh persaudaraan. Ingatlah dan sadari bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain (phisik, sifat, usia dst.) tetapi ada daya tarik dan daya pikat, sehingga saling menarik dan memikat maupun bersahabat, bahkan sampai bersatu sebagai suami-isteri. Dengan kata lain perbedaan menjadi daya tarik atau daya pikat, maka hendaknya aneka perbedaan antar kita dijadikan daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal dan akhirnya bersahabat. Memang untuk itu butuh kerendahan hati agar kita tertarik dan terpikat apa yang berbeda antar kita. Kami berharap para suami-isteri, yang memiliki pengalaman mendalam dapat bersahabat dan bersatu, mengembangkan dan memperdalam serta menyebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas. Kami ingatkan juga bahwa dalam ilmu phisika dikenal adanya dua kutup listrik, yaitu negatif dan positif, yang saling bertolak belakang. Namun ketika yang negatif dan positif bersatu terjadilah sinar terang yang membahagiakan dan menyelamatkan. Semoga apa yang terjadi dalam relasi antar laki-laki dan perempuan serta kutup negatif dan positif dalam phisika tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam membangun, memperdalam dan menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita umat manusia di bumi ini.
Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.” (Yes 12:2-3)
Ign 9 Januari 2012
*) Sumber Millis KD

Sabtu, 07 Januari 2012

HR PENAMPAKAN TUHAN (Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12)

“Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Para nelayan pada umumnya bekerja di malam hari dalam rangka mencari atau menangkap ikan di laut. Mereka juga terampil dalam hal melihat bintang di langit sebagai petunjuk arah, dengan kata lain bintang yang bertebaran di langit pada malam hari bagi mereka sungguh merupakan ‘jalan hidup’ menuju ke keselamatan dan kebahagiaan. Bintang-bintang di langit di malam hari bagi para nelayan juga merupakan kehidupan, dan mungkin bagi kebanyakan orang hanya sekedar keindahan di malam hari. Pada hari ini dalam warta gembira dikisahkan orang-orang majus dari Timur yang melihat bintang sebagai tanda kedatangan Penyelamat Dunia, dan bintang tersebut menjadi petunjuk arah ke mana ia harus mencari tempat dimana Penyelamat Dunia dilahirkan dan berada. Maka dari jauh dengan petunjuk bintang mereka berjalan menuju Yerusalem, dimana bintang yang dilihatnya menunjukkannya. Penampakan Tuhan bagi mereka ditandai dengan simbol bintang, dan memang Sang Penyelamat Dunia kiranya juga boleh dikatakan sebagai Bintang Sejati yang menerangi dan memberi petunjuk jalan bagi semua orang untuk mengarah ke keselamatan atau kebahagiaan sejati. Maka marilah kita yang beriman kepadaNya mawas diri: apakah kita juga dapat menjadi bintang-bintang bagi saudara-saudari kita dalam hidup dan kerja kita setiap hari kapan pun dan dimana pun.
“Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Mat 2:2)
Pertama-tama marilah kita lihat kehadiran dan karya Tuhan dalam diri saudara-saudari kita, yang nampak atau menggejala dalam aneka perbuatan baik, yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur dalam diri saudara-saudari kita merupakan bintang-bintang yang menunjukkan jalan bagi kita semua untuk menuju ke kebahagiaan atau keselamatan sejati, yaitu kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia. Kami percaya dalam diri saudara-saudari kita dapat kita jumpai lebih banyak apa yang baik daripada tidak baik, yang bermoral daripada yang tidak bermoral, yang berbudi pekerti luhur daripada yang tidak berbudi pekerti luhur. Kita tiru dan hayati dalam diri kita apa yang kita temukan atau jumpai dalam diri saudara-saudari kita agar kita pun juga semakin dapat menjadi bintang-bintang bagi orang lain.
Menjadi bintang pada umumnya menjadi sorotan atau perhatian banyak orang, misalnya bintang penyanyi, bintang pelajar/mahasiswa, dst.. Maka kami berharap anda tidak menjadi malu ketika menjadi perhatian dan sorotan dari banyak orang serta juga tidak menjadi sombong, melainkan hendaknya bersyukur dan berterima kasih serta kemudian menghayati syukur dan terima kasih tersebut dengan berbuat baik kepada mereka yang memperhatikan dan menyoroti. Jika perbuatan baik tak mungkin  dilakukan dengan tindakan-tindakan phisik, baiklah dilakukan secara spiritual, yaitu dengan mendoakan mereka. Dengan kata lain menjadi bintang berarti juga menjadi pendoa sejati, yaitu orang yang senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan kapan pun dan dimana pun.       
Kami berharap kepada anda semua tidak meniru sikap raja Herodes, yang pura-pura juga ingin melihat dan berbakti kepada Sang Penyelamat Dunia, namun sebenarnya dalam hatinya iri dan merasa disaingi karena konon ada raja baru yang muncul dan lebih berwibawa. "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” (Mat 3:8), demikian kata-kata raja Herodes kepada para majus yang datang menghadapnya. Irihati dan kebohongan Herodes dikemas dalam kata-kata yang indah, dan memang begitulah sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehar-hari dalam diri orang yang irihati dan bohong. Para penjahat pada umumnya menggunakan kata-kata mesra dan indah untuk mengelabui sasarannya. Maka dengan ini kami juga berharap kepada anda untuk peka, hati-hati dan cermat terhadap kata-kata mesra dan indah, jangan-jangan hal itu merupakan jebakan atau rayuan bagi kita untuk menjadi korban kejahatan dan mungkin juga bagi para gadis menjadi korban perkosaan.
Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef 3:2-3a.5-6)
Menjadi orang beriman atau beragama pertama-tama bukan karena ikatan darah atau suku, melainkan karena Roh yang dianugerahkan kepada kita. Dengan kata lain yang unggul dalam hidup beriman atau beragama adalah mereka yang hidup dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya menghasilkan buah-buah Roh Kudus seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kita juga memiliki tugas merasul, maka marilah kita hayati dan sebarluaskan buah-buah Roh Kudus di atas dalam hidup dan kerja kita sehari-hari kapan pun dan dimana pun.
Kita juga diingatkan “bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus”. Warta Injil diperuntukkan bagi seluruh manusia atau bangsa di dunia tanpa pandang bulu atau SARA. Peringatan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa bukan ikatan darah atau suku, yang diutamakan dalam keanggotaan Umat Allah, melainkan ikatan dalam Roh Kudus, artinya budi pekerti luhur atau kecerdasan spiritual yang menjadi ikatan. Sekali lagi kami ingatkan bahwa Yesus Kristus adalah Penyelamat dunia, Ia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia. Atas dasar iman inilah para Gembala Gereja Katolik di dalam Konsili Vatikan II berani menyatakan atau mengajarkan bahwa “mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan” (Vatikan II: LG no 16).
Para majus yang menerima penampakan bukan orang Yahudi. Secara konkret yang menjadi anggota Gereja Katolik pada masa kini mayoritas juga bukan orang Yahudi dan tergerak untuk menjadi anggota Gereja Katolik karena kesaksian iman mereka yang telah menjadi anggota Gereja Katolik, yang telah menampakkan rahmat Allah melalui cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian, entah keyakinan atau agamanya apapun, untuk lebih mengutamakan penghayatan iman bukan pengungkapan iman, dengan kata lain lebih mengutamakan cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur daripada ajaran, wacana atau omongan. Marilah kita hayati tugas merasul (berdkwah) dengan dan melalui cara hidup dan cara bertindak, bukan dengan omongan atau provokasi.
Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin
 (Mzm 72:10-13)
Ign 8 Januari 2012
*) Sumber Millis KD